The Lost Love

Haruskah secepat ini?



Haruskah secepat ini?

0Begitu memasuki kamar, Kenzo sengaja membagikan foto dirinya dengan seragam kelulusan yang masih penuh dengan coretan pada Alona. Sedang Alona yang masih di dalam minibus menuju rumahnya, dia terkejut namun hatinya juga berdebar-debar begitu melihat foto Kenzo dengan gaya coolnya.     
0

"Cih, dia sungguh konyol!" ujar Alona lalu kemudian mendekap ponselnya, merasakan seolah dia memeluk Kenzo saat ini seraya memejamkan kedua matanya sejenak.     

Lalu kemudian, diam-diam Alona juga mengirimkan potret dirinya yang saat ini masih di dalam minibus. Beruntung di dalam minibus saat ini hanya ada Alona dan beberapa orang lainya yang duduk di depan dan dalam jarak yang cukup jauh dari Alona.     

Sesaat Kenzo tersentak begitu potret wajah Alona dengan seragam yang masih putih bersih mendarat di ponselnya. Hal itu membuat Kenzo bertanya-tanya dan berpikir apakah Alona tidak merayakan kelulusannya dengan penuh suka cita sepertinya di sekolah tadi?     

Kenzo tak lagi membalas pesan itu setelah tahu Alona masih di dalam perjalanan pulang. Dia berniat untuk membersikan dirinya dahulu, setelah itu barulah dia akan menelpon Alona untuk mengajaknya bertemu. Dia ingin merayakan kelulusannya hari ini bersama Alona juga. Di samping itu, dia juga harus membantu Maya sesuai yang di rencanakannya tadi bersama Maya.     

Beberapa jam berlalu, Kenzo sempat tertidur usai membersihkan dirinya tadi hingga dia terbangun dan terkejut ketika ponselnya berdering dan sebuah panggilan dari Maya. Begitu panggilan Maya berakhir sebelum dia sempat menerima panggilan itu,. membuat Kenzo bergegas begitu membaca pesan dan Alona yang ingin mengajaknya bertemu, secara kebetulan sekali.     

Dengan tergesa-gesa Kenzo membasuh wajahnya dahulu lalu mengenakan pakaian yang dia pilih seadanya serta menyemprotkan sekujur tubuhnya dengan parfum khas yang selalu dia pakai setiap harinya, lalu kemudian dia bergegas pergi keluar kamar setelah dia merasa cukup oke untuk bertemu sang pujaan hati.     

Sebelum pergi, dia menelpon Alona untuk mengabari dia akan menunggunya di tempat biasa. Namun, Alona tidak merespon panggilan itu. Kenzo berpikir mungkin saja dia masih di dalam perjalan dan Kenzo terpaksa mengirim pesan beberapa kali agar Alona menemuinya di tempat biasa. Lalu kemudain Kenzo menyalakan mesin motornya untuk pergi menuju tempat itu.     

Setelah tiba di tempat untuk bertemu Alona seperti biasanya, betapa terkejutnya Kenzo setelah dia melihat Alona sudah tiba di tempat itu lebih dulu. Kenzo yang tergesa-gesa dan sambilan berlari menuju tempat itu setelah memarkir motornya lebih dulu, di samping itu dia juga khawatir karena Alona tidak merespon panggilannya tadi.     

"Woah, kau sudah datang lebih dulu. Sepertinya aku sedikit lambat, apakah kau sudah menunggu lama?" tanya Kenzo menyapanya seraya melangkah maju ke hadapan Alona.     

"Hem, sekitar sepuluh menit yang lalu. Aku tahu kau akan tetap datang meski terlambat dan mungkin kau sedang sibuk tadi, tapi sepertinya… Kau terlihat seperti baru saja bangun dari tidur, pfffttt…" Alona menyelidik seraya mencoba menahan tawanya.     

"Oh? Ehm, hahaha… Aku ketahuan rupanya, maafkan aku, Alona!"     

Alona tersenyum menanggapinya.     

Lalu kemudian Kenzo duduk begitu saja di sisi Alona untuk mengalihkan rasa malunya karena ucapan Alona barusan. Sesekali dia mengusap wajahnya untuk terlihat segar bugar padahal dia sudah membasuh wajahnya tadi.     

"Mmh… Bagaimana hasil ujianmu?" tanya Kenzo kembali bersuara lebih dulu.     

"Mmh… Aku berhasil mendapat nilai yang aku targetkan sebelumnya," jawab Alona dengan suara yang tenang. Alona tampak menatap kosong ke arah depan.     

"Tapi sepertinya kau tidak merayakan dengan penuh suka cita sepertiku dan teman-teman yang lainnya di sekolah tadi, kami merayakan dengan banyak kegilaan sebagai kenang-kenangan karena kami akan berpisah dalam waktu yang entah sampai kapan kami kembali bisa berkumpul bersama lagi," terang Kenzo dengan nada bicaranya yang terdengar sedih.     

Alona menatap wajah Kenzo dari arah samping.     

"Ken, apa kau… Sungguh tidak akan lanjut ke universitas bersama para sahabatmu yang lain?" tanya Alona.     

"Hem, aku… Yah, aku sedang ingin bebas untuk sementara waktu. Sampai batas dimana aku akan merasa jenuh dengan segala kebebasan itu nantinya, hehe…"     

"Aku… Aku pun ingin membuat kenangan indah dengan huru hara dan penuh dengan suka cita sepertimu di sekokah tadi. Akan tetapi, aku tidak bisa melakukannya. Banyak alasan yang membuatku ingin tetap menjaga dengan baik seragam kelulusan yang aku banggakan," jawab Alona dengan tatapan kedua mata yang berkaca-kaca.     

Kenzo mengerutkan keningnya, lantas di meraih kedua tangan Alona dalam genggamannya lalu kemudian perlahan dia mengecupnya dengan hangat. Sama seperti yang selalu dia lakukan setiap kali berdua bersama Alona, dia selalu menggenggam dan mengecup hangat kedua tangan Alona.     

"Ken, sepertinya Tuhan tidak memberikan kita banyak waktu untuk bertemu dan merasakan kebersamaan setelah kita lulus sekolah dan tentunya bebas untuk bertemu kapan saja."     

Kenzo tersentak mendengar ucapan Alona.     

"Kakak sepupuku menelponku tadi, dia bilang aku harus datang besok juga ke kota dan mulai bekerja di hotel karena posisi yang akan aku tempati sudah sangat membutuhkan tenaga segera," ujar Alona kembali.     

Kenzo menarik napasnya dalam-dalam dan mau tidak mau, semua memang akan tetap terjadi. Tapi haruskah secepat itu? Kenzo merasakan sesak yang mulai menggerogoti relung hatinya. Namun, dia tetap harus menebar senyuman yang membuat Alona tetap meyakini jika dirinya baik-baik saja.     

"Ken, aku…"     

"Sssttt… Kau harus tetap pergi meski kau tidak ingin dan berusaha mengulur waktu untuk tetap bersamaku lebih lama, aku tak apa. Ini justru kesempatan yang baik untukmu, Sayang. Jadi, kau bisa pergi saja. Lalu apa kau sudah mempersiapkan segalanya?" Kenzo mulai banyak bicara sambil menatap wajah Alona yang kini terus menatap Kenzo dengan penuh makna.     

Alona mengerti, dia juga sangat bisa memahami betapa saat ini Kenzo tentu berada dalam suasana hati yang berat. Dia harus memaksakan diri untuk tetap baik-baik saja dan terus memaksanya menebar senyuman, bukankah itu sangat menyakitkan?     

Tanpa rasa canggung dan terpaksa untuk menahan dirinya, Alona memeluk tubuh Kenzo dengan sangat erat dan diam-diam dia menitikkan air matanya karena sejujurnya dia pun masih tak ingin berada jauh dari Kenzo secepat itu.     

"Hei, aku baik-baik saja! Hahaha…" Kenzo berusaha tertawa setelah Alona memeluk tubuhnya dengan erat.     

"Kau menyebalkan sekali, apakah kau tidak begitu takut atau sedih mendengarku akan jauh darimu?" tanya Alona disertai dengan isakan tangis.     

Kenzo terdiam sesaat. Sekuat tenaga dia berusaha menahan agar tidak goyah sehingga membuat Alona terbebani nantinya. Cinta tidak boleh egois, meski dia tidak ingin jauh dari Alona. Yang saat ini dia lakukan hanyalah tetap menjadi sosok yang akan selalu membuat Alona merasa bangga karena selalu mendukungnya.     

"Akupun sejujurnya takut, sangat takut. Aku selalu dihantui pikiran yang konyol, bagaimana jika saat jauh disana, kau justru melupakanku disini? Tapi aku sadar, dan aku tetap percaya jika kau akan selalu menjaga hubungan kita sampai kapanpun.     

Perlahan Alona meregangkan pelukannya dari tubuh Kenzo lalu menatap lekat kedua mata Kenzo yang terpaksa Kenzo buat untuk tetap terbuka lebar, meski kenyataannya di dalam sana dia sedang bergulat dengan keraguan hatinya sendiri.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.