The Lost Love

Kebahagiaan yang berbeda



Kebahagiaan yang berbeda

0Setelah dengan banyak cara konyol mengajak Alona berbincang-bincang dengan candaan membuat Alona tertawa lepas, akhirnya Kenzo berhasil membuat Alona tertidur pulas. Di malam pertama pernikahan mereka, Kenzo dan Alona melewatinya dengan tidur bersama tanpa melakukan hal yang semestinya. Terlalu banyak hal yang mengejutkan bersaman di hari yang seharusnya membahagiakan mereka di hari pernikahan mereka.     1

Tepat di tengah malam, jam sudah menunjukkan pukul 4 pagi. Alona terbangun, karena itu selalu menjadi kebiasaannya saat masih bekerja di LN bahkan sesudah dia di rumah. Alona melihat sekeliling kamar, dia merubah posisi tidurnya dan melihat wajah lugu Kenzo yang tengah berbaring tidur dengan pulas disisinya.     

Alona tersenyum sambil mengusap lembut kedua pipi Kenzo, di dalam hatinya sesungguhnya ia sangat bahagia yang luar biasa namun tidak bisa dia ungkapkan. Jemarinya yang mengusap lembut kedua pipi Kenzo membuat Kenzo terbangun dan membuka kedua matanya menatap wajah Alona.     

"Eh, maafkan aku… Kau jadi terbangun," ucap Alona dengan suara lirih.     

Kenzo tersenyum lembut lalu menarik Alona ke dalam pelukannya. "Kenapa kau sudah bangun di jam ini? Bukankah pagi masih belum datang?" ujar Kenzo kemudian.     

"Aku terbiasa bangun di jam sebelum pagi semenjak aku tinggal di LN," jawab Alona di dalam pelukan Kenzo.     

"Hem… Istriku ini sungguh rajiin," ujar Kenzo memuji dengan sengaja menggoda Alona lalu mengecup kening Alona.     

Alona tersenyum lembut mendengar pujian laki-laki yang kini menjadi suaminya. Kemudian Alona mendengar suara detak jantung Kenzo yang kian berdebar-debar setelah Alona menempelkan telinganya dalam pelukan Kenzo, dan hal itu tentu membuat Kenzo bertanya-tanya.     

"Sayang, ada apa dengan jantungmu?" tanya Alona dengan lugunya.     

"Eh, jantungku?" tanya balik Kenzo sembari menatap wajah sang istri dengan sedikit menunduk.     

"Heem, jantungmu bergetar cepat."     

"Aaakh… Itu karena…" ucapan Kenzo terhenti saat Alona menatapnya dengan lekat. Lalu Kenzo pun mengulum bibir Alona, dengan sedikit terkejut Alona menerima ciuman bibir dari Kenzo dan mereka pun berciuman dan saling berpelukan di atas ranjang.     

Alona dan Kenzo merasakan ciumannya kali ini sedikit berbeda dan merasa degub jantungnya begitu bergetar hebat. Mereka merasa seakan berbeda dari biasanya saat mereka masih belum terikat dalam ikatan pernikahan. Mereka saling mengeratkan pelukan masing-masing, hingga kini Alona terhanyut dan menindih tubuh Kenzo.     

Alona beranjak dengan menatap lekat wajah Kenzo, hingga raut wajah Alona berubah sedikit nakal. Lalu Kenzo kembali menarik tubuh Alona untuk kembali berciuman. Mereka benar-benar dia buat penuh dengan gairah dan nafsu, merasa kali ini tidak ada lagi pembatas dan mereka merasa leluasa di atas ranjang itu.     

Mereka pun akhirnya melakukan hubungan suami istri. Meski mereka melakukannya bukan lagi yang pertama kalinya, namun mereka seperti sedang di landa asmara dan gairah seolah ini baru pertama kalinya mereka melakukannya. Desahan demi desahan seakan bebas mereka lontarkan hingga mereka mulai di kejar oleh rasa untuk mencapai puncak kenikmatan.     

Mereka kembali tertidur hingga jam sudah menunjukkan pukul 9 pagi. Tidak ada yang berani membangungkan atau sekedar mengetuk pintu kamar Kenzo. Disisi lain mereka sengaja membiarkan Kenzo dan Alona untuk melewati masa mereka sebagai pasangan suami istri. Dan kali ini tentu yang lain saat ini tengah membuat suatu kejutan sebagai kado pernikahan Kenzo dan Alona.     

Ervan dan sang istri juga sang nenek beserta ibu Kenzo sedang berencana membuat pesta kecil di kedai mereka malam nanti dan diam-diam mengundang beberapa teman dekat Kenzo. Beberapa dari teman dekat Kenzo begitu terkejut setelah Ervan mengundang mereka, namun Ervan sengaja tidak menceritakan secara detail bagaimana pernikahan itu bisa terjadi secara mendadak dan diam-diam.     

Menyadari hari sudah akan berganti siang, Alona terbangun lebih dulu dan tampak gelagapan dengan segera membangunkan Kenzo yang masih terlelap lantaran dia begitu kelelahan.     

"Sayang, bangun!"     

Kenzo masih enggan membuka kedua matanya, dia hanya merubah posisinya seraya menarik Alona ke dalam pelukannya kembali. Alona mencoba untuk mencubiti kedua pipi Kenzo untuk membuat Kenzo terbangun.     

"Aw aw aw… Sayang, apaan?" ujar Kenzo seketika membuka kedua matanya dengan setengah menyipit.     

"Kita bangun kesiangan…" ujar Alona dengan panik dan cemas.     

"Tsk… Sayang, kau ini… Hah, tidak akan ada yang memarahimu…" ujar Kenzo dengan menahan tawanya.     

"Iih… Kau tidak akan mengerti betapa malunya aku akan bertatap muka dengan keluargamu," jawab Alona merengek manja.     

"Hahaha… Mereka tidak akan memarahimu, paling-paling hanya menjadikanmu bulan-bulanan mereka."     

Alona kian mendecek sebal seraya beranjak turun dari atas ranjang dan hendak pergi ke kamar mandi. Namun, dengan cepat Kenzo menariknya dari belakang dan segera menggendongnya untuk masuk ke dalam kamar mandi. Alona sedikit memekik, hingga terdengar oleh sang nenek yang baru saja hendak mengetuk pintu kamar Kenzo.     

"Syukurlah, mereka akhirnya sudah bangun dan kedengarannya mereka baik-baik saja." sang nenek mengurungkan niatnya untuk mengetuk pintu kamar Kenzo.     

Alona dan Kenzo kini berada di dalam kamar mandi bersamaan. Alona di turunkan oleh Kenzo dari gendongannya dan membuat Alona mendecak kesal serta mencubitinya. "Kau membuatku terkejut!" decak Alona.     

"Kita sudah menjadi pasangan suami istri, bahkan kita masih pengantin baru. Bukankah akan lebih manis jika kita bisa mandi bersama saat ini," goda Kenzo dengan senyuman nakal.     

"Cih…" Alona tampak tersipu malu dengan menyipitkan kedua matanya menatap wajah Kenzo.     

Lantas Alona hendak membuka pakaiannya, dia sengaja membelakangi Kenzo. Namun dengan sengaja Kenzo langsung saja menyiraminya dengan air dari belakang sehingga Alona kembali memekik pelan. Kenzo tertawa puas, lalu Alona membalas dengan menyirami Kenzo menggunakan shower yang dia raih dengan paksa dari tangan Kenzo.     

Mereka bersenda gurau dengan penuh kebahagiaan bermain dengan air, hingga satu jam berlalu mereka baru usai membersihkan diri setelah mereka kembali melakukan kembali hubungan suami istri. Mereka tidak lagi merasa khawatir dan dipenuhi dengan rasa bersalah melakukannya kapanpun mereka inginkan lantaran mereka kini sudah sah sebagai suami istri.     

Setelah kembali keluar dari ruang kamar mandi, Kenzo masih saja terus menjahili Alona. Mereka saling bersenda gurau hingga keduanya mulai di landa rasa lapar. Mereka saling menatap satu sama lain, dan kembali tertawa bersama, saling mengejek satu sama lain.     

"Ayo, kita keluar! Nenek sudah pasti memasak enak untuk kita berdua," ajak Kenzo kemudian.     

"Emh… Aku… Aku malu," sahut Alona lirih.     

"Sayang, apa-apaan kau ini? kau sudah menjadi istriku, tentu rumah ini juga menjadi bagian dari kehidupanmu."     

"Ini hari pertama aku menjadi bagian dari keuargamu, Ken. Harusnya kau bangun pagi," sahut Alona kembali.     

Kenzo menghela napas panjang dan menggelengkan kepalanya lantas menarik lengan tangan Alona untuk bersama keluar dari kamar. Setelah keluar dari kamar, Kenzo dan Alona melihat sekeliling ruangan. Tampak sepi, bahkan dia tidak melihat sang nenek. Lantas Kenzo kembali menarik lengan Alona untuk menuju ruang dapur.     

Sampai di dapur, sang nenek menyambut mereka dengan senyuman. "Pengantin baru akhirnya bangun juga," goda sang nenek.     

Alona dan Kenzo tersipu malu dengan saling berpandangan.     

"Ayo, duduk! Nenek sudah menyiapkan makanan enak untuk kalian," titah sang nenek kembali sambil membuka kudung saji di atas meja makan.     

"Nek, maafkan Alona. Alona bangun kesiangan," ucap Alona dengan lugunya seraya duduk bersamaan dengan Kenzo.     

"Ah, sudah… Jangan sungkan begitu, Nak. Nenek justru sengaja tidak membangunkan kalian, kalian pasti sulit untuk segera lelap tidur semalam, setelah masalah yang kemarin kalian hadapi begitu rumit."     

Alona mengerutkan kedua bibirnya, bukan hanya itu yang sebenarnya membuatnya bangun kesiangan. Lantas dia melirik tajam ke arah Kenzo yang diam-diam menggodanya dengan menyentuh kaki Alona di bawah meja. Setelah itu mereka pun mulai menikmati makanan dengan lahap. Bukan hanya lapar, tapi juga rasa lelah membuat mereka lahap menghabiskan makanan untuk mengisi tenaga mereka kembali.     

Setelah menyadari seisi rumah begitu sepi, Alona bertanya pada sang nenek. "Nek, kenapa begitu sepi? Apakah semua sedang pergi?"     

Sang nenek yang sedang mengupas buah-buahan untuk di hidangkan khusus untuk Alona dan Kenzo sebagai hidangan penutup usai menghabiskan makanan.     

"Semua sedang pergi, entahlah kemana mereka pergi." Sang nenek sengaja berbohong.     

Alona kembali diam dengan menatap wajah Kenzo, yang kemudian di berikan anggukan sebagai suatu isyarat untuknya.     

"Ini, makanlah… Buah ini baru tadi pagi nenek beli di toko buah, sangat segar dan manis…" ujar sang nenek dengan memberikan sepiring potongan buah.     

"Nenek… Harusnya Alona yang melakukannya," ujar Alona dengan wajah sedih.     

"Sudahlah, nenek melakukannya dengan senang hati dan setelah ini nenek akan tenang karena setelah ini sudah ada wanita yang baik yang akan mengurus dan memanjakan cucu nenek yang tersayang ini."     

"Nenek, ayolah… Kenzo bukan anak kecil lagi, jangan bicarakan soal itu. itu terkesan membuat Kenzo jadi manja di depan istri Kenzo saat ini," balas Kenzo dengan setengah merengek.     

"Oh ya Tuhan, nenek senang mendengar kata istri dari mulut cerewetmu itu." sang nenek menggoda Kenzo kembali sehingga membuat Alona terkekeh-kekeh.     

Hari pun sudah beranjak sore, Alona dan Kenzo sedang duduk santai di teras. Alona menikmati suasana sore hari dengan duduk di depan teras rumah Kenzo, Alona selalu tersenyum dia seakan sudah bisa melupakan semua yang terjadi kemarin. Sedang Kenzo tidak henti-hentinya dia menatap wajah Alona yang terlihat bahagia dengan menatap luas halaman rumah Kenzo.     

"Ken, aku ingin menyirami bunga-bunga itu…" ujar Alona tiba-tiba setelah sejak tadi memperhatikan tanaman bunga-bunga segar di halaman rumah Kenzo.     

"Oh? Hem, yah… boleh, lakukan saja!" jawab Kenzo mengiyakan.     

Alona beranjak bangun lantas dia segera meraih selang yang tersedia di dekat teras dan menyalakannya, lalu dia menyirami bunga-bunga itu dan rerumputan hijau di halaman. Diam-diam Kenzo meraih ponselnya untuk mengabadikan moment itu, dia ingin mengambil sebuah potret dari wanita yang kini sudah menjadi istrinya.     

Alona tampak senang menyirami semua tanaman di halaman rumah Kenzo, lantas Kenzo ikut serta memeluk Alona dari belakang untuk mengambil paksa selang yang masih mengalir air dengan deras lantas menyiraminya ke arah Alona hingga dia basah kuyup.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.