The Lost Love

Tempat Ibadah



Tempat Ibadah

0Hubungan Kenzo dan Alona berjalan sangat manis seperti halnya pasangan normal lainnya berpacaran. Mereka saling bertukar kata manis, mulai saling mengukir rindu ingin selalu bertemu, bahkan Alona sudah mulai berani menanggapi setiap gombalan manis dari Kenzo. Hubungan mereka sudah berjalan satu bulan lamanya, waktu memang berlalu begitu cepat tanpa mereka sadari.     
0

Hari ini hari weekend, tentu sekolah libur. Seperti biasanya di hari sebelumnya, biasanya Kenzo selalu membantu ayahnya di Kedai usai Kedai kopi milik ayahnya kembali dibuka. Tapi tidak kali ini, dia berniat untuk pergi bertemu dengan Alona. Dia ingin menikmati hari indah bersama kekasihnya, sama halnya seperti pasangan lainnya di luar sana.     

Entah kenapa, Kenzo merasa hatinya saat ini seolah seperti kali pertama berpacaran. Padahal sebelumnya, dia sudah berkali-kali menjalaninya meski dengan jangka waktu yang sebentar. Kali ini, dia merasa selalu ingin bertemu dengan Alona, berbagi banyak cerita manis dan senda gurau yang hangat berdua.     

"Halo, sayang. Ketemuan yuk?" ajak Kenzo setelah panggilan telepon yang dia lakukan terhubung pada Alona.     

"Ehm, sayang. Maafkan aku, tapi hari ini aku… Aku harus pergi ke suatu tempat, seperti biasa aku lakukan," sahut Alona dari seberang sana.     

"Akh, sepertinya kau sudah memiliki janji dengan orang lain."     

"Tidak, bukan dengan orang lain, sayang."     

"Lalu?" tanya Kenzo singkat di ujung ponselnya itu.     

"Aku harus melaksanakan ibadah," jawab Alona dengan suara lirih.     

Kenzo terdiam sesaat, dia lupa satu hal tentang Alona. Setiap akhir pekan, dia pasti akan selalu melaksanakan ibadah menurut keyakinannya saat ini. Keyakinan yang berbeda dengan Kenzo, tapi tidak ada yang salah jika Kenzo mengantarnya, bukan?     

"Halo, Yang? Apa marah?" tanya Alona kembali dari kejauhan sana.     

"Eh, tidaklah… Untuk apa aku marah? Kalau begitu, aku akan mengantarmu," sahut Kenzo mantap.     

"Apa? Kau… Kau akan mengantarku beribadah? Itu tidak mungkin, jangan! Itu tidak perlu!" Alona tampak panik terdengar dari suaranya.     

"Kenapa, sayang? Apakah aku dilarang menginjakkan kakiku di tempatmu beribadah? Aku hanya akan menunggumu di luar, aku tidak akan mengganggu waktumu beribadah,"     

"Apa kau yakin?" tanya Alona kemudian. Sepertinya Kenzo mulai tersenyum puas dan yakin jika Alona sudah pasti mulai luluh hatinya.     

"Sangat yakin!" jawab Kenzo mantap.     

"Kalau begitu, kau jangan menjemputku ke rumah. Kita akan bertemu disana, atau… Kau bisa menjemputku saja nanti, saat aku sudah menyelesaikan ibadahku."     

Kenzo kembali terdiam, entah kenapa Alona selalu terkesan menolaknya untuk datang ke rumahnya. Apakah dia tidak cukup baik untuk datang menemuinya di rumah secara baik-baik?     

"Sayang… Aku sudah hampir terlambat, kita bertemu disana!" ucap Alona kembali, lalu panggilan terputus begitu saja.     

Kenzo tersenyum kemudian, dia menepis semua pikiran tersebut. Dia memang selalu memiliki pikiran yang positif akan setiap hal apapun yang mengusik pikirannya, terlebih lagi ini tentang Alona. Wanita yang saat ini membuatnya selalu menggila karena rasa cinta dan rindu.     

Sebuah pesan singkat mendarat di ponselnya. Alona mengirimkan alamat dimana dia melaksanakan ibadahnya saat ini, lantas dengan riang Kenzo bergegas hendak pergi. Namun, saat keluar dari kamarnya, dia berpapasan dan saling berhadapan dengan ibunya.     

"Nak, kau mau kemana?"     

"Ehm, ibu. Aku… Ehm, hari ini aku ada janji sama temanku di luar. Hari ini, bisakah ibu membantu ayah dulu di Kedai? Saat urusanku selesai, aku akan langsung menuju Kedai."     

Sang ibu masih tertegun menatap wajah putranya itu, tidak biasanya Kenzo pergi keluar di hari weekend, setelah beberapa minggu terakhir, dia hanya menghabiskan waktu di Kedai membantu ayahnya.     

"Ehhem, apakah putra ibu ini sudah memiliki kekasih hati?" tanya sang ibu kemudian.     

Kenzo mendelikkan kedua alisnya menanggapi pertanyaan ibunya, "Hahaha, ibu. Aku hanya ada urusan kecil, lagi pula… Jika aku memilikinya, aku akan segera mengenalkannya pada ibu."     

Sang ibu lantas tersenyum mendengar suara dan membaca bahasa tubuh putranya kali ini, berbeda dengan apa yang diucapkan lisannya.     

"Ya sudah, pergilah dan hati-hati di jalan," balas sang ibu kemudian.     

Kenzo mengangguk dan langsung menjabat santun tangan ibunya, lantas melangkah tergesa-gesa menuju keluar rumah dan langsung saja menyalakan mesin motornya dan melaju pergi.     

Beberapa menit kemudian, dia sampai di sebuah Gereja besar seperti yang Alona berikan alamatnya melalui pesan singkat. Lantas dia memarkir motornya dahulu, baru kemudian dia berjalan menaiki sebuah anak tangga di luar Gereja tersebut. Anak tangga itu begitu banyak, masih ada beberapa langkah kaki lagi untuk bisa memasuki Gereja tersebut.      

Kenzo sedikit canggung. Ini kali pertama dia menginjakkan kaki di sebuah tempat ibadah lain selain keyakinannya selama ini. Dia melepas napas panjang lalu kemudian duduk di sela anak tangga yang terbentang begitu luas. Tidak sedikit orang yang menghadiri dan melewatinya, menatap wajah Kenzo dengan heran.     

Sudah setengah jam berlalu, Kenzo masih duduk setiap menunggu Alona menyelesaikan ibadahnya. Dia mulai sedikit merasa bosan bermain dengan ponselnya sejak tadi, sesaat kemudian tiba-tiba saja seorang wanita terduduk di sisinya, hingga Kenzo terkesiap melihatnya.     

"Sepertinya kau sedang melamun, siapa yang kau pikirkan sejak tadi?" tanya Alona langsung saja menegurnya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.