DUPLICATE.

SAMBUTAN KELUARGA KORBAN



SAMBUTAN KELUARGA KORBAN

0Mendegar ucapan yang keluar dari mulut Raffaela, mampu membuat wanita itu mengerluarkan derai air mata. Hanya saja, mulut yang seharusnya melengkung ke bawah, harus Ia lengkungkan ke atas dan menatap Raffaela dengan sayup.     
0

"Apa yang kau bicarakan? Apakah Saya harus mempercayai kamu? Bahkan Saya sendiri tidak mengenalimu!" Ucap Wanita itu berusaha tegar dengan apa yang sudah ditakdirkan untuknya. Ia pun juga masih ada sedikit keraguan. Sebab, informasi seperti ini sangat mendadak untuk Ia ketahui.     

"Tolonglah, Saya tidak berbohong. Apapun yang Saya ucapkan dihadapan Anda adalaah sebuah kebenaran!" Jawab Raffaela dengan jelas!     

"Kebenaran?" Ulang wanita itu dengan air mata yang masih keluar membasahi pipinya yang mulus.     

Sungguh, melihat seorang perempuan menangis di hadapan Raffaela sangat membuatnya merasa terluka. Apalagi, wanita tersebut menangisi kepergian sang suami yang nyawanya telah direnggut oleh Raffaela sendiri.     

"Benar, Saya mengucapkan kebenaran!" Balas Raffaela dengan cepat.     

Wanita itu kemudian memberanikan diri untuk bertanya lebih lanjut kepada Raffaela.     

"Lalu, siapa yang ditugaskan untuk mengeksekusi mati suami Saya?" Pertanyaan yang terlontar dari mulut wanita itu mampu memberikan Raffaela ketakutan.     

Pasalnya, dari setiap keluarga yang Ia temui, mereka sama selalu tidak menanyakan siapa yang mengekekusi suami mereka. Mereka justru menerima semua uang yang Raffaela berikan untuk mengganti rugi kepergian suaminya.     

Disini, Raffaela benar-benar kebingungan harus menjawab apa, Ia sangat merasa bersalah. Dan dengan keberanian yang bodoh Ia justru mendekati keluarga sang korban yang telah Ia renggut dari mereka.     

"Ayolah, Fa! Terima semua konsekuensi mu saat harus datang menemui keluarga korban! Karena mereka adalah sebuah keluarga dari suami yang telah kau renggut tanpa belas kasihan. Setidaknya, keluarga korban harus mengetahui kebenaranya!" Batin Raffaela kembali berujar untuk membuat tekadnya kembali membara.     

Sudah beberapa detik mereka saling diam, terutama untuk Raffaela yang tak tahu harus menjawab apa. Pertanyaan yang sama kini dilontarkan kembali oleh wanita tersebut.     

"Mana? Kau bilang apa yang kamu ucapkan adalah sebuah kebenaran? Lalu, saya bertanya kepada kamu! Siapa yang telah diperintahkan untuk mengeksekusi suami Saya?" Ucap Wanita itu melontarkan pertanyaan yang sama.     

Mendengar pertanyaan itu kembali, akhirnya membuat Raffaela untuk menarik napasnua dengan berat, sebelum Ia kembali mengungkapkan kebenaran.     

"Saya!" Ujar Raffaela menggantung.     

"Saya, Saya yang diperintahkan untuk mengeksekusi Suami Anda! Dan Saya juga yang telah mengakhiri nyawa suami Anda!" Jawab Raffaela jujur pada akhirnya. Bukanya marah, justru wanita itu tertawa!     

"Hahaha, kau? Kau yang sudah membunuh suami Saya? Apa kau gila? Hahaha, sepertinya Saya sudah termakan sama perkataanmu, Nak! Apakah kau kira Saya akan mempercayai ucapannu itu? Hah?" Ujar wanita itu dengan tawanya yang telah merasa ditipu oleh Raffaela.     

"Mana ada, seorang pembunuh suami orang tiba-tiba datang ke rumah keluarga korban dengan menyatakan bahwa Ia telah membunuh suaminya! Hahaha, kau ini lucu sekali nak!" Sambung wanita itu dengan tawanya.     

Raffaelapun terdiam dengan menatap wanita itu resah. Apa yang telah Ia lakukan? Aoa yang dikatakan wanita itu benar! Mana ada seorang pembunuh telah mengklaim bahwa dirinya membunuh? Sudahlah, Raffaela! Hentikan semua kebodohanmu! Dan nikmatilah sisa hidupmi yang akan menanggung semua dosa yang telah kau perbuat!     

"Saya tidak memaksa untuk Anda percaya dengan Saya atau tidak! Yang jelas, seperti yang Saya katakan sebelumnya, bahwa apa yang Saya katakan adalah murni sebuah kebenaran!" Terang Raffaela kembali menjelaskan.     

"Selain Saya hendak memberikan kabar tersebut. Tujuan lain Saya yaitu berniat memberikan anda Uang senilai ratusan juta rupiah, yang bisa anda gunakan untuk membesarkan Anak anda yang masih kecil!" Sambung Raffaela dengan menyodorkan sebuah koper, berisi uang ratusan juta rupiah yang telah Ia katakan tadi.     

Wanita itupun terdiam, Ia kemudian mengamati ratusan uang yang ada di koper tersebut, Iapun kembali berucap.     

"Hahaha, kebenaran?"     

"Apa yang Kau sampaikan kepada Saya adalah sebuah kebenaran?"     

"Dan... dan uang ini? apakah kau ingin memberi belas kasihan kepada keluarga yang telah kau bunuh itu? HAH?"     

Deg!     

"KAU INGIN MEMBERIKAN RASA BELAS KASIHAN ITU KEPADA KAMI? DENGAN APA YANG TELAH KAU LAKUKAN ITU, HAH? JANGAN HARAP! KAMI TAK BUTUH RASA BELAS KASIHAN DARI ANDA SEKALIPUN!!!" Teriak wanita itu dengan mengambil uang yang ada di koper dihadapanya kemudian Ia lemparkan kepada Raffaela.     

PUK!     

Raffaela hanya terdiam menerima perlakuan seperti ini dari Istri korban, Ia memang pantas untuk mendapatkannya setelah membunuh suaminya. Tidak, bahkan tindakan ini sangat kurang dengan apa yang telah Ia lakukan.     

"PERGI DARI SINI! DAN BAWA SEMUA UANG INI DENGAN MENANGGUNG SEMUA DOSA YANG TELAH KAU PERBUAT KEPADA SUAMI SAYA!! PERGI!!!" Ucap Wanita itu terlihat sangat frustasi. Ia sama sekali tidak mengira bahwa Suaminya akan dieksekusi mati di dalam pekerjaanya.     

Memangnya apa yang telah Ia lakukan? Sampai-sampai Ia sendiri harus menerima hukuman mematikan tersebut? Jika ini merupakan pure kesalahan suaminya, apakah suaminya benar-benar tidak bisa dimaafkan? Mengapa mereka dengan mudahnya merenggit nyawa suami yang memiliki seorang putri? Dimana rasa belas kasihan mereka saat mereka membunuh suaminya?     

"Tolonglah, kali ini saja, terima semua uang yang Saya berikan untuk Anda! Jangan Anda memikirkan keegoisan diri Anda sendiri. Anak Anda juga harus Anda besarkan. Saya yang akan menanggung semua yang keluarga Anda butuhkan! Saya yang akan bertanggung jawab!" Bujuk Raffaela keoada wanita itu yang kini semakin menangis.     

Tiba-tiba, datanglah putri mereka yang berlari untuk memeluk ibunya yang sedang menangis.     

"Ibu, Ibu kenapa menangis, huhuhu... Apa yang telah kakak itu lakukan kepada Ibu? Kenapa Ibu menangis huhuhu." Ujar gadis kecil itu menangis dengan memeluk erat tubuh sang Ibu.     

"Tolong pergilah! Saya tidak ingin berteriak lagi di hadapan anak Saya! Saya mohon kebesaran hati Anda untuk angkat kaki dari rumah Saya! Dan bawa seluruh Uang yang Anda banggakan itu! Tolonglah, jangan bebani keluarga Saya lagi untuk tetap berurusan dengan Anda! Saya mohon...." Tutur Wanita itu lirih dengan tangisan yang telah Ia keluarkan.     

Wanita itu memeluk putrinya dengan erat. Terlihat kebingungan yang wanita itu pancarkan, bagaimana Ia akan memberitahukan kematian Ayahnya di depan putri kecilnya ini?     

"Baiklah, Saya akan pergi, tapi tidak dengan membawa uangnya. Saya akan tinggalkan uangnya disini beserta nomor pribadi Saya! Saya akan melakukan apa saja yang Anda perintahkan! Dan Saya juga akan bertanggung jawab kepada keluarga Anda!" Tutur Raffaela tanpa rasa gentar.     

Iapun meninggalkan kartu namanya di atas koper yang berisi uang yang berantakan. Iapun menatap sayu Wanita itu dan anaknya secara bergantian.     

Terkutuklah kau Raffaela!     

"Kau gadis kecil. Tumbuhlah dewasa dengan cepat, bahagiakanlah dan jaga Ibumu dengan baik ya!" Ucap Raffaela sebelum akhirnya Ia meninggalkan rumah keluarga korban.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.