DUPLICATE.

PENGUNTIT DIKA TATA



PENGUNTIT DIKA TATA

0Tata pun mengganti pemutar musik yang ada di dalam mobil Dika untuk diganti ke lagu yang Ia kenali. Setelah mengganti lagu tersebut, Tak sengaja Tata melihat kaca spion dan melihat sebuah mobil berwarna hitam dibelakang mereka.     
0

"Dik, coba kita belok ke kiri dulu, Dik. Kita muter!" Perintah Tata yang semakin khawatir dengan keberadaan mobil di belakangnya.     

"Emangnya ada apa?" Tanya Dika penasaran.     

"Bukanya belok malah tambah jauh ya?" Lanjut Dika.     

"Gue cuma mau mastiin apakah mobil di belakang kita ngikutin kita atau enggak." Jawab Tata sejujurnya.     

"Oke deh, buat mastiin." Ucap Dika menyetujui permintaan Tata. Ia juga dari tadi melihat mobil itu di belakang.     

Tanpa berpikir panjang lagi, saat mereka menemukan belokan kiri, Dika kemudian langsung berbelok kiri setelah lampu merah di depanya. Namun, apa yang Tata khawatirkan tidak terjadi adanya. Mobil yang Ia kira penguntit, nyatanya tidak mengikuti mereka saat mereka belok ke kiri.     

"Waduh, ternyata bukan, Dik hehehe." Ucap Tata dengan cengiran khas miliknya saat melakukan kesalahan.     

"Iya, lu sih suudzon sama orang, wkwk. Gapapalah sekalian muter-muter dulu buat refresh-in pemandangan. "     

"Oke. Btw bagaimana sama sekolah lanjutan lo? Kita mau lulus lo." Tanya Dika.     

"Ah, au ah. Gue belum mikir dengan serius, nyokap gue sih pinginya gue jadi perawat aja. Tapi yah lu tahu gue kan? Nilai Bio gue aja njeblok." Ucap Tata.     

"Oalah."     

Mereka pun mencari jalan untuk pergi menuju jalan utama lagi. Jalanan yang mereka lewati sangat sepi saat proses pencarian jalan utama.     

Tiba-tiba saja saat mereka telah menemukan jalan ke kanan menuju jalan utama. Datanglah dari arah yang berlawanan tetapi sejalur dengan mobil Dika menghadang dihadapanya.     

"Dika, awas!!!" Pekik Tata ketika melihat mobil hitam tiba-tiba muncul dohadapan mereka.     

Dika pun dengan segera mengerem mobilnya dan berhenti berjarak 5 cm dari mobil hitam itu.     

"Itu mobil yang kita curigai, Dik!" Ucap Tata dengan histeris.     

"Bener, Ta. Mereka ngapain ya?" Ucap Dika yang hendak keluar dari mobil, tetapi di tahan oleh Tata.     

"Jangan, Dik. Gue takut kalau mereka macem-macem! Kita tunggu dulu aja!" Ucap Tata. Dikapun hanya menganggukan kepalanya.     

Setelah Tata mengeluarkan kalimat tersebut, turunlah tiga orang dengan wajah yang serupa.     

"Leo? Itu Leo kan? Adek kelas kita?" Ucap Tata yang sempat mengenal Leo.     

"Wah, iya kah? Kenapa ada tiga? Apakah dia punya kembaran?" Tany Dika bertubi-tubi.     

Tata dan Dika akhirnya turun dari mobil untuk menemui mereka. Tapi, mereka tiba-tiba menyuntikan biusan kepada Dika dan Tata secara bersamaan.     

***     

Sudah lebih dari 5 jam jam berada di Laboratorium milik Tuan Federick. Jam menunjukan pukul 18.00 WIB. Alfa yang berada di dalam ruangan tengah menyusun program penelitianya secara virtual dan mencari referensi yang akan Ia butuhkan.     

"Bagaimana, Alfa? Apakah ada alat atau bahan yang kamu perlukan?" Tanya Tuan Federick yang baru saja memasuki ruangan Alfa.     

"Belum, Tuan. Saya akan menyelesaikan semua rencana yang akan kita lakukan. Hanya saja saya akan meminta bantuan Bagaskara mengenai masalah ini." Ucap Alfa.     

"Kalau Bagaskara menyetujuinya, Saya tidak keberatan dengan itu, Alfa." Ucap Tuan Federick.     

"Bicara mengenai Bagaskara. Saya hendak bertanya mengenai 'Black Formula', apakah formula itu masih ditangan Tuan?" Tanya Alfa.     

"Masih ada di saya. Saya minta tolong kepada kamu untuk membawa Bagaskara menemui saya besok. Saya yang akan memberikanya formula itu dan menyuntikanya di tubuhnya." Jelas Tuan Federick.     

"Baiklah, Saya akan mengajaknya besok."     

Ketika rencana Alfa memiliki progres 60%. Tiba-tiba saja ponselnya dering bergetar dan menunjukan tulisan Bunda Dinda.     

"Halo Bunda?" Sapa Alfa setelah mengangkat teleponya.     

"Halo Alfa, apakah Tata sekarang bersama kamu?" Tanya Bunda Dinda dengan nada yang khawatir.     

"Enggak, Bun. Tadi Tata pulang sama Dika. Memangnya kenapa, Bun?" Tanya Alfa.     

"Tata sampai sekarang belum pulang, Fa. Tidak seperti biasanya Tata gak ngabarin Bunda dulu. Tadi Bunda udah telepon Tata tapi handphonenya nggak aktif." Jelas Bunda dengan sangat Khawatir.     

"Baik, Bunda. Habis ini Alfa bantu cari Tata, ya Bun. Bunda Dinda tenang aja, Alfa pastiin Tata akan segera pulang ya, Bun." Ucap Alfa.     

"Bunda minta tolong sama kamu ya Fa. Bunda berharap banget sama kamu, Fa. Semoga saja Tata tidak kenapa-kenapa ya, Fa."     

"Aamiin, Bunda. Alfa yakin Tata baik-baik saja." Ucap Alfa.     

"Bunda akhiri ya, Fa teleponya. Terima kasih banyak, Fa." Ucap Dinda.     

"Sama-sama, Bunda." Balas Alfa.     

Dinda akhirnya mengakhiri telephone tersebut.     

***     

"Pssst pssst, Tata. Bangun!!!" Bisik Dika yang membelakangi Tata dengan kondisi tangan terikat.     

"Tata, cepetan bangun, psst psst!!!" Ucap Dika sekali lagi berusaha untuk menyadarkan Tata yang sedang pingsan.     

"Eengggh,"     

"Dimana ini?" Tanya Tata yang sudah membuka matanya dan tersadar bahwa Ia berada di tempat asing dengan tangan terikat di belakang.     

"Tata, Lo gapapa?" Tanya Dika yang begitu menyadari Tata sudah sadar.     

"Ya apa-apalah! Orang diiket gini!" Ucap Tata kesal.     

"Maksud gue lo gak ada yang luka kan?" Tanya Dika sekali lagi.     

"Enggak, lo sendiri gapapa kan?" Tanya Tata balik.     

"Gapapa." Jawabnya singkat.     

"Syukurlah."     

Sesaat setelah Tata mengucapkan satu kata itu, Ada seseorang datang memasuki ruangan mereka dengan dua orang dibelakangnya yang memiliki wajah seperti Leo.     

"Kalian sudah sadar?" Tanya seorang pemuda yang memakai topeng dengan jubah hitam.     

"Leo? Ngapain lo disini?" Tanya Tata kepada dua orang dibelakang pemuda yang memakai jubah hitam dan menghiraukannya yang sedang bertanya kepada Tata dan Dika.     

"Saya sedang berbicara kepada kalian! Dia bukan Leo!" Jawab pemuda yang memakai topeng.     

"Siapa Lo?" Tanya Dika yang ikut mengakat bicara.     

"Panggil Saya Tuan £D (Baca D saja)," Ucap pemuda bertopeng itu memperkenalkan diri.     

"Mau apa lo, £D?" Tanya Tata penasaran. Pandangan kedua matanya menyoroti kebencian yang di lontarkan terhadap £D. Ia tak mengenal siapa itu £D sebenarnya.     

"Keinginan Saya sangat sederhana, kalian menjadi anak buah ku dan kalian juga yang akan membawa Alfaeyza Alexander untuk kalian bawa kesini menghadap Saya." Jelas £D.     

"Cih, omong kosong! Dia beraninya nangkep gue sama Dika cuma untuk menangkap Alfa? Pengecut sekali dia sebagai cowo!" Batin Tata.     

"Apa-apaan keinginan lo itu? Kami gak akan pernah mau untuk menangkap temen kami sendiri!" Ucap Dika dengan berani.     

"Saya tidak meminta pendapat kalian, karena saya sendiri yang akan memaksa kalian untuk mengikuti perintah Saya." Ucap £D dengan sedikit terkekeh.     

"Kemarikan rekaman itu!" Perintah £D kepada dua orang dibelakangnya.     

Mereka pun memberikan £D sebuah ponsel berisi sebuah rekaman yang Ia tunjukan kepada Tata dan Dika.     

"ANJING LO! BERANINYA MAIN DIBELAKANG! DASAR PENGECUT! BANGSAT!"     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.