DUPLICATE.

TERIAKAN BAGASKARA



TERIAKAN BAGASKARA

0"Dengan ini, semuanya akan selesai...." Gipson kemudian mengarakan langsung puluhan suntikan formula itu kearah bahu Bagaskara.     
0

Dan... Syuuuuuuur     

"AAAAAAKKKKHHHH," Teriakan Bagaskara menggema di seluruh ruangan ber cat putih itu.     

.     

.     

.     

"BAGASKARA!" panggil seseorang yang berusaha menenangkan dirinya.     

Mendengar ada seseorang yang memanggil namanya membuatnya merasa lega karena mendapat setitik cahaya yang tiba-tiba datang.     

Di dunia nyata, kedua mata Bagaskara terbuka sangat lebar dengan cepat setelah Ia berhasil mendengar suara Tuan Federcik yang sebenarnya.     

"Hah, hah, hah, hah." Deru napas Bagaskara yang terdengar sangat keras membuat Tuan Federick yang berada di sisinya bernapas lega.     

Tuan Federick kemudian meminta tolong kepada Grewn untuk membantunya,     

"Green, tolong ambilkan segelas air putih!" Perintah Tuan Federick kepada Green yang berdiri tak jauh dari posisinya.     

Tuan Federick benar-benar mengkhawatirkan keadaan Bagaskara yang sedari tadi hendak berteriak namun tertahan, tubuhnya yang kaku namun bergetar sangat membuatnya merasa ketakutan. Tuan Federick yang melihat Bagas seperti itu langsung berusaha memanggil namanya dan secepat mungkin membuat Bagaskara tersadar.     

"Bagas apa kau sudah tak apa-apa?" Tanya Tuan Federick yang mengkhawatirkan Bagaskara.     

"...." Tak ada jawaban dari Bagaskara. Dirinya hanya memandang lurus dengan tatapan kosong. Pikiranya belum bisa sepenuhnya menyadarkan bahwa Bagaskara kini sedang berada di dunia nyata.     

"Tenanglah, Bagas. Ini Minumlah!" Perintah Tuan Federick sembari memberikan minuman yang sebelumnya di ambilkan oleh Green.     

Mendengar suara tersebut membuat Bagaskara menatap Tuan Federick dengan lemah. Namun, Ia segara mengambil alih minuman dari tangan Tuan Federick untuk Ia teguk.     

"Lemah!" Ucapan lirih keluar dari mulut Bagaskara untuk mengumpati dirinya sendiri. Tuan Federick yang mendengar itu hanya tersenyum kearah Bagaskara.     

"Sudahlah, Bagaskara. Tidak semua orang bisa sehebat dirimu, tidak semua orang mampu bertahan seperti dirimu. Ihklaskan apa yang telah terjadi kepadamu, sehingga kamu akan mendapatkan hal yang lebih indah untuk menutupi semua lukamu itu."     

Kalimat bijak yang keluar dari mulut Tuan Federick mampu membiat Bagaskara sedikit merasa tenang.     

"Terima kasih, Tuan." Jawab Bagaskara dengan tersenyum lemah.     

Tuan Federick kemudian mengambil gelas dari genggaman Bagaskara untuk di taruhnya di atas nakas dekat bankar yang digunakan Bagaskara.     

"Sama-sama. Istirahatlah dulu, Bagas! Ini sudah malam. Aku yang akan menjagamu disini, tapi aku akan bicara dahulu dengan Alfa." Ucap Tuan Federick.     

"Cepat sekali? Bukanya tadi masih sore?" Tanya Bagaskara yang seperti orang kelimpungan.     

"Setelah aku menyuntikan formula itu, aku melihat kamu tidak bereaksi dengan cepat. Kau hanya tertidur pulas hingga akhirnya aku melihat tubuh kamu bergetar tapi tak bisa bergerak. Kau juga menggumamkan sesuatu yang bahkan tidak aku mengerti." Jelas Tuan Federick tentang keadaan Bagaskara setelah mendapatkan suntikan formula itu.     

"Sekali lagi terima kasih, Tuan Federick. Anda telah membantu saya." Ucap Bagas mengulangi perkataan terima kasihnya.     

"Tenang saja, dan sekarang istirahatlah sesuai perkataan saya!" Ucap Tuan Federick lagi. Bagaskara kemudian mengangguk.     

Tak lama setelah Bagaskara merebahkan tubuhnya, Tuan Federick bersama dengan Green langsung meninggalkan Bagaskara di ruangan itu. Tuan Federick kemudian bertemu dengan Alfa di ruangan Alfa.     

"Alfa," Panggil Tuan Federick dengan menyentuh bahu Alfa membauatnya sedikit terkaget.     

"Eh, Tuan Federick. Ada apa? Lalu bagaimana dengan Bagaskara sekarang" Tanya Alfa.     

"Bagaskara sudah membaik dan formula itu sudah saya berikan kepadanya. Saya hanya meminta kamu untuk pulang sendiri dan meninggalkan Bagaskara disini. Biar saya yang menjaga Bagaskara disini." Jelas Tuan Federick.     

"Memangnya Bagaskara kenapa?" Tanya Alfa lagi.     

"Tidak ada masalah yang serius, hanya saja aku berpikir bahwa Bagakara tadi sempat memimpikan kejadian kelamnya. Aku tak tahu dengan pasti, tetapi reaksi dari Bagaskara sangat membuatku khawatir." Jawab Tuan Federick.     

"Baiklah. Saya akan pulang sendiri." Ucap Alfa.     

"Bagaimana dengan strategi yang kau buat, Alfa?" Tanya Tuan Federick.     

"Apakah semuanya akan berjalan lancar?" Lanjutnya.     

"Iya, Tuan. Saya sudah mendapatkan beberapa taktik tambahan dari Bagaskara tadi siang. Semua yang kita butuhkan akan dibantu oleh Bagaskara. Maka dari itu saya sangat berterima kasih kepada Anda dan juga Bagaskara yang telah memanbatu saya untuk menyelamatkan Alpha." Ucap Alfa.     

"Tidak masalah untuk ku, Alfa. Ini juga saya yang seharusnya berterima kasih sekaligus memohon maaf atas tindakan saya di masa lalu." Jawab Tuan Federick yang masih terbayang rasa bersalah atas tindakanya di masa lalu.     

Alfa tersenyum mendengar perkataan Tuan Federick.     

"Baiklah, Saya pergi dulu. Jika kamu hendak pulang, saya harap kamu bertemu terlebih dahulu dengan Bagaskara." Ucap Tuan Federick.     

"Siap, Tuan. Nanti saya akan menjenguk Bagaskara di ruangan Tuan." Jawab Alfa dengan sopan.     

Tuan Federickpun akhirnya melangkah keluar.     

Cliiing,     

Tak butuh waktu lama tiba-tiba saja, Alfa menerima pesan suara dari nomor seseorang yang tak Alfa kenal. Pesan itu kemudian dengan segera di buka oleh Alfa dan didengarkanya pesan suara tersebut.     

"Abang, tolongin Sheila. Abaaaang, Sheila takuuut! Cepetan! Abang datang ke sini! Sheila sangat takuuuuut, hiks hiks hiks. Abaaaaang." Pesan suara yang berdurasikan 10 detik itu mampu membuat Alfa seketika marah dan mengkhawatirkan Sheila.     

Dengan segera Alfa menelpon nomor tersebut. Namun sayang, orang yang memiliki nomor itu menolak panggilan Alfa.     

"Sial!" Umpat Alfa ketika teleponya di tolak.     

Alfa akhirnya mengetikan pesan untuk membalas pesan suara tadi dan untuk mendapatkan informasi mengenai keberadaan Sheila sekarang.     

"Dimana Sheila dan lepasin dia, Bangsat!" Ketikan itu kemudian dikirim oleh Alfa kepada seseorang yang tak dikenal oleh Alfa.     

"Tenanglah, Adik lo akan aman saja sama gue asalkan lo, mau datang untuk menyelamatkan hidupnya. Dan pastikan lo harus datang seorang diri untuk menyelamatkan nyawanya. Alamat akan gue kirim dengan segera, haha." Balas orang tersebut dengan kembali menggunakan pesan suara yang dimodifikasi.     

Alfa dengan segera membereskan ruanganya dan pergi menuju ruangan Tuan Federick untuk berpamitan kepada Bagas dan juga Tuan Federick.     

"Tuan, Saya izin untuk pulang dahulu. Ada hal yang sangat penting yang harus saya lakukan." Ucap Alfa dengan cepat ketika sampai di ruangan Tuan Federick.     

Alfa yang melihat Bagaskara dsedang tertidur kemudian merendahkan volume suaranya.     

"Saya juga titip sedan kepada Bagas jika Ia sudah terbangun." Lanjut Alfa.     

"Baiklah, hati-hati." Jawab Tuan Federick singkat begitu melihat Alfa yang terlihat terburu-buru.     

"Terima kasih, Tuan." Ucap Alfa langsung setelah mendapat jawaban dari tuan Federick.     

Alfa kemudian membawa motor hitamnya saat datang kemari dengan Bagaskara. Ia dengan segera menyalakan motor tersebut dan memiliki satu tujuan yang jelas,     

"Selamatkan Sheila!" Batin Alfa yang sudah sangat membuatnya khawatir sekaligus marah. Ia tak akan mengampuni orang yang telah menculik Sheila jikalau terjadi apa-apa kepada adik kesanganya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.