The Lost Love

The Lost Love



The Lost Love

2"De-wa???" Alona sungguh terkejut bukan main saat melihat sosok Dewa berdiri di hadapannya kali ini.     0

"Alona, apa kabarmu? Kau baik-baik saja?" sapa Dewa setelah Alona membukakan pintu untuknya.     

"Untuk apa lagi kau datang kemari, Dewa?" tanya Alona dengan cetus. Bahkan dia sudah lebih dulu memalingkan wajahnya dari tatapan Dewa.     

Dewa membuang napasnya dengan pelan. "Apakah kau masih marah padaku, Alona?" tanya Dewa lirih.     

"Kau tau apa jawabanku tanpa aku menjawabnya."     

"Apakah itu karena kau sudah mendapatkan penggantiku, begitu?" tanya Dewa seketika.     

Alona akhirnya kembali menatap wajah Dewa saat ini. Dia terlihat tetap sama, raut wajahnya tidak sedikitpun menunjukkan rasa bersalahnya.     

"Apakah itu yang kau pikirkan tentangku selama ini?" tanya Alona kian menatapnya geram.     

"Cih, Alona..." Dewa menyeringai seolah meledek Alona telah membohonginya. "Bahkan hubungan kita belum berakhir, Alona. Aku belum menerima dan tidak akan pernah menerima hubungan ini berakhir begitu saja." Suara Dewa kian lantang terdengar.     

Sehingga terdengar oleh Aleea dan mengejutkannya. Serta kini Aleea berniat menyusul sang kakak saat mendengar suara teriakan itu barusan.     

"Kakak, ada ap... Ups, kak Dewa?" Aleea turut terkejut saat melihat sosok Dewa berdiri di depan Alona, sang kakak saat ini.     

"Ya, kenapa? Kau juga terkejut melihatku datang lagi ke rumah ini? Hubunganku dengan kakakmu ini tidak akan pernah berakhir, Aleea." Dewa berbicara kian seperti orang yang sedang di kendalikan alkohol.     

"Dih, apaan sih? Kakak tuh, yang mulai mengkhianati kakakku." Aleea tak mau kalah dalam berbicara dengan Dewa, dia ingin meneruskan amarah di dalam hatinya yang tertuju pada Dewa sudah sekian lama. Tapi berusaha dia pendam lantaran Alona yang memintanya.     

"Alona, masuk! Tinggalkan kami berdua!" kata Alona kemudian menyela.     

"Tidak, Kak! Kali ini aku tidak akan membiarkan kakak bersama laki-laki ini lagi, laki-laki pengkhianat!" Aleea terus merutuki Dewa sekenanya.     

"Aleaa!" bantah Alona menghardiknya.     

Aleea tampak terengah-engah menatap wajah sang kakak, sedang Dewa kian menyeringai seolah meledek Aleea yang bersikap demikian.     

"Kak..." panggil Aleea kembali.     

Alona mengangguk. "Kakak tidak apa-apa, kakak akan menyelesaikan semuanya."     

Aleea mendecak sebal lantas berlalu meninggalkan Alona yang hanya berdua saja dengan Dewa saat ini. Alona kembali menatap wajah Dewa dengan tajam.     

"Apa kau mabuk?" tanya Alona.     

"Sejak kapan kau kembali bersama dengan laki-laki itu, Alona?" tanya Dewa seketika, dia mengabaikan pertanyaan Alona barusan.     

Alona pun sontak terkejut mendengar pertanyaan Dewa padanya. "A-apa maksudmu?" tanya Alona kikuk.     

"Jawab saja, Alona. Aku tau kau mengerti apa yang aku maksud barusan," jawab Dewa kembali dengan lirih. Namun seperti ada penekanan nada yang begitu marah di dalam penyemapaiannya.     

"Aku tidak mengerti!" Alona tetap bersikukuh berpura-pura dengan memalingkan wajahnya saat ini.     

Sontak saja Dewa melangkah masuk dan menarik tubuh Alona hingga menempel dengannya. Tak tanggung-tanggung Dewa langsung saja mengulum bibirnya dengan sedikit kasar.     

Alona meronta, dia memberontak dengan sekuat tenaga ingin melepaskan Dewa yang kini melumat bibirnya.     

"Kau brengsek!" pekik Alona setelah berhasil dengan kuat mendorong tubuh Dewa menjauh darinya.     

Dewa terengah-engah, dia mengusap kasar bibirnya yang basah. Begitu pula dengan Alona yang melotot dengan geram dan terbata-bata menghela napasnya. Dia sungguh terlihat benar-benar marah padanya.     

"Ingat, Alona! Hubungan kita bukan lagi hubungan yang biasa. Bukankah kita sudah melaku..."     

"Jangan pernah kau menyentuhku dengan tubuhmu yang kotor itu, kau pengkhianat." Alona memekik menyela ucapan Dewa yang mencercanya atas apa yang sudah pernah mereka lakukan selama ini.     

Dewa kembali melangkah maju dan mencengkram kuat kedua lengan Alona. "Apa kau lupa, Alona. Kita melakukannya, di saat kau bukan lagi wanita yang menjaga kehormatanmu."     

Alona membelalakkan kedua matanya menatap wajah Dewa.     

Plak!     

Alona menampar mulut Dewa dengan sangat keras. Dia merasa terhina dengan ucapan Dewa barusan meski dia memang bukan lagi wanita suci dengan kehormatannya.     

"Kau... Kau memang brengsek. Tadinya aku sedikit menyesal dan memikirkanmu, berharap semua itu benar-benar bukan salahmu. Tapi sepertinya kau... Kau memang sengaja melakukannya, sekarang kau pergi dari rumahku!" hardik Alona yang kemudian mengusir Dewa untuk  segera pergi dari hadapannya.     

"Alona, kau tidak bisa melakukan hal ini padaku, Alona. Maafkan aku," ucap Dewa yang berusaha enggan pergi namun kini Alona terus mendorongnya keluar dari ruangan.     

"Cukup! Aku tidak mau mendengar lagi ocehanmu itu, Dewa!" Alona mendorong kuat tubuh Dewa sehingga kini Dewa sudah keluar dari dalam ruangan. Dengan cepat Alona menutup pintu rapat-rapat lalu menguncinya.     

Dewa terus menggedor kasar pintu rumah itu, namun dengan cepat Alona pergi menuju kamarnya. Dia menangis dengan gusar meringkuk memeluk tubuhnya sendiri berjalan menuju kamar.     

"Kakak..." panggil Aleea menyambutnya lantas memeluk tubuh Alona.     

"Kakak... Jangan menangis, apakah dia melakukan hal kasar lagi pada kakak? Cup cup cup... Jangan menangis," ujar Aleea sambil terus memeluk tubuh sang kakak, ingin menenangkannya.     

"Kakak benci, kakak sangat benci padanya, Aleea."     

"Iya, aku tau. Kakak memang wajib harus membencinya." Aleea mengiyakan untuk membuat hati dan pikiran sang kakak segera membaik.     

Alona segera mengusap air matanya, dia terengah-engah menahan segala perasaannya saat ini.     

"Maafkan kakak, Aleea. Kakak tidak bermaksud menolakmu membantu kakak tadi, tapi..."     

"Sssttt... Kakak tidak perlu meminta maaf, aku mengerti apa yang kakak maksud tadi."     

"Kakak sudah mengakhirinya, kakak benar-benar tidak ingin lagi melihat wajahnya, tapi..."     

"Kakak... Sudah, jangan menangis lagi. Nanti wajah dan mata kakak terlihat sembab saat menghadiri acara reuni bersama kak Kenzo."     

Alona terkesiap, dia tercengang dan mengingat segera bahwa sore ini dia harus tampil cantik, dia pum segera menghentikan tangisannya dan mengusap air matanya.     

"Kakak ke kamar dulu, ya!" ujarnya hendak melangkah masuk ke dalam kamar.     

"Kak, tunggu..." panggil Aleea dengan raut wajah serius menatapnya.     

Alona menolehnya.     

"Kakak butuh masker? Hehe..."     

Alona menarik napasnya dalam-dalam, lantas melotot menatap wajah Aleea. "Kau..."     

Aleea mundur satu langkah dari depan sang kakak. "Ampun, Boss!" ujar Aleea sambil setengah berlari menuju kamarnya kembali.     

Alona melangkah masuk ke dalam kamar, dia melirik jam di dinding kamarnya. Menunjukkan jam 2 siang, dia menjambaki rambutnya sendiri seraya tergesa-gesa membuka laci meja riasnya.     

Dia meraih satu masker wajah yang akan dia kenakan untuk membuat wajahnya tampak bersih merona untuk menghadiri acara reuni menemani Kenzo sore ini.     

Jam terus berputar, Alona telah siap dengan penampilan dan gaya style yang dia pilih secara sederhana lantaran tak ingin terlihat berlebihan kali ini.     

"Ken, aku akan menunggumu di halte seperti biasa." Alona melakukan panggilan telepon pada Kenzo.     

"Kau sudah siap?" tanya Kenzo setelah mendengar suara Alona tampak begitu semangat.     

"Hem, aku sudah siap."     

"Baiklah, aku akan segera menjemputmu."     

Alona tersenyum, lantas mematikan panggilan teleponnya dan segera keluar dari kamar setelah meraih tas gandengnya.     

"Wow... Siapa ini?" goda Aleea setelah melihat sang kakak keluar dari kamar dengan penampilannya yang sangat cantik di mata Aleea.     

"Cih, jangan menggoda kakak lagi." Alona bersikap acuh dan melirik tajam wajah Aleea.     

"Sungguh, kakak sangat cantik. Aku yakin semua akan menatap ke arah kakak nantinya dan berseru dengan mata tanpa berkedip melihat kakak datang."     

Alona melihat ke kanan dan ke kiri sekeliling ruangan. "Bapak sudah pulang?" tanya Alona setengah berbisik.     

"Hem, belum... Aku tidak mungkin berani berbicara lantang kalau bapak di rumah."     

"Huh, syukurlah. Kalau begitu kakak pergi sekarang ya!" pamit Alona pada Aleea.     

"Hem, hati-hati. Titip salam untuk kak Kenzo," bisik Aleea sambil melambaikan tangannya pada Alona.     

Alona tersenyum manis lantas beranjak pergi dengan langkah terburu-buru. Sampai kini tiba di sebuah halte bus tempatnya biasa menunggu Kenzo datang menjemputnya.     

Begitu sampai di halte bus, Alona terkejut saat melihat Kenzo sudah ada di sekitar halte. Alona menghentikan langkahnya sejenak, dia tidak menduga Kenzo akan lebih dulu datang menjemputnya, bukankah tadi dia bilang baru akan menjemputnya?     

Alona menggelengkan kepalanya, menepis apa yang di pikirkannya saat ini lantas melanjutkan langkah kakinya menghampiri Kenzo.     

Sedang kini Kenzo tampak terkejut melihat Alona datang dengan penampilannya yang begitu menawan dan memesona.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.