DUPLICATE.

PERASAAN YANG TAK TERSAMPAIKAN



PERASAAN YANG TAK TERSAMPAIKAN

0"Sheila pergi bersama temannya." Ucap Gabriella dengan jujur.     
0

Mereka mengobrol sembari berjalan masuk ke dalam rumah. Mereka pun duduk di sofa ruang keluarga. Dengan Gabriella yang melanjutkan menonton sinetron kesayanganya.     

"Sheila pergi sama Nita ya, Mah?" Tanya Alfa memastikan.     

"Bukan,"     

"Sheila pergi sama temen cowonya." Ucap Gabriella membuat Alfa menatapnya. Pandanga Gabriella tetap mengarah ke layar televisi.     

"Hah? Iya kah? Gak biasanya Sheila pergi sama cowo, Mamah tahu namanya siapa?" Tanya Alfa.     

"Aduh Mamah lupa, bentar Mamah ingat ingat dulu," Ucap Gabriella.     

"Kalau gak salah namanya Leo." Ucap Gabriella membuat Alfa mengerutkan keningnya.     

"Mamah yakin?" Tanya Alfa memastikan.     

"Yakin, Mamah baru inget lagi namanya." Jelas Gabriella terlihat sangat meyakinkan di mata Alfa.     

"Yaudah, Mah. Alfa ke kamar dulu ya." Pamit Alfa dengan segera pergi memasuki kamarnya.     

***     

"Ehmm, Sheil," Panggil Leo ditengah mereka menikmati hidangan yang mereka pesan.     

"Kenapa kak?" Tanya Sheila kepada Leo, Sheila tak berhenti memasukan makanan yang Ia makan.     

"Ada yang mau aku omongin sama kamu, Sheil." Ucap Leo berusaha memberanikan diri.     

"Ngomong aja kak, mau ngomong apa?" Tanya Sheila sekali lagi.     

"Sebenarnya...." Ucapan Leo terpotong karena handphone Sheila berbunyi.     

KRIIIIIING     

Terpampanglah nama Alfa dilayar ponsel milik Sheila. Dengan segera Sheila meminta izin untuk mengangkat teleponya. Sedangkan Leo berpasrah karena ucapanya harus terpotong.     

"Halo, Bang?" Ucap Sheila membuka percakapan. Sheila berdiri agak menjauh dari Leo.     

"Kamu dimana sekarang?" Tanya Alfa to the point.     

"Lagi makan, Bang."     

"Sama siapa?"     

"Sama Kak Leo, Bang. Kenapa?" Jawab Sheila dengan jujur.     

"Pulang, sekarang!"     

"Memangnya kenapa, Bang?" Sheilapun dibuat heran dengan Alfa yang tiba-tiba menyuruhnya pulang.     

"Pulang sekarang! atau abang yang jemput kamu kesana?" Tawar Alfa dengan tujuan yang sama, yaitu membuat Sheila pulang kerumah.     

"Memangnya ada apa, Bang? kenapa tiba-tiba?" Tanya Sheila yang semakin bingung.     

"Sheila, cepetan! Abang tunggu dirumah!" Ucap Alfa tanpa penolakan.     

"Iya iya Sheila segera pulang!" Ucap Sheila pasrah.     

"Sekarang!" Tekan Alfa.     

"Ck iya abaaaaaaaang." Ucap Sheila.     

Alfapun menutup teleponya, bibir Sheila kini berhasil maju dengan sempurna. Kesal dengan permintaaan Alfa yang dengan tiba-tiba menyuruhnya untuk pulang.     

"Ck, Kenapa sih? abang gak biasanya bikin Sheila kesal!" Batin Sheila, kini langkahnya berjalan menuju tempat Leo berada.     

"Kenapa, Sheil? Kok cemberut?" Tanya Leo yang melihat kekecewaan di wajah Sheila.     

"Pulang yuk, Kak. Aku disuruh pulang sama Bang Alfa. Maaf ya kak gak bisa lama-lama dan mendadak seperti ini." Ucap Sheila.     

"Iya, Sheil. Gapapa, kita pulang aja." Jawab Leo.     

"Aduh, masak gak di cegah sih!" Batin Sheila tambah kecewa.     

"Kak Leo gak papa beneran?" Tanya Sheila.     

Apalah daya, jika memang perasaan yang harus dipendam lebih baik mengapa tidak melakukanya. Leo sadar dan sudah mengerti bahwa Alfa adalah orang yang harus Ia tangkap. Leo dilema dengan jati dirinya dan kenyataan hidupnya memang tak pernah berpihak kepadanya.     

"Iya gapapa, santay aja Sheil. Kita masih bisa pergi lain kali."     

"Semoga." Batin Leo tepat setelah mengucapkan kalimat tersebut. Ia tak yakin kalau akan bisa pergi bersama Sheila lagi.     

"Iya kak."     

"Ayuk, kita pulang, Sheil." Ajak Leo, Leo dengan tegar berusaha menyembunyikan rasa kecewanya. Sheilapun mengangguk dalam kekecewaan dan berjalan disamping Leo.     

Merekapun memasuki mobil milik Leo. Dengan segera Leo menjalankan mobilnya.     

"Kakak kamu namanya Alfa ya, Sheil?" Tanya Leo.     

"Iya, apakah kakak kenal?" Tanya Sheila, Leo menggelengkan kepala.     

"Aku hanya tahu nama kakak kamu aja," Ucap Leo.     

"Oalah, kirain kakak kenal sama Bang Alfa." Ucap Sheila.     

"Memangnya ada apa? Kenapa kakak kamu nyuruh kamu pulang?" Sheila hanya mngedikan bahunya.     

"Entah, tiba-tiba aja Bang Alfa meminta Sheila untuk segera pulang." Jawab Sheila jujur.     

"Maaf lagi ya kak, Aku jadi gak enak karena langsung ngajak kakak pulang," Ucap Sheila benar-benar merasa bersalah.     

"Hei hei hei, it isn't your mistake, Baby. Jadi kamu gak perlu minta maaf." Ucap Leo berusaha untuk tidak membuat Sheila merasa bersalah.     

"Tapi aku bener-bener gak enak sama Kak Leo."     

"Kan udah dibilang besok kita pergi lagi aja lain waktu." Jawab Leo.     

"Oh iya kak, tadikan Kakak mau ngomong sesuatu? Apa itu?" Tanya Sheila     

"Ini bukan waktu yang tepat untuk membicarakan ini, sepertinya gue harus nyelesain masalah antara CD dengan Alfa." Batin Leo.     

"Apa ya Sheil? Aku lupa hehehe," Ucap Leo dengan nada yang menahan tawa.     

"Maafin gue, Sheil. Gue milih jadi cowo pengecut dan memendam perasaan gue." Btin Leo.     

"Yah... Bikin penasaran aja!" Gerutu Sheila.     

"Hehehe, maaf ya. Ntar kalau udah inget aku kabarin." Ucap Leo.     

***     

"Sheila, Masuk!" Ucap Alfa berdori di gerbang dengan memandang kearah Sheila dan Leo yang berada di depan rumah keluarga Alexander.     

"Kenapa sih, Bang? Gak biasanya!" Ucap Sheila yang mulai kesal dengan tingkah Alfa yang tak seperti biasanya.     

"Masuk, Sheila! CEPAT!" Ucap Alfa membuat Sheila terkaget karena bentakan Alfa di akhir kata.     

Demi apapun, baru kali ini Sheila mendengar bentakan dari Alfa. Mata Sheila nanar dan menahan air mata melihat bentakan pertama dari Alfa. Dengan menahan air matanya, Sheila kemudian berlari memasuki rumahnya meninggalkan Alfa dan Leo berdua.     

"Dan Lo! Gue peringatin untuk tidak macam-macam sama adek gue! Paham?!" Ancam Alfa kepada Leo.     

Setelah mengucapkan kalimat tersebut, Alfa kemudian menutup gerbang dan memasuki rumah menghampiri Sheila dikamar Sheila.     

Tok tok tok     

"Sheila, bukain pintunya Sheil! Maafin Abang, Abang gak niat bentak kamu." Mohon Alfa.     

Dengan sangat, Alfa benar-benar menyesali perbuatanya. Tapi bagaimana lagi, mungkin ini cara yang Ia pilih untuk menjauhkan Sheila dari Leo, tentunya untuk melindungi Sheila.     

"...." Tak ada jawaban yang dilontarkan Sheila. Ia menangis dalam diam sembari membaringkan tubuhnya terlungkup. Yap, Ia kecewa dan merasa sakit hati dibentak oleh Alfa yang notabenenya tidak pernah berbicara lantang kepada Sheila maupun Gabriella.     

"Sheila? Abang mohon, Sheil!" Alfapun tak menyerah untuk mendapatkan pemafaaan dari Sheila.     

"..."     

"Sheila kenapa, Fa?" Suara Gabriella kini terdengar diantara kakak beradik yang sedang memiliki kesalahpahaman. Gabriella berdiri dibelakang Alfa.     

"Mamah?" Batin Sheila di tengah isakanya.     

"Bukan apa-apa kok, Mah. Mamah tenang aja, ini cuma kesalahpahaman antara Alfa sama Sheila, Mah." Jelas Alfa.     

"Gak mungkin dong Gue ceritake Mamah kalau Leo juga komplotan yang udah nyulik Alpha. Bisa-bisa Mamah malah tambah khawatir." Batin Alfa.     

"Yaudah kalau gitu, kesalahpahaman diantara kalian harus cepat berakhir ya, Mamah gak ingin lihat pokoknya besok kalian harus udah baikan bagaimana pun caranya. Kalau enggak, kamu besok yang Mamah hukum." Pesan Gabriella kepada Alfa. Perkataan Gabriella tidak sepenuhnya dilakukan besok. Ia hanya mengancam tanpa berniat melakukanya.     

Namun, mendengar hal tersebut membuat Sheila menghentikan tangisanya, Ia sedikit tertawa mendengar ancaman Mamahnya kepada Alfa.     

"Waduh, Siap deh, Mah." Mendengar ucapan Alfa, Gabriella akhirnya meninggalkan Alfa sendirian yang masih setia berdiri di depan pintu kamar Sheila.     

***     

"Alfaeyza Alexander! Eh, bukan. Duplikasi dari Alfaeyza Alexander. Benarkan?"     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.