DUPLICATE.

TEMUKAN KEKUATAN DIKA!



TEMUKAN KEKUATAN DIKA!

0Setelah mendengar ucapan Dika yang ngelantur tapi ada buktinya di depan Alfa, Bagas, dan Sheila. Akhirnya mereka percaya dengan penjelasan Dika. Tata dan Dika pun merasa lega. Alhasil mereka diminta pulang kerumah masing-masing karena nyokap mereka mengkhawatirkan keadaan mereka.     
0

Kriiiiiiing... Ponsel Bagaskara mengeluarkan nada dering tanda adanya telepon yang masuk ke ponselnya.     

"Ngapain Pak Feri nelpon?" Gumam Bagaskara membaca nama Feri—Manager Bagaskara di Grinonium yang terpampang di layar ponsel miliknya.     

"Halo, Ada apa Pak Feri menelpon saya?" Tanya Bagaskara.     

"Begini, Pak Bagas. Saya hanya memberitahukan bahwa Bapak sekarang diminta datang ke Grinonium atas perintah Pak Chandra, Karena hari ini diadakan rapat dadakan bersama perusahaan Yousiy." Ucap Pak Feri dengan sopan.     

Bagaskara memang biasa dipanggil dengan sebutan Pak di perusahaan Grinonium untuk terlihat profesional tanpa melihat usia yang sebenarnya.     

"Baiklah, Saya akan segera kesana. Masih berapa jam lagi rapat dengan perusahaan Yousiy dilaksanakan?" Tanya Bagaskara.     

"Tiga puluh menit lagi, Pak Bagas. Maaf,Pak sebelumnya karena saya memberitahu Pak Bagas dengan mendadak. Ini semua karena perintah langsung dari Pak Chandra." Ucap Feri sekali lagi.     

"Oke-oke, saya paham. Terima kasih telah memberitahu saya mengenai informasi ini." Jawab Bagaskara dengan ramah.     

Dalam keadaan sebenarnya, Bagas tak menyukai semua hal yang mendadak. Apalagi jika itu berurusan dengan dirinya.     

"Baik, Pak Bagas. Saya akhiri teleponya ya, Pak." Ucap Feri kembali lagi.     

"Siap, Pak." Jawab Bagaskara singkat sebelum telepon mereka terputus.     

Bagaskara pun mengeluarkan napasnya yang berat tanpa mengeluarkan suara.     

"Fa, Gue minta tolong anterin gu ke Grinonium sekarang ya, Fa!" Pinta bagaskara kepada Alfa yang tengah menyetir.     

"Oke, emangnya ada apa?" Tanya Alfa penasaran.     

"Biasa, Kakek ngadain rapat dan nyuruh gue buat dateng ke rapat itu." Jawab Bagaskara jujur.     

"Lo mau ngehadiri rapat?" Tanya Alfa.     

"Yoi,"     

"Dengan baju lo yang kayak gitu?" Tanya Alfa sekali lagi dengan pandanganya yang sesekali mengarah ke Bagaskara.     

"Ya enggak juga. Gue ada baju di ruangan gue di Grinonium. Ntar gue gantj baju dulu kesananya. Gue minta tolong lagi untuk ngebut ya, Fa. Hehehe soalnya udah gak ada waktu lagi." Pinta Bagas lagi.     

"Oke lu tenang aja." Jawab Alfa dengan menaikan kecepatanya di saat jalanan terlihat kosong.     

***     

"Thanks ya, Fa, Sheil." Ucap Bagaskara sebelum akhirnya Ia melangkah keluar dari mobil.     

"Oke," Jawab Alfa singkat.     

"Siap, Kak," Balas Sheila kepada Bagaskara.     

"Weh, manteb sekali." Ucap Alfa ketika melihat Bagaskara memasuki Grinonium kemudian langdung disambut oleh pekerjanya.     

"Kalau Bagaskara punya adik. Adiknya tu bakalan jadi ratu nih." Lanjut Alfa.     

"Wah, enak juga ya kalau Sheila jadi adiknya kak Bagaskara. Gak akan berantem pokoknya. Selalu dimanja, dapetin semua keiinginan Sheila," Ucap Sheila di ngan sengaja.     

"Terus, terus. Gak usah berhenti! Terusin aja khayalnya. Biar ntar Abang ngomong sama Mamah supaya sedekahin kamu ke Bagas." Ucap Alfa.     

"Bang, pergi yok! Kemana gitu." Ucap Sheila.     

"Mo kemana lagi? Abang sibuk banget lo Sheil." Jelas Alfa.     

"Sok, sibuk babget sih, Bang! Sheila mo pindah depan aja deh!" Ucap Sheila kemudian Ia pindah ke tempat duduk yang berada di samping Alfa. Alhasil karena Sheila mager untuk berjalan keluar, Ia berpindah dengan melewati diantara kursi depan.     

"Aelah, punya adek petakilan banget, sih. Mana mau Si Bagas punya adek kek lu!" Caci Alfa.     

"Ya bakalan maulah. Orang Abang aja mau punya adek kek gue." Ucap Sheila dengan bangganya.     

"Kata sape? Terpaksa ni gue! Kalau bisa mending lo gak usah keluar aja dari kandungan Mamah." Ucap Alfa.     

"Kalau ngomong pen gue gibeng! Untung abang sendiri! Lagian mana bisa gue kagak keluar dari kandunganya Mamah? Orang kehamilan aja sampai 9 bulan! Ish." Jelas Sheila.     

***     

"BUNDA..." Teriak Tata ketika dirinya sudah sampai di rumah. Mendengar suara Tata membuat Dinda langsung memeluknya erat.     

"Kemana aja sih, Ta? Kenapa kemarin sampai gak pulang hah? Bunda khawatir banget sama kamu, sampai-sampai bunda minta tolong Alfa untuk nyari kamu dari kemarin." Tanya Dinda dengan khawatir.     

"Maafin Tata, Bunda. kemarin Tata Sama Dika habis nabrak seseorang. Nah, alhasil Tata sama Dika diam dulu di kantor polisi sampai orang yang ketabrak itu jelas kondisinya.     

"Really?" Tanya Bunda Dinda syok berat.     

"Iya, Bunda.... Maaf juga Tata gwk ngabarinz Bunda karena baterai Tata dan Dika lowbat." Jelas Tata lagi.     

"Iya udah gapapa, yang penting kamu baik-baik aja kan ya? Bunda udah seneng banget." Ucap Dinda.     

Di lain sisi...     

"Makanya kalau bawa mobil tu yang bener! Gak usah ngebut! Udah mobil depan penyok, bikin orang babak belur juga! Untung dianya gak minta ganti rugi! Dasar!" Ucap Mamahnya Dika dengan penuh keganasan.     

"Gue baru nyadar alasan kek gini kalau di kasihkan ke Mamah gak akan mempan! Harusnya yue ganti aja alasanya." Batin Dika.     

Dika hanya bisa terdiam mendengarkan omelan yang keluar dari mulut Mamahnya. Ia hanya bisa membatin dan pasrah.     

"Lihat Mamah dong! Terus Tata gimana? Kalian gak kenapa-kenapa kan? Ada yang lecet gak?" Tanya Mamahnya Dika yang terlihat lebih khawatir.     

"Oalah, masih khawatir sama anak sendiri ya. Gue kira cuma di omelin aja!" Batin Dika lagi.     

"Tata gak kenapa-napa. Aku juga gak gak kenapa-napa. Daaan Kita gak kenapa-napa yeay." Humor receh yang di berikan Dika untuk mencairkan suasana.     

"Terus ya! Dimarahin malah ngelawak! Gak pernah denger omonganya Mamah! Mamah bilangin ke Papah!" Ancam Mamahnya Dika.     

"Ini rahasia kita berdua aja, Mah." Ucap Dika berusaha mencoba untuk bernegosiasi.     

"Serah kamu! Mamah tinggal dulu, kamu makan aja kalau laper, di dapur ada banyak makanan noh." Ucap Mamahnya Dika kemudian pergi meninggalkan Dika untuk urusan yang lainya.     

***     

"Pagi, Pak Bagas!" Sapa sekuriti yang berada di depan pintu masuk.     

"Pagi juga Pak Gani." Sapa Bagaskara balik kepada satpam itu.     

Bagaskara pun melanjutkan langkahnya menuju ruanganya untuk berganti baju. Karena bajunya sekarang masih terlihat style anak muda yang santai.     

"Pagi, Pak Bagas. Mau saya bawakan apa keruangan Bapak?" Tawar seorang pekerja di sana yang Bagas kenal dengan betul.     

"Pagi juga Pak Fikri. Seperti biasanya aja tidak apa-apa Pak. Terima kasih sebelumnya." Jawab Bagaskara dengan sangat ramah kepada seluruh orang yang berada di PPO Grinonium.     

"Baik, Pak Bagas. Nanti saya antarkan ke ruangan Bapak." Jawab Pak Fikri lagi.     

Bagas pun pergi melanjutkan langkahnya lagi. Tapi, sebelumnya Ia menganggukan kepalanya kepada Pak Fikri dengan senyuman. Setelah mendapatkan sapaan yang cukup ramah di sepanjang jalan. Akhirnya Bagaskara sampai di depan ruanganya.     

Cekleeek...     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.