DUPLICATE.

PIKIRAN RUNYAM RAFFAELA



PIKIRAN RUNYAM RAFFAELA

0Di sebuah ruangan yang terlihat bernuansa elegan, begitu indah dan pas untuk dipandang mata. Dekor yang tak terlalu ramai juga senada dengan warna abu-abu bercampur putih.     
0

Detingan suara jam dinding memenuhi penjuru ruangan di tengah keheningan malam yang melanda, sudah lebih dari satu jam pemuda yang terbaring di kasur berukuran king size tetap saja tidak bisa memejamkan matanya erat untuk memasuki dunia bawah sadarnya.     

Pemuda itu terus saja terngiang perkataan pria paruh baya yang Ia temui di bar beberapa jam lalu saat pemuda tersebut disana.     

Pemuda itu mencoba lagi memejamkan matanya untuk yang keseratus kalinya. Tapi sayang, semuanya kembali seperti semula, berbagai kejadian yang Ia lalui tadi kembali terlintas dalam bentuk bayangan.     

.     

.     

.     

"Nak, kalau boleh Saya sarankan kepada kamu," Kalimat pertama pria paruh baya itu membuat Raffaela menutup telinganya kuat-kuat dengan memejamkan matanya kuat-kuat.     

"...Carilah apapun hal yang bisa membuat ingatanmu kembali, sebelum kau sendiri menyesali atas apa yang kau kerjakan hari ini!" Damn! Bahkan bagaimana postur pria itu menyampaikan kalimatnya benar-benar tergambar melalui bayangan kala Raffaela memejamkan matanya.     

.     

.     

.     

Raffaelapun dengan segera membuka matanya lagi, tanpa bangkit dari posisi rebahanya, Ia pun berpikir,     

"Apa yang akan gue sesali kemudian? Gue aja kagak tahu apa yang gue lupakan, mana bisa gue bakalan nyesel!" Ujar Raffaela bermonolog dengan nada yang sangat kesal.     

Ia pun menarik napasnya dengan berat. Berusaha apa yang sedang Ia pikirkan akan larut pergi bersamaan napas yang Ia hembuskan.     

Tapi sayangnya tidak, Ia justru kembali mendengar kata-kata lain yang diucapkan oleh pria itu.     

.     

.     

.     

"Oh iya satu lagi, Saya rasa kau memang masih sekolah, Nak! Jadi tolong hentikan meminum bir di tempat seperti ini dan segera letakan minuman yang ada di tanganmu. Lekas itu, bersegeralah pulang untuk beristirahat!" Ucapan Pria itu kembali terngiang di pikiran Alfa. Bahkan dengan mata Alfa yang masih terbuka.     

.     

.     

.     

"Sial! Apanya yang istirahat? Gue mau tidur aja kebayang ucapan ama wajah om om itu!" Ujar Raffaela bermonolog lagi.     

Ia benar-benar merasa lelah karena hari ini. Padahal tujuan sebelumnya Ia pergi ke bar adalah untuk melepaskan semua rasa penat dan lelahnya hari ini. Eh, malah Ia bertemu dengan pria tak dikenal yang mengatakan bahwa mereka pernah bertemu. Hal ini benar-benar membuat Raffaela menambah lelah dan masalahnya.     

Raffaelapun akhirnya mengingat lagi siapa nama pria itu sebelumnya, bisa saja nama itu yang akan menjadi kunci untuk kembali mengembalikan ingatanya yang hilang.     

.     

.     

.     

"Kalau boleh tahu, siapa nama Tuan?" Tanya Raffaela kala itu.     

"...Panggil Saya Tuan Federick!" Jawab pria itu tanpa menatap ke arah Raffaela.     

Mudah sekali Raffaela untuk segera menemukan nama pria paruh baya itu dalam ingatanya!     

.     

.     

.     

"Tuan? Tuan Federick? Okelah, bakal gue tandain namanya ntu! Kalau sampai gue ketemu lagi ama tu om om, gue bakalan tanya apa maksud dari ucapanya ini?" Tekad Raffaela yang sudah membuat planing jika bertemu dengan Tuan Federick lagi.     

Karena merasa kesal sebab Raffaela tidak bisa tertidur dengan nyenyak. Akhirnya Raffaela pergi ke sofa untuk menyalakan tv di tengah jam yang menunjukan pukul 03.00 A. M. Ia hanya beberapa kali kengganti channel yang menarik, hanya saja Ia tidak menemukan. Sampai akhirnya Raffaela tertarik dengan sebuah berita pagi yang berisikan tentang tempatnya bekerja.     

"Pemirsa, Saya melaporkan dari gedung yang di duga milik Ckoning Deluxie mengalami kebakaran yang cukup parah, kebakaran ini terjadi di beberapa titik di dalam ruangan gedung tersebut. Tak diketahui penyebabnya secara pasti, karena dari pihak Cloning Deluxie dan kepolisian hanya menyimpulkan bahwa adanya bahan yang mudah meledak yang disimpan di ruangan tersebut. Tak ada banyak penjelasan yang keluar dari pihak kepolisian, hingga pada akhirnya penyebab kebakaran ini di duga atas kelalaian pekerja di Cloning Deluxie. Sekian laporan dari saya di tempat kejadian, Selanjutnya saya kembalikan ke studio kembali!" Ujar salah satu reporter yang menyampaikan berita melalui apa yang mereka ketahui.     

Pandangan Raffaela sangat kosong menatap saluran televisi yang sedang Ia tonton. Tak ada ekspresi yang dikeluarkan Raffaela.     

.     

.     

.     

.     

"Siapa sih lu? Apa tujuan lu untuk nangkep gue?"     

"Hahaha, gak perlu lu tahu siapa gue sebenarnya! Yang cukup lo tahu adalah, gue adalah orang terdekat dan ada di sekeliling lu!"     

"Bisa-bisanya kalian percaya diri melawan Cloning Deluxie. Hey, butuh waktu untuk kalian memenangkan Persaingan ini!"     

"Cih, ternyata dari tadi dia menyimpan energinya?"     

"Sudah paham ya ternyata?"     

"Sial,"     

"I win, Alfaeyza Alexander!"     

WUUUUUSSH! DOR!     

£D pun melontarkan tembakan panas yang Ia sembunyikan di balik jubahnya, untuk diarahkan kepada Tata dan Dika. Beruntungnya tidak ada diantara mereka yang terluka. Tapi, hal yang dilakukan £D mampu membuat mereka berteriak mengucapkan,     

"ALFAAAAA!" Teriak seluruh orang yang melihat hal ini—Tata, Dika, Gladis, dan juga Bagaskara.     

"AAAAAAAKKKKHHH"     

.     

.     

.     

"AH SIAL! Ternyata mimpi, gila! Mimpi apaan itu?" Ujar Raffaela begitu terbangun dari tidur singkatnya.     

Raffaelapun mengeluarkan keringat, padahal sugu di dalam ruangan Raffaela lumayan dingin.     

"Cih, ternyata gue ketiduran disofa, mana tv masih nyala!" Cicit Raffaela keoada dirinya sendiri begitu melihat sekelilingnya dan mendapati tv di hadapanya yang masih menyala.     

Iapun dengan segera melihat jam kecil yang ada di atas meja samping sofa miliknya. Iapun terkaget, karena jam masih menunjukan pukul 5 pagi, itu artinya Raffaela hanya tertidur kurang lebih 2 jam-an.     

Setelah Ia memimpikan kejadian itu, entah mengapa Raffaela seperti mendapatkan sebuah informasi yang seharusnya oenting baginya. Tapi sayang Ia tidak ingat apa yang telah Ia mimpikan.     

"Aaakh," Decit Raffaela yang merasakan sakit di kepalanya yang menyerang tiba-tiba. Semua kejadian yang Ia mimpikan kembali membayangi pikiran Raffaela.     

Tapi, begitu Raffaela mencoba untuk mengingat dengan kesadaran penuh, Ia sama sekali tidak mengingat ucapan bahkan nama-nama orang yang ada di dalam mimpinya tersebut.     

"Aaaaaah, Sial! Apes bener gue, hah! Mana nambah pusing lagi ni kepala! Kalau bisa mah gue copot dah buat sementara!" Keluh Raffaela dengan memegangi kepalanya yang terasa pusing.     

Ia mencoba untuk bangkit dan sesekali berpegangan pada sofa untuk menopang tubuhnya supaya tidak terjatuh. Setelah dirasa lumayan, Raffaela segera memasuki arena dapur untuk menyiapkan makan pagi untuknya pribadi.     

Ia lebih memilih untuk segera bangkit tanpa berniat untuk tidur kembali. Toh Ia bakalan yakin jika Ia mencoba tidur kembali, Ia tidak akan bisa tidur sampai jam kerja Raffaela datang di waktu pagi.     

Ia kemudian mengambil telur dan memasaknya di wajan di atas kompor. Tak lupa Ia juga menambahkan garam dan berbagai bahan yang ada di dapurnya.     

Raffaela juga memasukan dua buah roti ke tempat pembuatan roti bakar. Sembari menunggu roti itu siap, Raffaela membuat susu putih untuk Ia jadikan minuman pagi yang lezat menurutnya. Dan tanpa menunggu waktu lama lagi roti itu sudah siap.     

TIIIIING!     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.