DUPLICATE.

SHEILA MEMINTA JAWABAN ATAS VCD



SHEILA MEMINTA JAWABAN ATAS VCD

0"Bang!" Panggil Sheila yang duduk berhadapan dengan Alfa.     
0

"Nape?" Tanya Alfa kepada Sheila.     

"Sheila mau tanya sesuatu sama Abang. Tapi Sheila takut." Ucap Sheila lagi.     

"Takut kenapa? Emangnya Abanag bakalan marahin kamu?" Tanya Alfa kepada Sheila.     

Sheila berpikir sejenak dengan menjilat es krim yang berada di tanganya.     

"Bisa aja Abang marah." Jawab Sheila dengan sesekali menjilat eskrimnya.     

Mendengar ucapan Sheila membuat Akfa jadi begitu penasaran dengab pertanyaan yang akan dilontarkan Sheila kepadanya.     

"Coba aja tanya dulu!" Perintah Alfa keoada Sheila.     

"Abang ada yang di sembunyiin ke Sheila gak?" Tanya Sheila lagi.     

"Emangnya apa yang Abang sembunyiin ke kamu?" Tanya Alfa balik.     

Sheila kemudian mengedikan kedua bahunya dan mengangkat kedua alisnya ke atas.     

"Seperti.... VCD yang Sheila temuin di Kamar Abang waktu Abang gak ada di rumah." Uca pi Sheila to the point.     

"Kamu lihat Video itu?" Tanya Alfa.     

"Lihat," Jawab Sheila singkat.     

"Apa isinya? Sepertinya Abang lupa." Tanya Alfa untuk memastikan. Sebenarnya Alfa sangat mengingat betul video apa yang ada di setiap VCD miliknya.     

"Ada beberapa VCD yang Sheila lihat. Terus yang Sheila inget di setiap VCDnya bercerita tentang, Abang yang membully Kak Bagas, Terus waktu Abang ngevlog sama temen-temen abang. Dan satu lagi saat...." Ucapan Sheila yang sengaja dibuat menggantung.     

Gal tersebut membuat Alfa memikirkan alasanya untuk menjawab pertanyaan yang akan di lontarkan Sheila. Alfa yakin sekarang bahwa Sheila benar-benar telah menonton video itu.     

"Abang yang marah-marah dan menangis Dika ngan menyebut kata papah." Lanjut Sheila dengan jujur.     

"Terus yang mau di tanyakan apa?" Ulang Alfa.     

"Kenapa Abang bilang, di video itu bahwa Abang benci sama Papah?" Tanya Sheila untuk pertama kalinya.     

"Hm.... Kalau diinget-inget lagi karena waktu itu Abang masih SMP kemungkinan besar Papah gak mau beliin Abang sesuatu." Jawab Alfa berusaha dengan santai.     

"Tapi, dalam video itu Sheila dengar kata-kata suntikan. Apa itu Bang?" Tanya Sheila lagi.     

"Yah, mungkin saja Abang waktu itu takut di suntik. Kamu kan tahu sendiri kalau Papah seorang Profesor. Sehingga kalau abang sakit, Papah yang akan mengobati Abang." Jawab Alfa tanpa keragian sama sekali.     

"Oalah, begitu toh." Ucap Sheila pada akhirnya.     

"Percaya aja ni anak!" Batin Alfa lagi.     

"Terus...." Ucap Sheila.     

"Apa lagi?" Tanya Alfa.     

"Kenapa Abang ngelarang aku buat ketemu sama Kak Leo tenpa alasan yang jelas? Kalau aku tanya, Abang selalu saja marah?" Tanya Shrila lagi mengenai hubinganya dengan Leo yang tidak di restui Alfa.     

"Kamu kan tahu kalau Abang sayang sama kamu. Maka dari itu, Abang gak pernah lihat kamu main keluar berdua saja sama cowok. Jadinya ya Abang khawatir sama kamu." Jawab Alfa dengan lancar jaya.     

"Tapi kan Kak Leo baik, Bang." Babtah Sheila.     

"Tahu dari mana kamu kalau Leo itu baik orangnya?" Tanya Alfa.     

"Ya baik aja. Soalnya Kak Leo pernah nolongin Sheila waktu Sheila di bully sama kakak kelas." Jujur Sheila.     

"Kamu di bully? Kapan? Sama siapa?" Tanya Alfa khawatir.     

***     

Grep.     

Lagi lagi dan lagi, Gladis memegang Bagaskara tanpa permisi. Kali ini Ia melingkarkan tanganya di lengan Bagaskara yang sebelumnya berjalan mendahuluinya.     

"Gak keberatan kan?" Tanya Gladis keoada Bagaskara dengan senyuman.     

Bagaskara pun tak menjawabnya, Ia kemudian melanjutkan perjalananya menuju ruang rapat. Kondisi PPO Grinonium sendiri masih dalam perbaikan namun hanya kurang pada lantai ke 4-nya saja.     

Selama perjalanan menuju ke ruang rapat, pandangan semua pegawai di Grinoniun tertuju kepada Bagaskara dan Gladis. Bagaimana bisa mereka tidak menjadi pusat perhatian? Sedangkan Gladis sendiri merupakan seorang gadis yang memiliki darah campuran Indonesia—Jerman yang notabenenya terlihat sangat cantik menurut para pegawai di Grinonium.     

"Wah selamat pagi Pak Bagas dan Nona Galdis. Kalian cocok sekali." Sapa Mbak Cece yang melihat kearah Bagaskara dan Gladis.     

"Apa sih, Mbak? Kerja aja mbak yang bener." Jawab Bagaskara yang kenal dengan Mbak Cece.     

Karena usianya yang tidak terlalu tua, Cece meminta Bagaskara untuk memanggilnya dengan sebutan Mbak. Mereka juga akrab dan tidak terlalu menggunakan bahasa formal saat mereka saling berbicara.     

"Ish, Bagas ini. Saya kan sedang menyapa kalian dan sedikit memberikan opini yang ada di dalam pikiran saya." Jelas Mbak Cece dengan sangat cerewet.     

"Iya deh mbak iya. Tapi ucapan itu jangan diulangi lagi kalau ada di perusahaan ini." Ucap Bagaskara.     

"Kenapa emangnya? Kan bener yang diucapin sama Mbak Cece. Kitakan memang cocok." Ucap Gladis yang ikut angkat bicara.     

"Nah, benerkan ucapan saya? Nona Gladis saja paham, Ya kan Non?" Tanya Mbak Cece kepada Gladis.     

"Iya dong, Mbak." Jawab Gladis singkat.     

"Yaudah lah, Mbak. Saya pergi dulu." Ucap Bagas kemudian melangkah pergi.     

"Nanti kalau beneran jodoh bagi undangan ke saya ya, Pak Bagas. Hehehe." Ucap Mbak Cece kepada Bagas yang sedang berjalan. Mendengar itu membuat Bagaskara membalikan badan dan menatap tajam Mbak Cece dengan sekilas. Sedangkan Mbak Cece hanya tetap tertawa.     

***     

"Kakak tenan saja, Sheila baik-baik aja kok. Waktu itu Sheila di labrak sama anak kelas XIJ yang meminta Sheila untuk menjauhi Abang, Mungkin mereka pikir kalau Sheila deket sama Abang dan bukan adek Abang." Jelas Sheila.     

"Oalah, kirain. Terus gimana lanjutanya?" Tanya Alfa berusaha membuat Sheila bercerita sepuasnya.     

"Ya, waktu itu Sheila di guyur sama air. Terus Kak Leo nolongin Sheila ngasih jaketnya sama nungguin Sheila di UKS,"     

"Nah, mulai dari itu Shiela kenal dan akrab sama Kak Leo." Lanjutnya.     

"Yah, pokoknya apapun alasan kamu, Abang tetap tidak memperbolehkan kanu untuk dekat-dekat sama Leo." Tekan Alfa.     

"Lah kan. Abang ngelarang Sheila buat ngedeketin Kak Leo. Padahal Sheila sendiri gak tahu apa alasanya." Jelas Sheila lagi.     

"Kan tafi Abang udah bilang, Abang khawatir sama kamu!"     

"Tapi kan Sheila udah gede, masa Abang mau Sheila gak punya temen?"     

"Temenan sama yang lain aja! Gampang kan?"     

"Gak mau, Abang!"     

"Kamu suka sama Leo?" Tanya Alfa to the point mengingat semua bantahan dari Sheila.     

Sheila terdiam dan seketika itu pula raut wajhnya berubah. Ia berusaha menelan salivanya dengan berat secara tiba-tiba.     

"Berarti bener!" Ucap Alfa secara sepihak.     

"Bu, bu-kan. Sheila cuma gak mau aja temen Sheila gak bisa main sama Sheila gara-gara Abang!" Ucapnya.     

"Hilih, ngomong aja suka. Abang bilanyin ke Leo ah." Canda Alfa.     

"Kalau sampai Abang berani bilang ke Kak Lro yang aneh-aneh. Sheila pastiin Abang gak bisa... ehm.. gak bisa tidur dengan tenang." Ucap Sheila memberi peringatan.     

"Ihhh, atuuut. Gak masalah, Abang dengan mudah ngasih tahu ke Leo kalau Sheila suka sama Leo sampai berani ngancam Abangnya sendiri."     

"ABAAAAANG!" Teriak Sheila yang seketika menghampiri Alfa dan memukulnya secara sembarangan.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.