The Lost Love

Pesta kejutan



Pesta kejutan

0Alona dan Kenzo telah basah kuyup setelah asyik bermain dengan air di halaman rumah. Lantas mereka bermaksud untuk pergi ke kamar mandi, saat sore sudah beranjak petang. Setelah satu jam berlalu, Kenzo hendak pergi menuju meja makan untuk makan malam. Namun, di atas meja makan tampak sedang kosong dan dia pun tidak melihat sang nenek sejak tadi.     
0

"Sayang, harusnya aku memasak dulu tadi." Alona berbisik pada Kenzo.     

"Emh… Tunggu, ini tidak seperti biasanya terjadi." Kenzo meminta Alona menunggu sedang dia memanggil sang nenek dengan lantang.     

"Ne-n…" Kenzo mengentikan suaranya saat hendak memanggil sang nenek karena sang nenek baru saja keluar dari kamarnya.     

Sang nenek menatap terkejut ke arah keduanya, begitupula dengan Alona dan Kenzo yang menatap heran wajah sang nenek.     

"Kalian kenapa belum siap-siap?" tanya sang nenek setelah dia merapikan pakaian yang dikenakannya.     

"Eng, kita mau kemana?" tanya Kenzo terheran-heran.     

"Oh ya ampun, pasti kakakmu Ervan lupa mengatakannya pada kalian tadi."     

"Apakah kita akan menghadiri suatu acara di luar, Nek?" tanya Alona kemudian.     

"Cepatlah kalian ganti pakaian yang rapi, kalian harus tampil cantik dan tampan juga menawan. Nenek akan menunggu kalian di luar," ujar sang nenek sambil melangkah meninggalkan mereka berdua yang masih berdiri di dapur.     

"Nek, Kenzo lapar…" rengek Kenzo dengan manja membuat Alona mendelikkan kedua matanya melihat sikap sang suami demikian.     

Sang nenek menoleh. "Kita akan makan bersama di kedai malam ini," sahut sang nenek dengan santai.     

"Nek, nenek kan tau… Di kedai hanya ada kopi dan snack ringan. Mana kenyang?" sahut Kenzo masih merengek manja.     

"Dasar bawel!" ujar sang nenek seraya kembali melangkah keluar.     

"Sayang, turuti saja apa kata nenek." Alona berbicara lirih di telinga Kenzo.     

"Tidak seperti biasanya nenek begitu," balas Kenzo seraya melangkah menuju kamar dan di susul oleh Alona.     

Setengah jam berlalu, mereka telah siap dengan penampilan masing-masing yang memukau. Sang nenek yang menatap mereka tampak tertegun melihat wajah berseri Alona dan Kenzo, sungguh terlihat seperti pasangan suami istri yang sangat bahagia satu sama lainnya.     

"Ayo, kita naik taxi saja." sang nenek kemudian melangkah setelah mengunci pintu utaman rumah mereka lalu memasuki sebuah taxi yang sudah datang dan menunggu di depan mereka.     

"Nek, apakah nenek telah merencakan sesuatu?" tanya Kenzo mendesak sang nenek setelah sejak tadi dia terus bertanya-tanya di dalam hatinya.     

"Kau sungguh cerewet! Tidak bisakah kau diam saja menuruti apa kata nenek," jawab sang nenek sedikit galak.     

"Pffttt…" Alona menahan tawanya sejenak, membuat Kenzo menatapnya kesal.     

Sesaat kemudian mereka sampai di depan kedai milik ayah Kenzo yang selalu di banggakan selama ini. Alona tersenyum karena malam ini dia datang ke kedai ini sebagai istri Kenzo. Mereka pun turun bersama dari dalam taxi, namun Kenzo tampak terkejut juga aneh melihat keadaan kedai malam ini.     

Kenzo melihat Pandu dan Ryo serta beberapa teman-temannya yang lain lagi. "Nek," panggil Kenzo pada sang nenek.     

Akan tetapi, sang nenek mengacuhkannya dengan terus melangkah ke dalam kedai yang di susul kemudian oleh Alona dan juga Kenzo. Setelah kini mereka masuk ke dalam ruangan, Alona dan Kenzo terkejut lantaran beberapa dari para pengunjung di kedai berteriak menyambut mereka.     

"Sureprise…"     

Kenzo dan Alona terpaku di tempat sambil melihat ke sekeliling ruangan. Tampak beberapa teman dekat Kenzo hadir dengan sneyuman bahagia menyambut Kenzo dan Alona.     

"Malam ini kita akan berpesta menyambut kebahagiaan pengantin baru ini," ujar Ervan berteriak.     

"Hu huuuy… Yeay, selamat… Kalian… Semoga bahagia…" ujar Nada, istri Pandu yang ikut serta hadir malam ini.     

Alona tampak terharu begitupun Kenzo yang kini tersenyum penuh haru sambil menggenggam erat tangan Alona. Mereka kini melangkah dan berhenti tepat di depan Ervan yang tengah berdiri di temani oleh Sinta, istrinya.     

"Kak, terima kasih… AKu tau ini pasti ide kakak, bukan?" kata Kenzo seraya memeluk tubuh Kenzo.     

"Hem… Hanya ini yang bisa kakak lakukan dan kakak berikan padamu dan istrimu. Tapi… ini bukan hanya ide dari kakak saja, ehm… Ibu lah yang lebih banyak memberikan ide disini."     

Kenzo segera melepas pelukannya dari tubuh sang kakak lalu menatap wajah sang kakak dengan mengerutkan keningnya.     

"Yah, Ibu. beliau sangat bersalah sehingga ingin memberikan ini semua untukmu, Ken!" terang sang kakak kembali.     

"Dimana ibu, Kak?" tanya Alona kemudian.     

"Emh, Ibu sedang pergi bersama ayah. Dia tau Kenzo tidak akan menyukainya jika ibu ada disini," jawab Ervan menerangkan.     

Kenzo hanya terdiam tanpa kata, karena dia tidak tahu harus mengatakan hal apa lagi saat ini. dia terkejut, dia juga merasa sedikit tidak percaya akan hal ini, lalu kemudian mulai timbul rasa bersalah di hatinya saat ini. saat dia hendak ingin bicara kembali dengan sang kakak, namun Ryo segera menghampirinya.     

"Ken… Woah, kau sungguh keterlaluan!" tandas Ryo dengan tatapan kesal.     

Kenzo lantas tersenyum dan memeluk Ryo dengan hangat, Alona tersenyum melihat mereka demikian.     

"Maafkan aku, Yo. Semua terlalu mendadak, dan…"     

"No no no, aku marah padamu, aku benci!" ujar Ryo dengan berpura-pura bersikap manja layaknya seorang wanita yang saat ini tengah patah hati ditinggal menikah oleh sang kekasih.     

Lalu dengan gemas Kenzo merangkul leher Ryo serta mengacak-acak rambutnya, sehingga mengundang beberapa tamu yang lain dan beberapa teman dekat Kenzo juga. Setelah itu, Pandu datang menghampirinya seraya memberikan sebuah kotak kado begitu besar pada Kenzo dan Alona.     

"Selamat, Kawan! Akhirnya kau menikah juga, aku dan istriku mendoakan agar pernikahan kau dan Alona selalu di berikan kebahagiaan," ucap Pandu pada Kenzo dan Alona.     

Sedang Nada kini terkejut setelah melihat dengan jelas dan nyata wajah Alona. "Ya ampun!" seru Nada sambil menutupi mulutnya. Pandu menolehnya dengan heran melihat sang istri demikian setelah di depan Alona dan Kenzo, namun KENzo sudah mengetahui dan bisa menebak penyebab Nada demikian.     

"Hem, begitulah, Nad…" ujar Kenzo secara langsung menanggapi nya.     

"Pantas saja, ups… Hai, aku Nada. Salam kenal dariku, aku istri Pandu." Nada segera memperkenalkan diri pada Alona.     

Alona tersenyum sambil menyambut uluran tangan Nada untuk berjabatan dengannya, meski dia kebingungan melihat sikap Nada barusan.     

"Alona, terima kasih sudah datang. Semoga kita bisa menjadi teman nanti," sambut Alona dengan ramah.     

Setelah itu, Alona menghampiri sang nenek yang tengah duduk bersama Sinta. Alona tampak masih kelelehan setelah beberapa kali dia harus melayani Kenzo dalam berhubungan intim setiap kali berdua di dalam kamar. sementara Kenzo menemui teman-teman dekatnya termasuk Ryo.     

"Yo, maafkan aku!" ucap Kenzo mengulang bicaranya pada Ryo setelah kini mereka hanya berdua saja.     

"Tadinya aku sangat ingi marah saat kak Ervan datang tiba-tiba dan menjelaskan semuanya, aku sempat berpikir kau bukan lagi sahabatku yang dulu, bisa-bisanya kau melupakan aku di saat kau sedang kesulitan."     

"Tidak, Yo! Aku sungguh minta maaf, keadaannya sungguh sangat…"     

"Hem, aku tau itu. maka itu aku datang dan mencoba mengerti meski aku masih sedikit marah padamu, Ken!"     

"Ayolah, kawan… Jangan begitu," pinta Kenzo merengek pada Ryo. Hanya dia lah satu-satunya sahabat baik yang selalu mengerti dia selama ini selain MAya.     

"Cih, dasar!" balas Ryo seraya menyenggol bahu Kenzo.     

Lalu kemudian Kenzo melihat sekeliling kedai kembali. Dia teringat akan sahabatnya yang lain, yang selalu ada untuknya selama ini, MAya. Ryo tahu siapa yang saat ini sedang Kenzo cari melihat raut wajah Kenzo melihat ke arah pintu masuk.     

"Aku tau kau sedang mencari siapa, Ken!" ujar Ryo kembali.     

Kenzo menoleh ke arah Ryo. "Aku tau hanya kau yang mengerti, lagi pula kakak tidak mungkin melupakannya untuk tidak mengundang MAya hadir."     

"Ken, kau tau bagaimana perasaan MAya setelah mendengar hal ini? aku sudah mencoba menelponnya tadi, dia menangis seperti anak kecil, dan kau tau juga apa yang dia katakan padaku? Dia meluapkan segala amarahnya padaku, hah…" Ryo menceritakan bagaimana reaksi Maya begitu mendengar pernikahan Kenzo dan Alona yang secara mendadak tanpa memberitahunya lebih dulu.     

"Hah… Aku sudah menduga, setelah ini aku akan kehilangan satu sahabat terdekatku." Kenzo tampak sedih dnegan nada bicaranya barusan.     

"Hei, apa kau menyesal telah menikah dengan wanita yang kau cintai dan kau nanti selama ini? cih, aku bahkan sangat iri padamu saat ini, Ken! Kau telah berhasil dengan pengorbanan dan penantianmu selama ini."     

"Yo, bukan itu yang aku maksud. Aku sedang memikirkan MAya, apakah dia sungguh tidak akan hadir dan mengucap kata selamat untukku saat ini?" tanya Kenzo dengan wajah sedih.     

"Dia tidak ak…" ucapan Ryo terhenti saat dia melihat MAya lebih dulu masuk ke dalam ruangan dari arah pintu utama bersama sang suami. "MAya… MAya akhirnya datang, aku sudah menduganya dia hanya butuh waktu sebentar saja untuk berpikir." Ryp melanjutkan bicaranya.     

Maya datang bersama sang suami lalu menyapa lebih dulu pada nenek Kenzo dan Ervan juga Sinta bahkan dia lebih dulu menyalami Alona, sehigga membuat suasana hati Alona berubah seketika. Dia bukan lagi terkejut, meski sejak tadi dia sudah menunggu kedatangan Maya dan mencari-carinya.     

"Alona, selamat ya! akhirnya…" ucap MAya dengan tersenyum lemut. Akan tetapi, entah kenapa Alona merasa senyuman MAya kali ini masih saja palsu dan dipaksakan untuk di lakukannya.     

"Hem, terima kasih, MAya…" jawab Alona dengan kikuk.     

"Hah, MAya… Kakak pikir kau tidak akan datang," kata Ervan mengalihkan. Dia bisa melihat dari raut wajah Alona yang mendadak beruah setelah melihat MAya datang.     

"Hei, Ervan… Mana mungkin MAya tidak datang, dia harus datang mengucapkan selamat dan memberikan doa yang tulus untuk sahabatnya, Kenzo." sang nenek melanjutkan ucapan Ervan.     

"Hem, iya, Nek! Lalu, dimana pengantin laki-lakinya? Hihii…" kata MAya yang segera mengalihkan pandangan ke sekeliling ruangan hingga tatapannya tertuju pada Kenzo yang sedang bersama Ryo.     

Sejak tadi Kenzo sengaja membiarkan MAya dan tidak menghampirinya lebih dulu, dia ingin membiarkan Alona menyapanya lebih dulu. Lantas setelah melihat Kenzo, MAya segera melangkah dengan langkah berat ke arah dimana Kenzo dan Ryo berdiri saat ini.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.