DUPLICATE.

MISI PENYAMARAN



MISI PENYAMARAN

0Di sebuah ruangan yang terlihat elegan dengan bernuansa abu-abu yang mendominasi. Terpaan angin berrebut untuk masuk melalui jendela yang masih terbuka dengan lebar. Mungkin yang empunya kamar merasa sangat kelelahan, sampai-sampai Ia terluoa bahwa kaca jendela kamarnya masih belum tertutup dengan sempurna.     
0

Gorden yang ada di kamar tersebut bergoyang-goyang tatkala Angin menerpa gorden yang menghalangi mereka, angin tersebut memaksanya mengizinkan mereka memasuki ruangan tersebut.     

Terlihatlah seorang pemuda yang sedang tertidur dengan sangat pulas. Namun, terlihat keringan bercucuran keluar di sekujur tubuhnya, keringat itu membasahi baju pemuda itu yang masih lengkap dengan jas dan kemeja putihnya. Padahal, ac di ruangan itu menyala, apa lagi dengan angin yang memaksa masuk untuk membuat suhu di dalam ruangan semakin dingin.     

Tapi, walau pemuda itu tidur dengan pulas, Ia pun tidak merasakan memiliki ketenangan saat tidur. Lihatlah sekarang! Kepalanya menggeleng ke kanan dan ke kiri secara cepat. Entah apa yang sedang Ia alami. Namun, yakinlah bahwa itu tidak sebaik yang kalian kira!     

BUKA!     

Mata yang awalnya terpejam dengan sangat rapat, tiba-tiba sudah membuka dan menunjukan bola matanya yang kosong. Bola mata itu kemudian melirik ke kanan dan kekiri untuk memastikan apakah Ia masih baik-baik saja atau sudah tiada dan berada di alam yang berbeda.     

Setelah Ia merasa aman, Ia pun memejamkan matanya singkat dan berusaha mengatur napasnya yang masih terasa memburu. Tak hanya itu, suhu badanya-pun kini terasa panas bberkeringatdengan suhu lingkungan yang dingin!     

"Sialan! Mimpi apaan itu! Bikin gue mau mati aja!" Umpat Raffaela tatkala Ia mendapatkan mimpi yang benar-benar terasa nyata. Iapun terduduk dan mengusap wajahnya dengan sembarang menggunakan kedua telapak tanganya.     

Tanpa menunggu lama, Ia kemudian melepaskan jas hitam dan kemeja yang masih melekat di tubuhnya. Sekarang, terpampanglah kaos silet laki-laki berwarna putih! Terlihatlah otot tangan Raffaela yang sedikit kekar.     

Tak lupa, celana panjang hitam yang masih melekat di kakinya pun dengan segera Ia turunkan. Sekarang, sudah nyaman Ia menggunakan kaos singlet laki-laki berwarna putih dan celana boxer kesayangan Raffaela dengan motif spongebob.     

"Ck, Kenapa sekali lagi gue harus denger nama Alfaeyza Alexander. Siapa dia? Dan aoa hubunganya sama gue? Nama gue cukuo satu! Raffaela! Just it man!" Gerutu Raffaela yang sudah tak bisa berpikir lagi.     

Pasalnya Ia mendengar seseirang menyebutkan nama Alfaeyza tak hanya sekali atau dua kali, lebih dari itu. Bahkan sejak Ia bertemu dengan pria tua itu di Bar, nama Alfaeyza Alexander selalu terngiang di telinga Raffaela setiap hari.     

Raffaela kini bangkit dari tempat tidurnya dan segera menuju dapur untuk mengambil dan meneguk segelas air minum. Tak lupa, Ia pun menutup jendela yang sedari tadi terbuka karena kelalaian dirinya malam ini.     

"Sudah lah! Sepertinya mulai saat ini gue harus sudah memulai untuk mencari tahu siapakah Alfaeyza Alexander itu!" Ujar Raffaela bermonolog dengan dirinya sendiri.     

"Samapai gue nemuin tu anak, gue gibeng palanya, biar dia mampus! Beraninya dia mengusik ketenangan hidup seorang eksekutif bernama Raffaela." Sambungnya dengan rasa kesal yang masih terselumut.     

"Mana mimpi ini berada nyata, anjir. Gue gak bisa gerak di saat gue digebukin! Mana tiba-tiba dateng empat orang tak dikenal nembakin gue pake puluru. Mana peluru itu nancep ditubuh gue, Hiihaosbskakamakbwks, gila bener kalau dibayangin lagi!"     

Merinding! Itu lah yang dirasakan Raffaela sekarang begitu mengingat mimpi yang baru saja Ia alami dengan sangat detail. Bahkan banjir darah yang membasahi kakinya kini masih terasa lembab. Raffaela sendiri sudah tak tahan memikirkan itu semua.     

Ia pun kembali menyalakan televisi untuk menemaninya di tengah malam. Karena rasa lelah yang menimpa dirinya. Tak butuh waktu lama untuk Raffaela kembali terlelap di sofa dengan televisi yang masih menyala sampai hari menjelang pagi.     

***     

"Sheila udah siap?" Tanya Alpha yang berada di luar kamar Sheila, untuk menanti Sheila keluar dari kamarnya.     

"Sudah kak, habis ini Sheila akan keluar!" Jawab Sheila yang dengan suara yang nyaring dari dalam kamar.     

Ceklek!     

Suara pintu yang terdengan terbuka. Tak butuh waktu lama, kini, sosok Sheila yang baru keluar dari kamarnya dan menatap ke arah Alpha yang juga menatapnya dengan takjub dan terkaget.     

"Ini beneran kamu, Sheil?" Tanya Alpha spontan begitu melihat perubahan penampilan Sheila yang sangat drastis.     

Penampilan Sheila benar-benar membuat Alpha tak bisa mengenalinya. Wig pendek se bahu dengan warna hitam, Baju kemeja berwarna putih panjang dengan rok hitam selutut yang sangat pas di tubuh Sheila. Tak lupa, sepatu high heels yang berwarna hitam juga melekas di kakinya. Oh iya, Kaca mata hitam sudah menggantung di kancing bajunya tepat di hadapan dada Sheila.     

"Iya lah, Kak! Siapa lagi?" Jawab Sheila kepada Alpha yang masih menatapnya tak percaya.     

Wajah Alpha sungguh membuat Sheila terkwkeh pelan.     

"Penampilan kamu berubah banget, Sheila!" Ujar Aloha dengan sangat jujur melihat hal tersebut. Pandangan Alpha memang tak visa luput dari Sheila, Ia benar - benar Beda!     

"Syukurlah, kalau begini. Kita gak akan bisa ketahuan dong, kak! Bukanya malah bagus?" Tanya Sheila yang juga ada benarnya.     

mereka— Alpha dan Sheila— Sedang hendak melakukan penyamaran untuk keluar dari apartemen ini. Karena ini apartemen pribadi milik Leo, jadi, tak ada yang bisa mencurigai mereka.     

Alphapun tak mau kalah untuk meruvah pakaianya. Dengan gaya yang casual dan rambut yang dibiarkan ke atas menggunakan pomade. Tak lupa Ia memakai masker dan menggunskan kacamata bening untuk sedikit menutupi identitasnya. Oh iya, tahi lalat kecil tentunya sudah terpasang di bagian atas bibir kananya. Kalau semisal masker itu dibuka, tahi lalat itu mampu mengecoh wajah Alpha yang persis dengan Alfaeyza Alexander.     

"Baiklah, kamu benar!" Ucap Alpha mengakui kebenaran apa yang telah diucaokan oleh Sheila.     

"APakah kamu duah siap?" Sambung Aloha untuk bertanya kepada Sheila yang menatapnya dengan senyuman.     

"Sudah dong kak! Marilah kita berangkat!" Jawab Sheila dengan rasa senang. Entahlah, Ia tak sabar untuk bertemu dengan Abang kandungnya sendiri.     

"Let's go!" Pekik Alpha kemudian di dekati oleh Sheila yang menggenggam tangan Alpha.     

Akhirnya merekapun berjalan keluar dan tak lupa untuk menutup pintu apartemen milik Leo. Walaupun itu milik Leo. Tapi Leo sampai sekarang belum mengunjungi keberadaan Sheila dan Alpha, terhitung sejak Sheila di bawa ke apartemen itu dan Alpha yang menghampiri Sheila disana.     

Mereka pun sekarang sudah berada di parkiran dan memasuki mobil warna hitam yang sudah tersedia. Dengan begini, merekapun segera melenggang pergi untuk menemui Tuan Federick di markas atau laboratorium pribadinya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.