DUPLICATE.

PIKIRAN RUNYAM ALFA



PIKIRAN RUNYAM ALFA

0Sheila yang tengah belajar di dalam kamar Alfa pada akhirnya lelah juga. Ia sekarang sudah tertidur pulas di atas meja belajar milik Alfa. Alfa yang melihat hal tersebut menghampirinya dan membopongnya untuk ditidurkan di ranjang milik Alfa.     
0

Tanpa selang waktu yang lama, Gabriella mengetuk pintu kamar Alfa untuk berniat menemui Alfa di dalam kamarnya.     

Tok tok tok.     

"Alfa? Kamu sudah tidur?" Tanya Gabriella dengan mengetuk pintu kamar Alfa.     

"Belum, Mah." Jawab Alfa dengan menghampiri pintu kamarnya.     

Ceklek, Alfa membuka pintu kamar itu.     

"Ada apa, Mah?" Tanya Alfa kepada Gabriella mengenai tujuanya.     

"Ada beberapa hal yang ingin Mamah omongin lagi sama kamu." Ucap Gabriella.     

"Mau ngomong dimana, Mah?" Tanya Alfa.     

"Kita turun aja, Yuk!" Ajak Gabriella untuk berbicara di ruang keluarga.     

Alfa pun mengiyakan ajakan Gabriella dan mengikuti langkah perginya. Mereka menuruni tangga dan berhenti di ruang keluarga.     

"Gimana, Mah? Apa yang mau Mamah omongin?" Tanya Alfa.     

"Mamah cuma mau tanya bagaimana keadaan Alpha sejauh ini?" Tanya Gabriella.     

"Alfa juga belum tahu, Mah. Tapi sejauh ini Tuan Federick mengenal orang-orang yang menangkap Alpha. Kata Tuan Federick, kondisi Alpha akan aman-aman saja karena memang dasarnya Alfa yang sebenarnya di incar oleh mereka." Jawab Alfa dengan jujur.     

"Sebenarnya Mamah gak perlu khawatir tentang Alpha. Alfa akan segera mebebaskanya." Jawab Alfa dengan sungguh-sungguh.     

"Mamah percaya sama kamu, Alfa. Tapi bagaimana setelah Alpha kembali? Apakah Alpha akan kita kenalkan kepada Sheila dan teman-temanmu?" Tanya Gabriella lagi.     

"Inginnya Alfa sih begitu, Mah. Hanya saja nanti Alfa memperkenalkan Alpha sebagai siapa?" Tanya Alfa balik.     

"Yaudah nanti kita sambil jalan saja memikirkanya setelah Alpha kembali di rumah ini. Untuk hal lain, Mamah mohon sama kamu untuk benar-benar melindungi Sheila. Mamah sangat mengkhawatirkan dirinya. Mamah takut kalau Sheila juga akan ikut terseret dengan semua perbuatan Papahmu dulu." Pesan Gabriella.     

"Mamah tenang saja, Alfa pasti akan melindungi, Sheila. Pokoknya Mamah harus tenang dan jangan memikirkan hal-hal yang tidak di perlukan! Semuanya akan aman bersama Alfa, Mah. Mamah tenang saja ya!" Perintah Alfa untuk membuat Gabriella tidak terlalu pusing, karena Alfa takut Gabriella akan jatuh sakit jika memikirkan hal-hal yang sangat banyak.     

"Mamah sangat berharap kamu dengan cepat menyelesaikan semua perkara yang Papah perbuat padamu, Alfa. Mamah sangat menyanyangimu, dan Mamah gak ingin kamu pergi dari Mamah." Ucap Gabriella dengan menitihkan air matanya.     

"Maaaaah, sudahlah. Apa yang Mamah pikirkan ini tidak begitu penting. Mamah jangan memikirkan hal-hal yang berat. Tenanglah, disini ada Alfa yang akan melindungi kalian berdua, melindungi Mamah dan juga Sheila." Ucap Alfa dengan memeluk Gabriella dan mengelus bahu Gabriella. Sedangkan Gabriella menyenderkan kepadanya ke dada bidang milik Alfa.     

Nyaman dan hangat, itulah yang dirasakan kedua orang itu yang memiliki hubungan darah sebagai seorang ibu dan putranya. Terlihat sangat menyenangkan bahkan dapat menyejukan hati.     

"Mamah sayang sama Alfa dan Sheila." Ucap Gabriella yang masih bersandar di dada Alfa.     

"Alfa juga sangat menyayangi Mamah dan Sheila." Balas Alfa.     

Setelah bertemu dengan Gabriella, Alfa segera naik ke atas untuk menuju kamar pribadinya. Alfa tidur di sofa karena Sheila tengah tedtidur pulas di atas ranjangnya. Alfa tidak bisa tidur, banyak sekali masalah yang berterbangan di dalam pikiranya. Semakin dipaksa untuk dilupakan, justru masalah itu semakin kuat dalam bentuk bayangan.     

"Ah, Sial! Dari tadi berusaha tidur malah kagak bisa tidur! Padahal gue udah berusaha merelakskan pikiran gue, malah krpala gue jadi pusing." Ucap Alfa kepada dirinya sendiri.     

Jam menunjukan pukul 1 Malam. Ia sempat tertidur 15 menit yang lalu, dan kemudian terbangun karena memimpikan sesosok ayahnya yang masuk kedalam mimpinya.     

"Gue harus benar-benar nyelametin Alpha. Biar semuanya beres, masalah utamanya adalah Clonning Deluxie. Tapi, masa gue juga harus menghancurkan Clonning Deluxie kayak PPO Grinonium? Bukankah kata Tuan Federick Clonning Drluxie adalah orang-orang yang lebih memikirkan strategi dengan benar?" Ucap Alfa bermonolog. Ia kemudian memejamkan matanya untuk melepaskan pikuranya sejenak. Tiba-tiba saja perkataan Tuan Federick terlintas di benaknya.     

"Saya kurang paham dengan tujuan mereka. Tapi saya yakin, seseorang pernah membocorkan bahwa dalang dibalik Cloning Deluxie atau bisa dibilang pemimpin mereka adalah seorang pemuda yang cukup kuat pemikiranya. Rumor-rumor pemuda itu mampu beradaptasi menjadi manusia normal dan dia ternyata seumuran denganmu, Alfa. Saya sangat tak mempercayai rumor itu. Bagaimana bisa seseorang dengan usia yang sama denganmu mampu memimpin dan berkutik di bidang penelitian itu." Jelas Tuan Federick kala itu.     

"Eh, Anjir gue berusaha meminimalisir pikuran runyam gue, malah tambah keinget. Btw, Pimpinan Clonning Deluxie sekarang adalah seorang pelajar seumuran gue! Tapi siapa anjir?" Ucap Alfa begitu mengingat ucapan Tuam Federick.     

"Coba gue cari tahu besoklah. Tapi please Alfa, diri gue sendiri. Tidurlah! dan lupakan masalah di kehidupan nyata sejenak! Lu tahu gak sih pikiran di otak lu udah penuh! Jangan di tambah lagi! Tolong!" Ucap Alfa keoada dirinya sendiri.     

.     

.     

.     

.     

"Baaaaaaaaaang, bangun abaaaaaaaang!" Ucap Sheila berusaha membangunkan Alfa yang tengah tertidur di sofa.     

"Aaaah brisik lu dek! Masih pagi ini, gue belom tiduuuur!" Ucap Alfa frustasi sambil tetap memejamkan matanya dan mempetahankan Ia untuk berada di alam mimpi.     

"Bang, udah telat ini! Gue aja udah ganti baju woy! Dari tadi dibangunin waktu gue belom mandi sampai sekarang masiih aja molor!" Caci Sheila yang masih berusaha membuat Alfa tersadar dari mimpinya.     

"Ayo dong bang!" Ucap Sheila lagi dengan menggoyang-goyangkan tubuh Alfa dengan cepat dan penuh tenaga.     

"Iya-iya ini gue bangun! Ck ganggu aja!"     

"BURUAAAAAN!" Teriak Sheila tepat di telinga Alfa kerwna sudah tak tahan dengan keleletan Alfa.     

"Brisik!" Jawab Alfa singkat. Ia bangsung dari sofa dengan masih memejamkan matanya.     

"Nah gitu dong!" Ucap Sheila dengan berniat meninggalkan Alfa di kamar pribadi Alfa.     

"Abaaaang!" Tiba-tiba Sheila berteriak ketika dirinya sudah berada diambang pintu karena melihat Alfa menidurkan tubuhnya di kasur.     

Mendengar hal tersebut membuat Alfa terbangun kemudian terkekeh masuk ke kamar mandi tetap dengan memejamkan matanya. Sheilapun menghela napasnya kesal kemudian turun untuk bertemu dengan Gabriella dan melaksanakan makan pagi bersama.     

Tak butuh waktu lama akhirnya Alfa turun dan bergabung untuk makan, dengan segera mereka—Sheila dan Alfa— berpamitan dengan Gabriella.     

"Mah, Alfa sama Sheila pamit berangkat dulu ya." Ucap Alfa kepada Gabriella.     

"Iya sayang, nanti Mamah juga pamit ya. Terus kalau kalian sudah sampai dirumah akan bertemu dengan Bibi Una." Jelas Gabriella mengingatkan Alfa dan Sheila.     

"Siap, Mah. Mamah hati-hati, ya." Ucap Sheila dengan memeluk dan mencium Gabriella, Alfapun melakukan hal serupa dengan yang dilakukan Sheila.     

Setelah itu, Alfa dan Sheila meninggalkan perkarangan rumah dan menuju ke Sekolah dengan sangat terburu-buru.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.