The Lost Love

Izin Cuti



Izin Cuti

0Maya terkesiap mendengar apa yang dipertanyakan oleh Kenzo padanya, lantas dia memalingkan wajahnya tampak kesal kembali. Kenzo menggelengkan kepalanya melihat sahabatmu itu.     
0

"Sudahlah, minum saja jus nya." Kenzo mencoba mengalihkan.     

"Apa kau mengkhawatirkanku?" tanya Maya setelah menyeruput jus depannya.     

Kenzo tersenyum kecil sambil mengaduk-aduk jus nya dengan sebuah pipet.     

"Jawab aku!" pinta MAya dengan suara merengek manja.     

"Tentu saja aku peduli padamu karena kau sahabatku."     

"Cih, jika aku bukan sahabatmu kau tidak akan peduli padaku."     

"May, percayalah… Menjadi seorang single mom itu tidak enak, sudah berapa kali aku mengatakannya padamu."     

"Hah… Sudahlah, kau hanya perlu ada di sisiku saja setiap kali aku membutuhkanmu." MAya membantah pada ucapan Kenzo yang demikian.     

Usai berbicara demikian, Kenzo melirik jam di pergelangan tangannya melihat jam yang sudah berputar begitu cepat sore ini. Padahal dia merasa baru saja tiba di boutique untuk bertemu dengan Maya.     

"Jangan pergi!" pinta Maya pada Kenzo.     

"Aku harus pulang," sahut Kenzo seraya beranjak bangun dari kursi duduknya.     

"Tidak! aku masih membutuhkanmu, temani aku lima menit saja."     

Kenzo menghela napas panjang dan terdiam namun tetap berdiri di tempat. MAya tersenyum merasa menang, lalu kemudian MAya beralih ke tempat dimana dia semua pakaian yang dia jual tertata rapi. Lantas dia memilih satu pakaian yang berharga fantastik, dia memberikannya pada Kenzo kemudian.     

"Apa ini?" tanya Kenzo heran menerima pakaian tersebut.     

"Untukmu, jika kau menolaknya buang saja."     

Kenzo melotot melihat harga dari pakaian itu. "May, ini…"     

"Hadiah dariku, beberapa hari ini boutique sangat ramai. Jadi, aku ingin memberi hadiah untukmu."     

Kenzo tersenyum pada MAya seraya menggenggam pakaian pemberian dari Maya tersebut. "Hah, baiklah… Aku pamit, ini sudah lebih dari lima menit, May." Kenzo kembali berpamitan.     

"Baiklah, tapi janji besok kau akan kembali lagi kemari."     

"Hem, tapi aku tidak berjanji."     

Maya mengerutkan bibirnya serta menyipitkan kedua matanya menatap Kenzo. Dengan tertawa kecil, Kenzo beranjak pergi dari boutique karena hari sudah petang sehingga membuatnya segera pulang ke rumah. Di tengah perjalanan Kenzo menghentikan laju motornya setelah mengingat pakaian yang Maya berikan padanya.     

Dia melihatnya sejenak, dia berpikir bagaimana dia akan mengatakan pada Alona tentang pakaian itu. Tentu Alona akan marah besar setelah melihat logo nama MAya di pakaian itu. Setelah itu dia melanjutkan kembali laju motornya untuk pulang ke rumah, begitu sampai di rumah dia melihat Alona duduk di teras seorang diri sedang melamun.     

"Sayang…" panggil Kenzo pada Alona, menyadarkannya dari lamunan.     

Alona tersenyum setelah melihat Kenzo datang, lantas dia menghampiri Alona dan segera memeluknya.     

"Uh, bau… Mandi dulu sana!" ujar Alona meledek sang suami.     

Kenzo mencoba menciumi seluruh tubuhnya begitu mendengar Alona meledeknya demikian.     

"Cepat, mandi sana." Alona kembali meledeknya demikian.     

Kenzo menyipitkan kedua matanya menatap wajah Alona, lalu dengan sengaja Kenzo memeluknya kembali dengan erat dan menangkap kepala Alona ke bagian ketiaknya. Hingga membuat Alona meronta dengan kesal dan meronta ingin melepaskan pelukan Kenzo padanya. Mereka saling bersenda gurau, Kenzo tahu jika Alona sedang sedih setelah melihatnya termenung tadi.     

"Katakan, apakah terjadi sesuatu ?"     

"Mmh… tidak, aku hanya sedikit… bosan," sahut Alona menjawab pertanyaan sang suami.     

"Bosan? Eeemh… Katakan kau ingin apa?" tanya Kenzo mencoba untuk menghiburnya.     

"Bisakah kau mandi dulu?" ledek Alona kembali mengalihkan. Sejujurnya dia ingin mengajak Kenzo pergi namun dia takut Kenzo merasa terpaksa melakukannya meski dia lelah setelah bekerja seharian.     

"Sayang, jangan meledekku lagi. Katakan saja, apa telah terjadi sesuatu?" tanya Kenzo lagi.     

"Aku ingin ke mall, aku ingin shopping."     

Kenzo mendesis pelan, dia mencoba untuk memahami. Tentu Alona akan merasa bosan setelah berdiam diri saja di rumah, sejak dulu Alona selalu menghabiskan waktu dengan bekerja. Hingga akhirnya dia menikah dengan KENzo dan memilih untuk menjadi wanita yang hanya diam saja di rumah tanpa aktivitas di luar.     

"Kau mau kita pergi berlibur?"     

Alona tampak sumringah mendengar apa yang Kenzo katakan. Memang itu yang dia inginkan, tapi dia takut untuk mengatakannya lantaran Kenzo selalu menghabiskan waktunya untuk bekerja.     

"Bisakah kita menginap di hotel dalam beberapa hari saja?"     

"Hotel?"     

"Hem…" Alona mengangguk.     

"Tapi…"     

"Kau tenang saja, aku punya sedikit tabungan untuk membayar hotel yang aku inginkan nanti."     

Kenzo menatap sejenak wajah sang istri, lantas dia mengangguk dengan pelan mengiyakan apa yang di inginkan sang istri kali ini. "Bisakah kau memberiku waktu dulu? Aku harus menyelesaikan banyak kerjaan dan aku juga harus meminta izin untuk cuti selama…"     

"Tiga hari saja, please…" Alona menyela dan merengek manja.     

"Baiklah…" jawab Kenzo mengangguk kembali.     

Alona tampak riang gembira, merangkul lengan Kenzo menuju ke dalam rumah. Begitu Kenzo masuk ke dalam ruangan, dia melihat sang nenek dan sang ibu sedang duduk dengan menggendongi cucu kedua mereka. Mereka menatap Kenzo dan Alona setelah saling bergandengan tangan di depan mereka.     

"Emh… Nek, Bu… Aku dan Alona… Ingin pergi berlibur, apakah kalian tak apa jika kami pergi selama tiga hari saja?" ujar Kenzo memberitahu apa yang akan dia lakukan pada Kenzo dan Alona.     

Sang nenek dan sang ibu tampak sumringah saling berpandangan. "Harusnya kalian lakukan itu sejak awal menikah," sahut sang ibu menanggapi.     

Alona tersenyum akan tanggapan sang ibu mertua.     

"Terima kasih, Bu…" sahut Alona.     

"Hem… Pergilah bersenang-senang dan berikan kami generasi baru di keluarga ini," lanjut sang nenek.     

Kenzo dan Alona terkesiap saling berpandangan setelah mendengar apa yang sedang sang nenek katakan, sedikit tersipu malu.     

"Doakan kami, semoga setelah ini kami juga bisa memberikan keturunan kami di keluarga ini." Kenzo menjawab dengan nada lembut.     

"Emh, bolehkah aku menggendong Jelita, Bu?" tanya Alona pada sang ibu seraya mengulurkan tangannya untuk menggendong Jelita.     

Dengan senyuman ibu Kenzo memberikan Jelita ke dalam dekapan Alona, sementara Kenzo melangkah masuk ke dalam kamarnya untuk membersihkan dirinya. Begitu Jelita digendong oleh Alona, sang ibu beranjak pergi menuju ke kamarnya. Hanya sang nenek yang menemani Alona duduk di ruang tengah.     

Sesaat kemudian ibu Kenzo kembali ke luar menghampiri Alona dan sang nenek yang menebar senyuman hangat menatap wajah Jelita sang bayo mungil yang cantik dan manis serta lucu dengan kedua pipinya yang mengembang.     

"Alona…" panggil sang ibu pada Alona.     

"Ya, Bu?" sahut Alona sembari menoleh pada sang ibu mertua.     

"Ini, Ibu ada sedikit uang untukmu. Pakailah selama kalian pergi berlibur nanti," terang sang ibu sambil memberikan sejumlah uang untuk Alona.     

"Tidak, Bu… Alona sudah ada sedikit tabungan untuk pergi berlibur nanti."     

"Alona, sudah menjadi kewajiban kami sebagai orang tua kedua mu memberikan biaya untuk kau dan suamimu pergi berlibur. Ambillah, jangan sungkan." Sang nenek melanjutkan dan membuat Alona merasa kian canggung.     

Sang nenek kemudian mengambil Jelita dari gendongan Alona, agar Alona lebih leluasa berbicara dengan ibu Kenzo. Dengan ragu-ragu Alona meraih sejumlah uang dari tangan ibu Kenzo.     

"Bu, Alona…"     

"Tak apa, pakailah untuk kalian bersenang-senang disana."     

Alona mengangguk menanggapi ucapan sang ibu mertua. Lalu dia beranjak pergi ke dalam kamarnya, dia ingin menyampaikan hal itu pada Kenzo setelah menerima uang itu dari sang ibu mertua. Setelah memasuki kamarnya, Alona melihat Kenzo masih ada di dalam kamar mandi, sehingga dia duduk sebentar di sisi ranjang sambil menunggu Kenzo usai mandi.     

Sesaat kemudian, Kenzo benar-benar keluar dari ruang kamar mandi dan menggosok-gosok rambutnya yang tengah basah dengan handuk kecil. Alona tersenyum seraya berdiri dan melangkah menghampirinya.     

"Sayang…" lirih suara Alona memanggil nama sang suami.     

"Hem?"     

Mendengar sahutan sang suami, Alona segera memberikan sejumlah uang yang dia baru saja terima dari ibu Kenzo. "Ibu memberikan uang ini untuk kita," terang Alona pada KENzo.     

Kenzo menghentikan gerakan tangannya yang sejak tadi mengusap rambutnya yang tengah basah. Kenzo tampak tercengang mendengar ucapan Alona dan menatap sejumlah uang di tangannya.     

"Aku sudah menolaknya. Tapi ibu bersikukuh agar aku mau menerimanya, aku…"     

Kenzo tersenyum lembut membuatnya berhenti menjelaskan tutur katanya. "Kau simpan saja uang itu, kita bisa menggunakannya saat di hotel nanti."     

"Apakah tidak apa? Aku memiliki banyak uang di tabungan, aku yakin itu masih sangat lebih dari cukup."     

"Oh ya Tuhan, Istriku ini sangat keras kepala."     

"Cih, aku hanya tidak enak untuk mengambilnya tadi." Alona tampak memanyunkan bibirnya.     

Setelah itu, Kenzo menariknya dalam pelukan. Dia merasa bangga akan sikap wanita yang saat ini sangat dia cintai, Alona yang selalu ingin bersikap mandiri, yang selalu saja ingin melakukan hal apapun tanpa merepotkan atau membebani siapapun itu. namun, hal itu membuat Kenzo juga sedikit tidak nyaman jika mengenai keuangan saja Alona harus mengurusnya sendiri.     

Pagi pun tiba, Kenzo pergi bekerja seperti biasanya. Dan hari ini dia ingin meminta izin cuti untuk pergi berlibur menemani sang istri. Dia pun sengaja menunggu kedatangan Pandu di ruangannya, karena hanya Pandu yang bisa memberikannya cuti untuknya. Sesaat kemudian, Pandu baru datang setelah Kenzo sampai lebih dulu lima menit lalu.     

"Wah, aku jadi tidak nyaman melihatmu di ruanganku sepagi ini. Aku sudah bisa menebak apa yang akan kau katakan dan kau minta, katakan! Berapa hari aku harus memberikanku cuti." Pandu langsung saja mengomel sembari membuka jaket yang dia kenakan pagi ini dan menggantungnya pada punggung kursi.     

Kenzo terkekeh-kekeh mendengar omelan Pandu yang sudah biasa dia dengar setiap kali melihatnya datang menemuinya di ruangan kerja.     

"Istriku ingin pergi berlibur, aku kasihan padanya. sepertinya dia mulai bosan dengan hanya diam dia rumah saja."     

"Mmh… Kau sudah mempersiapkan segalanya?" tanya Pandu membuat Kenzo tercengang menatapnya.     

"Aku belum mempersiapkan semuanya, aku harus menunggu kau memberiku izin dulu."     

"Tidak-tidak, bukan itu. Maksudku, kau harus mempersiapkan mental dan juga akalmu."     

Kenzo masih tercengang mendengar ucapan Pandu demikian padanya.     

"Oh Tuhan, kau memang harus mendapatkan banyak pembelajaran dari yang jauh lebih berpengalaman."     

"Hahaha… Jangan sampai kau mengajariku hal yang liar di ranjang."     

"Kau yakin setelah pergi berlibur dengan istrimu kau akan bebas dari para wanita yang selalu membutuhkanmu? Hahaha… Membayangkannya saja aku sangat ingin tertawa.     

Begitu mendengar ucapan Pandu, Kenzo menarik napasnya seraya mengerutkan bibirnya.     

"Hahaha, maafkan aku. Baiklah, aku akan memberikanmu cuti."     

"Tiga hari," pinta Kenzo melanjutkan.     

"So what???" Pandu tampak terkejut mendengar Kenzo.     

"Anggap saja aku sedang pergi honeymoon." Kenzo melanjutkan ucapannya dengan menaik turunkan kedua alisnya meledek Pandu.     

Pandu hanya bisa menghela napas panjang seraya menekan sebuah stempel di atas form izin cuti yang Kenzo minta. Setelah akhirnya mendapatkan izin cuti dari Pandu, Kenzo segera pergi ke ruangan pribadinya. Dia melanjutkan pekerjaan yang akan dia tinggalkan begitu dia libur bersama sang istri nantinya.     

Mengingat apa yang Pandu katakan tadi, dia menelpon MAya. Seseorang yang paling dia takutkan dan menjadi kecemasannya saat ini tentu hanya MAya seorang. Beberapa kali Kenzo menelpon namun belum ada respon, setelah dia hendak meletakkan ponselnya kembali di sisi mejanya. Ponselnya bergetar, segera dia menerimanya setelah mengetahui Maya yang menelponnya.     

"Ada apa, Ken?" tanya MAya dari sebrang sana.     

"Kau sibuk?" tanya Kenzo sembari melanjutkan pekerjaannya.     

"Hem, lumayan. Baru saja aku melayani langsung seorang pelanggan yang kau tau… Dia sangat…"     

"May, aku… Aku ingin bicara." Kenzo memotong ocehan MAya yang terus saja berbicara.     

"Hem, bicaralah…"     

Kenzo menarik napasnya perlahan sebelum dia memberitahu MAya kemana dia akan pergi berlibur dengan Alona.     

"Ken…" panggil MAya kembali bersuara.     

"Aku akan pergi berlibur dengan Alona, aku harap kau tidak menghubungiku dulu. Kuharap kau mengerti," terang Kenzo dengan sangat lembut berbicara.     

MAya tampak hening tanpa bicara atau sekedar menghela napas untuk menanggapi ucapan KENzo padanya saat ini. Antara terkejut dan kesal, tapi apa yang bisa dia lakukan saat ini?     

"May, kau mendengarku?" tanya Kenzo kemudian setelah tidak lagi mendengar suara MAya dari sebrang sana.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.