DUPLICATE.

LEO X SHEILA (2)



LEO X SHEILA (2)

0Lain seperti biasanya, di Salah satu SMA kebanggan Kota Jakarta tengah mempersiapkan acara sekolah yang bisa bikin para siswa merasa senang. Sebab, acara ini membuat para siswa terlepas dari mata pelajaran yang mungkin membosankan untuk sebagian siswa.     
0

"Bang, Sheila pergi dulu ya!" Pamit Sheila, saat hendak melangkah pergi, Alfa mencegah Sheila sebentar.     

"Sheila, walaupun Abang minta maaf atas kejadian semalam. Tapi Abang masih tidak mengizinkan Sheila untuk mendekati Leo! Paham?" Pesan Alfa untuk yang kesekian kalinya.     

"Yaudah deh Bang, ini masih pagi untuk Sheila berdebat sama Abang. Ntar aja Sheila akan tanya alasanya sama Abang, Okay?" Ucap Sheila berusaha tidak membantah ucapan Alfa di pagi ini.     

"Yaudah, Bang, Kak Tata. Sheila pergi ke kelas dulu, ya? Bye!" Ucap Sheila kemudian pergi meninggalkan Alfa dan Tata di parkiran.     

"Yoi, Sheil." Jawab Tata dengan senyuman.     

"Tiati, Dek," Ucap Alfa sembari memperhatikan kepergian Sheila.     

Setelah Sheila pergi, Alfa dan Tata berjalan untuk memasuki kelas. Waktu Tata cukup longgar sebelum Ia mempersiapkan kegiatan untuk acara pemilihan ketua Osis yang baru.     

"Ta?" Setelah beberapa langkah, Alfa memanggil nama Tata secara tiba-tiba.     

"Iya, Kenapa, Fa?" Jawab Tata dengan sedikit keraguan.     

"Ada masalah kah?" Tanya Alfa yang sedari tadi memperhatikan raut dan gerak-gerik Tata.     

"Eh, kenapa tanya begitu?" Bukanya menjawab pertanyaan yang dilontarkan Alfa, Tata justru kembali bertanya mengapa Alfa menpertanyakan hal tersebut.     

"Dari tadi gue lihat lu diem mulu. Kenapa gak seperti biasanya? Kalau ada masalah atau apapun hal yang ingin lo ceritakan atau malah lo mau tanyakan sesuatu ke gue, gue siap ngebantu lo kok, Ta. Tenang aja! Kitakan pren!" Ucap Alfa dengan humblenya.     

Woiya jelas, walaupun Alfa tipikal orang yang cuek dan dingin jika berada di hadapan orang yang tidak dikenalnya. Ia juga termasuk orang yang begitu memahami hal-hal detail yang tidak ketahui orang lain. Termasuk orang yang tidak dikenalnya dengan baik.     

"Oalah, santay aja kali, Fa. Gue baik-baik aja. Selow, ntar kalau ada masalah yang serius sebisa mungkin gue akan cerita sama lo kayak biasanya. Hehehe." Jawab Tata dengan berusaha terlihat normal dihadapan Alfa.     

"Oke, gue percaya ama lo. Ya intinya gue kapan pun bisa nerima semua curhatan lo. Okay?" Ucap Alfa.     

"Jelas dong wkwk. Kita kan pren," Ucap Tata mengembalikan ucapan Alfa yang dilontarkan sebelumnya. Merekapun terkekeh bersama.     

Setelah sampai di dapam kelas, Tata pun dengan segera meminta izin kepada Dika, Bagas, dan Alfa untuk pergi mengurus keperluan acara pada hari ini.     

"Gue pergi dulu ya, Guys. Mau nyiapin kebutuhan acara hari ini. Oiya jangan lupa habis ini kita kumpul senang dulu di lapangan, satu lagi. Tepat istirahat pertama, kita kumpulnya di tempat biasanya aja ya. Gue bakalan ngajak Rika sekalian." Ucap Tata panjang kali lebar sebelum meninggalkan mereka bertiga.     

"Wah, kek emak gue lo, Ta!" Caci Dika dengan candaanya.     

"Hehehe, siap, Bu Tata!" Ucap Bagaskara, sedangkan Alfa hanya menunjukan jempolnya dan mengarahkanya kepada Tata tanda setuju dengan ucapanya.     

Tatapun dengan segera pergi meninggalkan mereka. Sebelumnya, Ia berhasil melayangkan pukulan ke bahu Dika dan membuatnya merintih kesakitan.     

"Gila tenaganya kek cowo! Sakit, bener!" Eluh Dika.     

"Baru tahu, Lo?" Sambung Alfa. Merekapun seketika menertawakan kekuatan yang dimiliki Tata berupa pukulan.     

"Yah, bisalah buat dijadikan partner perang." Ucap Dika yang tiba-tiba ngelantur dan membuat Alfa dserta Bagaskara kebingungan mendengarnya.     

"Maksud lo apaan? Perang?" Tanya Bagaskara yang sepemikiran dengan Alfa.     

"Hehehe, ntah gue juga bingung wkwk. Tiba-tiba ngelantur sendiri. Mungkin pikir gue kalau kita main Motor lejen, kita bisa ajak Tata buat perang wkwk." Jelas Dika mengenai pemikiranya.     

"Oalah, gue kira apaan, njir." Ucap Alfa pada akhirnya.     

***     

"Tata, peralatanya kemarin udah kebeli semua kan?" Tanya Charlotte—Ketua Osis yang akan pensiun beberapa hari lagi.     

Yap, seperti yang kita ketahui jika siswa yang mengikuti organisasi merupakan siswa yang famous dengan sendirinya, apalagi seorang Charlotte yang notabenenya menjabat sebagai seorang ketua osis di SMAnya.     

"Udah, Char. Lo tenang aja!" Ucap Tata.     

"Thanks a lot ya, Ta. Berkat lo semua kebutuhan bisa kebeli semua." Ucap Charlotte.     

"Tenang aja Char, selagi ada gue semua aman. Hehehe," Ucap Tata dengan sombongnya. Tentunya ini hanya bercanda.     

"Wah sombong amat nih bocah." Hardik Charlotte dengan tertawa.     

"Canda kali, Char."     

"Yoi, gue tahu juga kali, Ta. Okedeh, ntar pengeluaranya di obrolin aja sama Hani ya, Ta. Gue permisi dulu, sebelum agenda senam dimulai." Pamit Charlotte kepada Tata.     

"Oke, Char." Jawab Tata singkat.     

***     

Triiiiiiiiiiiiing     

"Mohon perhatian, kepada seluruh siswa dan siswi dimohon untuk segera pergi menuju ke lapangan utama guna melaksanakan senam pagi. Sekali lagi, Mohon perhatian, kepada seluruh siswa dan siswi dimohon untuk segera pergi menuju ke lapangan utama guna melaksanakan senam pagi." Ucap seorang guru yang berkata dibalik speaker ruang kontrol.     

Tak butuh waktu lama, semua siswa dan siswi berjalan menuju lapangan utama. Charlotte kini berada di atas panggung mini guna memposisikan barisan untuk teman-temanya serta adek kelasnya. Semua siswa patuh dengan perintah Charlotte dan barisan tersebut dengan cepatnya terbentuk rapih.     

Para siswa dan siswipun mulai melakukan gerakan senam yang dipandu dengan beberapa pengurus osis.     

"Hai, Sheila." Sebuah bisikan mampu mengagetkan Sheila yang pandanganya berfokus kepada instruktur senam. Saat dirinya menoleh Ia lebih terkejut, ternyata yang memanggilnya adalah Leo.     

"Bukankah sebelumnya yang berdiri disampingku adalah Nita, ya? Kenapa sekarang Kak Leo?" Ujar Sheila dalam batinya. Seketika pandanganya mengarah kebelakang Leo, seketika itu pula Sheila menangkap keberadaan Nita yang sedang melambaikan tanganya dan tersenyum jahil kepada Sheila.     

"Sheila, kamu gak menyapaku kembali?" Tanya Leo mengalihkan pandangan Sheila ke Nita.     

"Eh, iya kak? Ada apa?" Tanya Sheila yang sudah tersadar.     

Mereka melakukan percakapan dengan menggerakan badanya mengikuti instruktur senam dengan beberapa kali melihat kearah depan.     

"Gak papa sih, cuma mau mastiin aja, soalnya semaleman aku ngerasa kamu bener-bener syok sama kakak mu itu." Jelas Leo dengan wajah datarnya.     

"Oalah, masalah itu. Aku udah gak papa kok, Kak. Hanya saja, Bang Alfa terlalu protektive jika aku keluar sama cowo yang belum Ia kenal." Jelas Sheila dengan sedikit berbohong. Ia juga tak mungkinkan membicarakan bahwa dirinya dilarang untuk menemui Leo kembali.     

"Oh, begitu... Syukurlah kalau kamu sudah lebih baik." Ucap Leo.     

Sheila pun melontarkan senyumanya. Terjadi keheningan diantara mereka, kemudian Sheila memilih untuk mengarahkan pandanganya ke depan.     

"Sheil...." Panggil Leo kembali dengan syara yang hampir berbisik. Mendengar itu kembuat Sheila menyahut.     

"Gimana kak?" Tanya Sheila.     

"Mau gak, weekend ini kita keluar lagi?" Tanya Leo.     

"Kalau itu aku gak janji ya kak. Soalnya aku... aku, kemungkinan besar ada urusan, hehehe," Jawab Sheila mencari alasan. Tapi, Ia tidak berbohong. Mungkin.     

"Oalah, okelah kalau begitu. Tapi, kalau semisalnya kamu free. Bisa ngomong juga ke aku." Ucap Leo.     

"Oke, Kak." jawab Sheila.     

"Maafin, Kakak ya Sheil." Lirih Leo.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.