DUPLICATE.

KEKUATAN TATA



KEKUATAN TATA

0Setelah beberapa langkah dari ruangan Yosi, Gladis memanggil Bagas dan bersender di lenganya lagi.     
0

"Aku akan selalu ada di sisimu!" Ucap Gladis yang sekarang berjalan disamping Bagaskara.     

"Mampus, hidup gue gak bakalan tenang!" Batin Bagaskara tanpa menatap Gladis di sisinya.     

***     

Seorang gadis terduduk di balkon kamarnya dengan menghanyutkan segala pikiranya dalam lamunan. Semua hal berenang di kepalanya membuat penat pikiranya. Maka dari itu, Ia hanya menatap ke arah sang purnama dengan tersenyum tipis.     

"What shoul i do?" Ucapnya lemah diiringi angin yang menerpa tubuhnya. Beberapa helai rambut gadis itu menutupi wajahnya yang terlihat lembut.     

Cling...     

Sebuah pesan masuk di terima gadis itu, tanpa berpikir panjang Ia membuka dan membaca pesan itu.     

Dikate-kate (Dika) : Ta, gue dah ngomong sama Alfa. Besok kita kan makan di rumahnya. Jan lupa bawa makanan atau camilan dah, terserah lu.     

Membaca pesan tersebut tetap tidak membuat Tata menjadi bersemangat, mungkin karena dirinya lelah.     

Tata : Oke, Dik. Thanks ya atas infonya.     

Setelah membalas pesan dari Dika, Tata kemudian mematikan ponselnya dan kembali menatap bulan.     

"Tata, makan dulu, Sayang." Ucap Bunda Dinda memanggil Tata untuk melaksanakan makan malam bersama kedua orang tuanya.     

"Iya, Bun," Jawab Tata.     

"Hadueh, andaikan saja waktu ini bisa di perlambat atau di perpanjang. Gue capek huhuhu. Mo istirahat aja! Gak mau ngapa-ngapain huhuhu." Pekiknya dalam gumaman yang sangat sebal!     

Tata pun menarik napasnya berat dan mengaturnya agar seperti biasanya. Langkahnya yang berat Ia paksa untuk berjalan menuju ruang makan. Ia menghadap ke cermin sebentar guna membenarkan raut wajahnya agar tidak terlihat masam. Ia kemudian tersenyum, memaksa wajahnya untuk tetap terlihat baik-baik saja.     

"Oke, let's do that!" Pekiknya kepada dirinya sendiri. Demi apa pun, cewe kalau lagi galau selalu saja menyemangati dirinya sendiri. Itulah mengapa cewe selalu bisa terlihat happy di depan kalian.     

"You can, Ta! You can! Come on!" Ucapnya guna menyemangati dirinya sendiri.     

"HAAAAAAAAAAAH," Apa yang Ia harapkan tetap saja sama, dalam dirinya masih terasa lelah.     

"Ayo dong, Ta! Bisa kek diajak kompromi dikit, elah! Buruan turun, Bunda sama Ayah nungguin, Bego!" Ucap Twta bermonolog di depan cermin.     

Setelah dirasa cukup membaik keadaanya, Tata segera turun untuk berjumpa dengan Ayah dan Bundanya.     

"HALO AYAH, BUNDAAAA," Teriak Tata untuk menyapa Ayah dan Bundanya yang sedang berada di ruang makan.     

"Aih, kok gerakan mereka lambat sekali." Ucap Tata yang seketika melihat Ayah dan Bundanya bergerak sangat lambat.     

Tata pun menghampiri mereka dan memasang raut kebingungan.     

"Ayah?" Ucap Tata melambaikan tangannya di depan wajah Ayahnya.     

"Bunda?" Gantian Tata melambai di depan wajah Bunda Dinda.     

"Pada kenapa sih, orang tua gue?" Ucap Tata sebal!     

"Ah, masa kah?" Ucap Tata ketika mengingat sesuatu yang menakjubkan.     

"I-itu apakah kekuatan gue?" Ucap Tata kepada dirinya sendiri.     

"Yes! akhirnya nemu," Pekiknya dengan girang.     

"Sekarang gimana caranya buat balikin keadaan?"     

"kembalilah ke waktu semula!" Ucapnya mencoba menghentikan kekuatanya.     

Tapi sayang, kekuatanya tidak mengembalikan keadaan semula.     

"Mampus lo, Ta!" Ucapnya ketika ucapan untuk menghentikan kekuatanya ternyata gagal.     

"Waktu berjalan biasa!"     

"Stop my super power!"     

"Waktu berputar kembali!"     

"Waktu kembali semula!"     

"Bumi berotasi!"     

"Bumi berevolusi!"     

"Bumi ngambek!"     

???     

"Akhaaaaaaaaaah" Ucapnya dengan kesal.     

"Sial kenapa gagal mulu!" Ucap Tata yang kembali lelah.     

Ia kemudian menutup matanya dengan mencoba mengatur napasnya yang terasa berat—lagi.     

Ia tetap memejamkan matanya dengan sempurna. Ketika itu pula, Tata menyesal dengan ucapanya, dan berkata.     

"Maafkan aku, aku akan lebih menyayangi waktuku yang berharga. Setidaknya aku ingin waktu berjalan normal." Ucap Tata yang masih dalam memejamkan matanya.     

"Eh Tata, kapan kamu turunya?" Ucap Dinda yang membuat Tata membuka matanya.     

"Wah, berhasil! Aseeek. Bikin deg-degan aja ni kekuatan!" Batin Tata.     

"Barusan aja, Bun. Bunda sih yang gak lihat Tata turun." Ucap Tata dengan ramah.     

"Iya-iya." Ucap Dinda mengiyakan omongan putri tercintanya.     

"Gimana kamu, Ta? Baik-baik aja kan ya?" Tanya Ayah Tata kepada dirinya.     

"Capek banget, Yah!" Batinya.     

"Baik kok, Yah. Hidup berjalan seperti biasanya." Ucap Tata dengan senyum yang merekah.     

"Yaudah, yok makan. Setelah makan kamu istirahat ya! Ayah gak mau kamu kecapekan." Pesan Ayah.     

"Ayah bisa baca pikiran gue ya? Atau muka gue aja yang kelihatan lelah? Kenapa Ayah tahu kalau gue capek?" Bqtin Tata lagi.     

"Siap, Yah. Habis makan Tata akan tidur, hehehe." Jawab Tata dengan cengiran.     

"Iya, gapapa yang penting kamu gak sakit." Jawab Ayah Tata.     

***     

"Halo Bagaskara?" Ucap Gladis begitu melihat Bagaskara hendak keluar.     

"Mau kemana lo?" Tanya Gladis.     

"Mau keluar beli makan!" Ucap Bagaskara singkat.     

"Hah?" Ucap Gladis yang mendengar ucaoan Bagaskara. Dengan segera Ia berlari kecil untuk mendekat ke Bagaskara.     

"Ngapain beli? Aku udah masak!" Ucap Gladis sembari menarik Bagaskara untuk mengikutinya duduk di meja makan.     

"Sini, sini. Aku akan ngambilin makanan dulu, sebentar!" Ucap Gladis.     

Bagaskarapun hanya terdiam duduk di meja makan. Pandanganya tak teralihkan ke Gladis yang bolak-balik mengambil piring sebagai wadah masakanya. Saat Gladis menatap Bagaskara, Bagaskarapun langsung mengalihkan pandanganya.     

"Ini dia makananya. Kamu harus coba!" Ucap Gladis sembari memberikan Bagaskara makanan berisi nasi goreng, dengan campuran sosis, bakso, udang yang lumayan pedas. Gladis juga membuat bakpao hasil percobaanya.     

"Gimana? enak gak?" Tanya Gladis kepada Bagaskara dengan menaik turunkan aliasnya.     

"Huek, Gak enak!" Jawab Bagaskara.     

"Masa? Coba bakpaonya!" Perintah Gladis kepada Bagaskara untuk mencicipi bakpao buatanya.     

Bagaskara pun menggigit bakpai tersebut.     

"Tetap gak enak!" Ucap Bagaskara membuat Gladis kesal.     

"Masa sih? Gak tahu lah. Pokoknya lo tetap harus makan ini! Gue udah makan dan mau ke kamar! Bye!" Ucap Gladis dengan kesal sembari berjalan menuju kamarnya.     

Bagaskara yang melihat Gladis memasuki kamarnya. Ia kemudian menyantap masakan buatan Gladis dengan sangat lahap.     

"Gak enak dari mananya bego! Enak banget ini!" Ucap Bagaskara dengan memakan nasi goreng dan bakpao bikinan Gladis.     

"Enak?" Tiba-tiba muncul suara Gladis tepat berada di samping telinga Bagaskara membuatnya terkaget dan tersedak.     

"UHUUUK UHUK," Bagaskara tersedak karena ulah dari Gladis yang datang secara tiba-tiba.     

Dengan segera Gladis memberikan Bagaskara segelas minuman untuk di teguk oleh Bagaskara.     

"Makanya gak usah jaim, ngomongnya aja gak enak. Ditinggal sebentar eh udah mo habis aja. Hahaha," Sindir Gladis untuk Bagaskara.     

Bagaskarapun menatap tajam Gladis karena malu.     

"Ya maap, Hahaha," Ucap Gladis kemudian pergi ke ruang tengah untuk menonton televisi.     

Cling     

Hp Bagaskara berbunyi menandakan adanya sebuah pesan masuk. Pesan tersebut berisikan sebuah ajakan untuk pergi kerumah Alfa besok. Tak lupa Bagaskara pun membalas ajakan tersebut.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.