DUPLICATE.

MATILAH DENGAN TENANG!



MATILAH DENGAN TENANG!

0"Sial! Dimana gue?" Sahut Raffaela yang masih melangkahkan kakinya tanpa arah. Ia tak tahu harus melanglahkan kakinya dimana, karena, jujur. Ini adalah tempat yang asing untuk Ia lewati. Belum lagi, Ia tidak menemukan satupun orang yang terlihat di pandanganya.     
0

Menyusuri setiap jalanan sepi sendirian. Kondisi jalanan itu sangatlah remang-remang. Terlalu jauh dengan kondisi jalanan yang terang. Hanya saja, sinaran bulan purnama mampu memberikan sedikit cahayanya untuk lebih menerangkan jalanan. Walau tetap menurut Raffaela ini masih terlalu gelap.     

Ia tetap melangkahkan kakinya tanpa tujuan. Ia selalu menoleh ke kanan dan ke kiri guna menemukan satupun orang yang berdiri tak jauh dari keberadaanya. Namun sayang, Ia sama sekali tak melihatnya.     

Yang hanya Ia lihat adalah bangunan besar yang berjejer jejer dengan rapi. Terlihat seperti sebuah kampung dan gang kecil yang terlihat sangat kumuh. Raffaelapun menyanyangkan kekumuhan tempat disini. Pasalnya, struktur mapun bentuk bangunan sangatlah jarang di lihatnya. Karena bentuknya yang unik dan anti mainstream.     

"Halo, adakah orang disini?" Tanya Raffaela yang masih berjalan lurus ke depan. Tak tahu sampai kapan Ia berjalan. Pasalnya, Ia tidak pernah menemukan ujung jalan yang Ia lewati. Selalu saja terdapat jalan lanjutan setelah Ia menemukan setitik cahaya.     

"WOY!" Tetiak Raffaela frustasi karena belum juga menemukan sebuah hal yang membuatnya menyadari akan kehidupan di tempatnya berada. Namun, ucapan itu kini menggema dan memenuhi seluruh penjuru jalanan.     

woy!     

woy!     

woy!     

"Anjir, kenapa malah jadi menggema gini suara gue?!"     

gue!     

gue!     

gue!     

"Sialan!"     

sialan!     

sialan!     

sialan!     

Drubuk, drubuk, drubuk, drubuk!     

Terdengar suara beberapa orang yang sedang berlari kesana kesini. Namun, Raffaela masih belum melihat seorang pun dihadapanya.     

Setelah berjalan sendirian menyusuri jalanan yang tak berpenghuni, Raffaela kini melihat sebuah ujung di jalanan tersebut. Kemudian, sedikit demi sedikit terlihatlah bayangan yang memantulkan banyak orang yang tercipta dari sebuah cahaya.     

Tanpa menunggu lama dan menghilangkan kesempatan, Raffaela justru mendekat dan berusaha untuk berlari. Sayangnya, kekuatanya tidak bisa di manfaatkan ketika Raffaela disini.     

Setelah Raffaela sampai di unung jalan tersebut. Raffaela merasa ada yang aneh dibagian kakinya. Cairan warna merah tiba-tiba datang dari hadapanya dan berasal dari orang-orang yang sedang dilihat oleh Raffaela.     

Melihat hal tersebut membuat Raffarla mengurungkan niatnya untuk mendekati mereka. Namun, sayangnya, satu per satu dari mereka justru melihat Raffaela dan bergantian mengejar Raffaela. Saat orang-orang itu sudah dilihat oleh Raffaela, Raffaela sendiri justru tidak bisa menggerakan anghota tubuhnya. Ia mematung!     

Raffaela terdiam sampai orang-orang tadi mendekati dan membawa Raffaela untuk dipepetkan di tembok dan dihakimi oleh mereka. Untuk informasi, orang-orang tersebut berwujud bayangan, bukan murni orang. Raffaela sangat yakin behwa mereka adalah sebuah pasukan, karena mereka memakai sejenis jubah, muka mereka gelap dan berbayangan. Kalau Raffaela menyebut, mereka seperti malaikat maut yang siap menyabut nyawa seseorang secara paksa.     

"Alfa, Alfa, Alfa, Alfa, Alfa, Alfa, Alfa, Alfa, Alfa, Alfa, Alfa, Alfa, Alfa, Alfa, Alfa, Alfa, Alfa, Alfa, Alfa, Alfa, Alfa, Alfa, Alfa, Alfa, Alfa, Alfa, Alfa, Alfa, Alfa, Alfa, Alfa, Alfa, Alfa, Alfa, Alfa, Alfa, Alfa, Alfa, Alfa, Alfa, Alfa, Alfa, Alfa, Alfa, Alfa,"     

Telinga Raffaela sangat sakit, tatkala Ia mendengarkan teriakan -teriakan itu yang keluar dari mulut mereka masing-masing. Bahkan tangan-tangan mereka berusaha untuk meraih tubuh Raffaela secara paksa.     

"AAAAAAKH, SIAPA ALFA?! KENAPA KALIAN MENYEBUTKAN NAMA ITU? NAMANYA TELAH MEMBUAT GUE SAKIT KEPALA!" Teriak Alfa dalam batinya! Batinya kenjerit karena suara yang Ia keluarkan tidak memiliki suara. Mulutnyapun bungkam, entah apa yang sedang Ia rasakan. Namun, sekarang tidak hanya kepalanya yang merasakan sakit, tapi batinya juga!     

"Alfa, Alfa, Alfa, Alfa, Alfa, Alfa, Alfa, Alfa, Alfa, Alfa, Alfa, Alfa, Alfa, Alfa, Alfa, Alfa, Alfa, Alfa, Alfa, Alfa, Alfa, Alfa, Alfa, Alfa, Alfa, Alfa, Alfa, Alfa, Alfa, Alfa, Alfa, Alfa, Alfa, Alfa, Alfa, Alfa, Alfa, Alfa, Alfa, Alfa, Alfa, Alfa, Alfa, Alfa, Alfa,"     

Suara merekapun semakin bergema di dekat telinga Raffaela. Kemudian, merekapun memukuli Raffaela dengan sangat kasar. Tak ada lebam maupun luka yang tercipta. Namun, tubuhnya benar-benar terasa sakit!     

Tak lama kemudian datanglah Tata, Dika, Bagaskara, dan juga Gladis yang masing-masing diantara mereka membawa sebuah biusan listrik.     

Para pasukan bayangan itu membelah menjadi dua untuk mempermudah Raffaela melihat dengan jelas keberadaan Tata, Dika, Bagaskara, dan juga Gladis dihadapanya.     

"Alfaeyza Alexander! Mati kau!" Teriak Tata dengan senyuman mematikan yang tercipta di bibirnya.     

"KARENA LO GUE SEKARANG TIDAK ADA DI BUMI!" Ujar Dika dengan suara yang lantang.     

"Alfaeyza, padahal kita baru saja bertemu! Tapi kau telah merenggut kebahagianku atas masa mudaku!" Timpal Gladis.     

"Tak perlu menunggu lagi, KAU AKAN MATI, ALFA!"     

"SIAPA ALFA? SIAPA ITU, HAH? GUE RAFFAELA, BUKAN ALFA YANG KALIAN KIRA!!!" Teriak Raffarla dengan sangat frustasi. Suaranya pun menggema di seluruh jalanan itu.     

"JANGAN SOK LUPA LO, BANGSAT! KARENA LO KITA SEMUA HIKANG DARI BUMI INI!" Jawab Dika dengan berteriak.     

"Kalian siapa? Gue sendiri bahkan tidak mengenal kalian semua!" Ujar Raffaela yang sudah lemas dengan keadaan. Entah mengaoa ini semua terasa nyata, bahkan tubuhnya pun merasakan rasa sakit dari pukulan bayangan yang kini menatapnya dengan tertawa tanpa belas kasihan.     

"Apakah ini karma?" pikirnya karena Ia telah merenggut nyawa secara paksa dari tugasnya untuk mengeksekusi seseorang di markasnya.     

"HAHAHAHAHAHAHAHA. Gue salut sekali sama lo! Setelah bisa menyebabkan kita musnah! Lo bahkan tidak mengenali kita semua? Teman macam apa lo?!" Pekik Tata dengan sangat marah. Sorot matanya terlihat benar-benar seperti kobaran api yang siap melahap apa yang dilewatinya.     

Mendengar ucapan tersebut membuat Raffaela merasakan sakit kepala yang tak tertahankan. Ia hanya bisa menggeleng-gelengkan kepala tanpa bisa menggerakan anggota tubuhnya yang lain.     

"MATI LO SEKARANG!" Pekik Gladis dengan muka yang sangat seram.     

"MATI MATI MATI MATI MATI MATI MATI MATI MATI MATI MATI MATI MATI MATI MATI MATI MATI MATI MATI MATI MATI MATI," Ujar seluruh orang yang di sana, kecuali Raffaela yang sudah pasrah dengan keadaan.     

"Mungkin mati memang terasa lebih nikmat dari pada harus hidup dengan kesengsaraan!" Ucap Alfa dengan memejamkan matanya.     

Keempat orang yang berada di hadapan Raffarla kini mengarahkan tembakan yang mereka bawa ke arah Raffaela. Mereka semua menikmati kejadian ini. Lihatlah! Wajah mereka tersenyum puas tatkala mereka akan menembakan itu untuk membunuh, Alfa!     

"MATI MATI MATI MATI MATI MATI MATI MATI MATI MATI MATI MATI MATI MATI MATI MATI MATI MATI MATI MATI MATI MATI," bahkan suara itu masih sangat jelas terdengar di telinga Raffaela.     

Pasrah!     

Tak ada keraguan untuk mereka melepaskan peluru listrik itu,     

SYUUUUUUUUUT!!!!     

"AAAAAAAAAAAKKKKKHHHHH" Pekik Raffaela dengan peluru yang tertancap di di bagian kedua lengan Raffaela dan pahanya dengan listrik yang sudah menjalar di seluruh tubuhnya.     

GELAP! apa yang dilihat Raffaela.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.