The Lost Love

The Lost Love



The Lost Love

2Cup!      0

Kenzo mengecup kening Alona dengan lembut dan cukup lama. Terasa hangat dan lembut terasa di keningngnya sehingga terasa berdesir seluruh darahnya memuncak ke ujung kakinya.     

Alona masih menundukkan kepalanya meski tengah memejamkan kedua matanya. Lantas dengan lembut Kenzo menangkat dagunya untuk kembali menatap wajah Kenzo.     

Alona kini menatap wajah Kenzo dengan tatapan kedua mata yang berkaca-kaca. Kenzo mencoba menelusurinya sampai ke dalam hati Alona.     

"Kau masih berpikir aku dan Maya pernah menjalin hubungan lebih dari sekedar sahabat saja?" tanya Kenzo.     

Alona merapatkan kedua bibirnya dan terus menatap Kenzo tanpa bicara.     

"Alona... Aku sudah mengatakannya padamu, meski dulu aku pernah jatuh hati pada Maya. Tapi itu semua sudah berlalu dan hanya sesaat saja, aku hanya terlalu terbawa oleh perasaan karena kami sangat dekat dan selalu bersama."     

"Lalu, apa kau sudah pernah menyatakan perasaan itu padanya? Apakah dia mengetahui tentang perasaanmu saat itu?" tanya Alona dengan suara parau.     

Kenzo menggelengkan kepalanya.     

"Jadi, karena itu dia bersikap seperti tadi?"     

"Alona... Tolong, jangan membahasnya lagi. Aku dan Maya sudah baik-baik saja karena kita adalah sahabat, dan selamanya akan tetap begitu."     

"Aku cemburu!" ucap Alona tegas.     

Kenzo terkesiap mendengar ucapan Alona, meski ini sudah berkali-kali dia dengar selama mereka bersama dulu, tapi kali ini seolah terasa berbeda dari biasanya.     

Tak tanggung-tanggung, Kenzo langsung saja meraup bibir Alona dan mensesapnya tanpa ampun. Alona terdiam sejenak, mendapat serangan bibir Kenzo pada bibirnya.     

Perlahan, Alona memberikan perlawanan. Lantas mengalungkan kedua tangannya pada leher Kenzo, dan mulai beradu bibir dengan berciuman dengan bibir Kenzo.     

Tanpa mereka sadari dan ketahui, Maya yang sejak tadi mendengar semua percakapan mereka, dan menyaksikan mereka berciuman bibir dengan mesra tanpa malu atau canggung dimana mereka berada saat ini.     

Maya menarik napasnya dalam-dalam, dia mengepal kedua tangannya. Meremas-remas kedua tangannya, hatinya bagaikan teriris mendengar pernyataan Kenzo yang ternyata selama ini telah memendam perasaan yang begitu dalam padanya.     

"Sayang, kau..."     

Suami Maya muncul mengejar Maya dan menghentikan suaranya setelah melihat Maya menyaksikan Kenzo dan Alona berciuman bibir.     

Sontak saja Alona dan Kenzo terkejut mendengar suara suami Maya uang menyapa Maya. Alona dan Kenzo saling menjauh dan mereka tampak gusar melihat Maya dan suaminya berdiri tak jauh dari mereka.     

"Woah... Apakah kalian sungguh tidak bisa menahannya sebentar? Aku jadi malu tapi juga iri, kami sudah menikah tapi sudah jarang saling bermesraan di tempat umum seperti kalian." suami Maya menggoda Kenzo dan Maya.     

Kenzo tersipu malu, sedang Alona memalingkan wajahnya untuk menyembunyikan wajahnya yang merona karena malu saat ini.     

Maya dan Kenzo saling bertatapan, namun tampaknya Maya sedang benar-benar marah menatap wajah Kenzo saat ini. Dia memalingkan wajahnya kemudian, lantas pergi meninggalkan suaminya dan mengurungkan niatnya yang hendak ke toilet.     

"Hei, Sayang..." panggil sang suami menyusulnya kemudian.     

Kenzo mengerutkan keningnya. Dia bertanya-tanya di dalam hatinya, ada apakah gerangan?     

"Ken, aku ke toilet dulu!" ujar Alona membuatnya tersadar kembali.     

"Hem, baiklah. Aku akan menunggu disini," sahut Kenzo dengan senyuman.     

Alona melangkah kemudian memasuki sebuah ruangan. Sedang Kenzo menunggunya dengan pikiran dan pertanyaan-pertanyaan aneh di dalam hatinya setelah melihat Maya pergi dengan tatapan marah padanya.     

"Heh, tidak mungkin... Woah, apa yang kau pikirkan, Ken? Maya tidak mungkin marah hanya karena melihatku datang dengan Alona." Kenzo berbicara sendiri sambil bersandar di dinding tembok.     

Sedang Alona, dia hanya mencuci kedua tangannya di wastafel sambil menatap wajahnya di sebuah cermin yang tertempel begitu lebar di depannya. Dia menyentuh bibirnya kemudian, detak jantungnya kembali meningkat.     

Lantas ia pun tersipu malu mengingat apa yang baru saja dia lakukan bersama Kenzo. Mereka kembali berciuman, tanpa rasa ragu dan canggung ataupun malu. Tak peduli dimanapun itu, Alona selalu terjebak dengan situasi itu bersama Kenzo.     

Sementara itu, suami Maya berusaha mengejar langkah Maya yang terlihat begitu marah meski sudah kembali berada di dalam ruangan dan bersama beberapa teman lainnya.     

"Sayang, ada apa?" tanya sang suami pada Maya.     

Maya mendadak membuang napasnya dengan kasar, dia menatap tajam ke suatu arah tak menentu lantas meraih segelas minuman di depannya.     

"Sayang... Aku sedang bicara denganmu," ujar sang suami kembali.     

"Tolong! Jangan mengajakku bicara dulu!" pintanya berbicara pada suaminya.     

Sang suami hendak mengajaknya bicara, namun secara bersamaan dia menerima panggilan telepon dari clien kerjanya.     

"Sayang, aku angkat telepon dulu ya, ini penting!" ujar suami Maya seraya meraih ponselnya dan beranjak pergi dari hadapan Maya.     

Maya tetap hanya diam saja tanpa memberikan respon pada suaminya. Kini dia hanya tinggal sendiri di keramaian para teman-teman lainnya.     

Seolah percakapan dan ungkapa perasaan Kenzo padanya dengan Alona tadi, yang baru kali ini dia ketahui, terus terngiang di telinga dan terbayang di depan matanya.     

Maya menarik napas dalam-dalam, dia tau jika perlakuan Kenzo selama ini padanya sangat baik. Tapi dia tidak pernah mencoba untuk menilainya dengan hal yang berbeda. Dia malah terus menjadikan Kenzo bulan-bulanan akan setiap kondisi dan perasaannya.     

Dia membuang tatapannya begitu saja ke suatu arah, dan tertuju pada Ryo yang tengah asyik bersenda gurau dan mengobrol dengan banyak teman lainnya.     

Maya meletakkan segelas minuman yang dia teguk sejak tadi, lantas melangkah menghampiri Ryo dengan tatapan beringas.     

"Yo!" panggilnya dengan cetus.     

Ryo dan beberapa teman lainnya tampak terkejut. Lalu beberapa diantara mereka menyapa Maya dengan ramah dan masih saja memuji-muji Maya.     

Dengan senyuman singkat dan paksa, Maya menanggapi mereka seraya menarik lengan Ryo. "Aku mau bicara denganmu!" bisik Maya pada Ryo.     

"May, kau mencengkram lenganku sangat kuat. Lepaskan dulu!" ujar Ryo sambil meronta agar Maya melepaskan cengkramannya yang begitu kuat.     

Maya melangkah pergil seraya menarik Ryo dengan kasar, melewati banyak kerumunan para alumni dan teman-teman mereka.     

Kenzo yang baru saja keluar dari toilet dan menggandeng tangan Alona, melihat Ryo di tarik oleh Maya dengan kasar. Semakin membuatnya bertanya-tanya dan berpikir kembali apa yang sebenarnya telah terjadi pada Maya.     

Maya dan Ryo ada di sebuah pojok ruangan yang cukup sepi dari sekumpulan teman-teman reuni mereka.     

"Ada apa, May? Kau terlihat marah, jangan bilang kau marah karena..."     

"Yo!" panggil Maya menyela dengan tatapan kian tajam pada Ryo.     

Ryo sedikit meringkuk ketakutan melihat Maya demikian. "Ada apa? Kau sungguh membuatku takut." Ryo berusaha mundur satu langkah.     

"Katakan, Yo! Apakah kau tau sesuatu tentang perasaan Kenzo padaku dulu?"     

Ryo terkesiap, dia mengerjapkan kedua matanya. "Pertanyaan konyol ah," jawabnya sekenanya sambil melempar tatapannya ke segala arah.     

"Yo!" pekik Maya dan membuat Ryo terkejut. "Aku tau kau mengetahui semuanya, jangan merahasiakannya lagi dariku, Yo!" pinta Maya kemudian.     

"Untuk apa lagi, May? Kau sudah menikah dan memiliki satu anak. Jangan lupa hal itu, kau sudah bahagia!" jawab Ryo dengan tegas.     

"Apa kau memintaku untuk terus bersikap bodoh dengan tidak mengetahui semuanya?"     

"Lantas apa? Apa yang akan kau lakukan? Kau lihat Kenzo, dia sedang berusaha memperbaiki dan meraih cintanya kembali bersama Alona."     

Maya meremas kedua tangannya seraya mengertukan bibirnya dan menatap marah wajah Ryo.     

"Kau bukan sahabatku lagi, Yo! Aku akan menanyakan hal ini langsung pada Kenzo saat ini juga!" ujar Maya mengancam Ryo.     

Tentu saja Ryo tak ingin hal itu benar-benar terjadi sehingga semua akan semakin kacau. Sebagai sahabat dia tidak ingin menghancurkan persahabatan dan kehidupan mereka masing-masing.     

"May! Hentikan, jangan merusak acara kali ini, May!"     

"Kalau begitu katakan!" desak Maya kembali.     

Ryo tampak membuang napas berat, baginya itu bukan lagi pantas di utarakan. Tapi entah kenapa tiba-tiba saja Maya bertanya hal itu setelah bertemu dengan Alona dan Kenzo.     

Lantas Ryo menceritakan semuanya pada Maya, tanpa di kurangi atau di tambah sedikitpun. Itu sudah tentu karena Ryo mengenal dan mengetahui segalanya.     

Dan Maya begitu terkejut saat dia tahu bagaimana usaha dan rasa bersalah yang Kenzo rasakan saat mengetahui Maya hamil di luar nikah.     

Maya hampir terjatuh, dan dengan cepat Ryo menangkapnya lalu memapahnya. "Kau baik-baik saja, May?" tanya Ryo cemas dan panik.     

"Yo, kenapa... Kenapa aku begitu bodoh, kenapa aku buta dan tidak pernah mengetahui semua ketulusan dan pengorbanan Kenzo saat itu?" Maya berkata dengan berlinangan air mata.     

"May... Jangan menyesalinya, Kenzo sudah berhasil membunuh perasaan itu karena dia menyadari, kalian bersahabat. Kalian tidak bisa hidup bersama, kebahagiaanmu bukan dengan Kenzo."     

"Tidak, Yo! Aku... Jujur, melihat Kenzo bermesraan dengan Alona di toilet tadi, hatiku sakit!"     

"Oh my God! Kau sudah gila, May! Jangan konyol!" tegas Ryo.     

Maya terduduk dengan dengan posisi menjongkok tepat di depan Ryo. Dia benar-benar merasa sesak yang tiada duanya setelah mengetahui semuanya yang kini terlambat dia ketahui.     

"May... Ada apa denganmu?"     

Tiba-tiba saja Kenzo muncul di belakang mereka bersama Alona tentunya. Dia melihat Maya yang tengah duduk sembari memegangi kepalanya sendiri.     

Sontak Maya berdiri kembali dan terkesiap melihat Kenzo dengan Alona, dengan cepat dia mengusap air matanya baru kemudian menghadap ke belakang dimana Kenzo dan Alona berdiri.     

Ryo tampak gusar, dia melirik ke arah Maya. "Emh... Ken..."     

"Itu, Ryo. Dia sedang curhat, dia bilang sedang jatuh hati dengan salah satu teman kita. Aku jadi terkejut, maka itu aku terduduk barusan." Maya menyela ucapan Ryo yang hendak menjawab pertanyaan Kenzo.     

"Sungguh? Hei, kau! Sejak kapan kau merahasiakan hal itu dariku, Yo? Woah... Kau bukan sahabat baikku lagi," ujar Kenzo meledek Ryo.     

"Hahaha..." Ryo tertawa dengan tawa paksa dan tatapannya tampak kabur menatap wajah Kenzo dan Alona bergantian.     

"Selamat ya, Yo! Akhirnya..." ucap Alona turut menggodanya.     

Segera Ryo menarik kedua ujung bibirnya mendengar Alona mengucap demikian padanya.     

"Alona, bagaimana kabar Jihan?" seketika Ryo menyebut nama Jihan dan bertanya pada Alona.     

Kenzo melotot lantaran dia terkejut dan menatap wajah Ryo dengan bibir yang bergoyang-goyang bercakap dengan sebuah isyarat.     

Maya kebingungan, sedang Alona tampak seperti menahan napasnya sehingga terlihat dia sedang terengah-engah menatap wajah Ryo dan berusaha tetap melempar senyuman walau terpaksa.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.