The Lost Love

Laki-laki misterius itu lagi



Laki-laki misterius itu lagi

0Kedai kopi milik sang ayah kembali di buka dan sudah ramai pengunjung seperti biasanya bahkan seketika pengunjung membludak setelah berapa bulan mereka menutup kedai itu lantaran masih berduka. Ervan mendadak menguasai teknik dan tata cara sang ayah biasa mengolah dan menyedu kopi langganan para pengunjung setia kedai itu.      0

Kenzo memperhatikan gelagat Ervan yang sejak tadi sibuk, sekejap dia seperti melihat ayahnya pada sosok sang kakak, dan sekejap pula berubah menjadi sosok Ervan kembali. Lantas sang ibu menghampiri Kenzo membuatnya terkejut begitu sang ibu menyapanya dari arah samping.     

"Nak, kenapa melamun?" tanya sang ibu.     

Kenzo terkejut lantas menoleh menatap wajah ibunya yang tampak masih lesu dan kesedihan terpancar dari kedua matanya.     

"Bu, sebaiknya ibu istirahat saja di rumah temani nenek. Biar aku dan kak Ervan yang mengurus pelanggan disini," sahutnya sambil beranjak berdiri dan menggenggam tangan sang ibu.     

"Tidak apa, Nak. Kau sudah cukup lelah bekerja seharian, kalau di rumah saja ibu justru terus mengingat mendiang ayahmu. Dan hanya di kedai ini ibu merasa seolah melihat ayahmu ada di sini, di dekat ibu."     

"Baiklah, Ibu. Lakukan saja apa yang membuat ibu terhibur di kedai ini, jangan terlalu larut dalam kesedihan, aku yakin ayah pun tidak ingin ibu terus bersedih karena kepergian ayah, bagiku ayah masih tetap hidup, disini, Bu!" sahut Kenzo sembari menunjuk ke arah dadanya.     

Ibu Kenzo tampak sedih lantas memeluk dan mengecup ujung kepala Kenzo. Kemudian Ervan datang menghampiri mereka dan memeluk tubuh ibunya pula dari arah samping.     

"Saat ini, ibu hanya punya kalian berdua dan hanya kalian penyemangat ibu, sebagai pelindung ibu dan cinta ibu."     

"Bukan hanya mereka, Bu. Aku juga disini, bukan sebagai menantu, tapi putri ibu. Dan sebentar lagi akan ada malaikat kecil yang akan memberikan keramaian di hari-hari ibu," imbuh Sinta, istri Ervan ikut menghampiri.     

Kenzo mulai berpikir setelah melihat sang ibu demikian dan mendengar ucapannya, dia harus menjadi lebih kuat untuk melindungi dan mencintai ibunya sepenuh hati, dia harus bisa selalu menghibur ibunya setelah kepergian sang ayah agar ibunya tidak merasa sendiri lagi.     

Waktu pun terus berjalan. Hubungan Kenzo dan Alona tetap berjalan seperti biasanya, saling memberi kabar dan bertukar pesan untuk mengisi hari-hari mereka selama jarak jauh. Dan Kenzo masih saja selalu dengan sabar menunggu Alona untuk kembali pulanh ke negaranya dan melalui waktu bersama.     

Untuk mengisi kehampaan hatinya sejak sepeninggal ayahnya, Kenzo menjadi sosok yang mulai candu dengan permainan game-game seru dari ponsel barunya. Bahkan dia bisa berjam-jam berkutat dengan ponselnya hanya untuk bermain game, dia mulai sering begadang, kembali memiliki sebuah club bagi pecandu game.     

Hari-hari Kenzo jadi sedikit terhibur semenjak dia jadi pecandu game. Karena hanya dengan begitu dia bisa melampiaskan segalanya, ketika dia ingin marah, sedih, bahkan bahagia pun dia kadang melampiaskannya pada game tersebut. Terkadang Alona kesal ketika Kenzo lebih memilih game-game seru di banding menemaninya berbicara.     

Dan malam ini, pulang bekerja seperti biasa Kenzo menuju kedai untuk membantu kakaknya dan ibunya. Meski dia tidak akan di perbolehkan terlalu banyak membantu, lantaran dia sudah cukup lelah dalam pekerjaannya seharian. Kenzo melihat sang ibu sudah sibuk dalam melayani para pelanggan begitu pula dengan sang kakak ipar.     

Namun, di sela banyaknya pengunjung datang Kenzo melihat kembali sosok laki-laki yang sebelumnya menyita perhatiannya. Laki-laki itu terus menatap tajam ke arah ibu Kenzo, dan Kenzo memperhatikan seksama, dia tak ingin salah dalam menilai. Akan tetapi, semakin lama di perhatikan pandangan orang itu memang hanya tertuju pada ibunya saja.     

Entah kenapa Kenzo jadi kesal dan ingin menghampiri laki-laki itu karena dia berpikir sungguh itu sangat tidak sopan di benaknya. Namun, lengannya tertahan dan oleh genggaman tangan Ervan dari arah samping. Kenzo seketika menoleh dengan tatapan tajam karena dia juga sedikit terkejut.     

"Apa yang kau pikirkan saat ini sudah kakak pikirkan sejak lama," ujar Ervan tiba-tiba.     

Kenzo semakin terkejut hingga memelototi sang kakak selebar mungkin.     

"Kak…"     

"Ken, jangan bicara lagi, kau sedang lelah seharian sudah bekerja. Sebaiknya kamu pulang istirahat, kita masih banyak pelanggan disini."     

"Tidak, Kak! Aku akan menemui laki-laki itu," bantah Kenzo dengan nada marah.     

"Ken!" Ervan memanggilnya dengan nada tinggi sehingga beberapa dari pelanggan yang mendengarnya seketika menoleh ke arah mereka.     

Kenzo menepis kasar tangan sang kakak lalu melangkah dengan penuh amarah menuju keluar ruangan. Istri Ervan yang melihat hal itu menghadang Kenzo untuk mengetahui apa yang sedang terjadi padanya dan Ervan, namun Kenzo mengacuhkannya dan terus melangkah keluar dari ruangan.     

Dia mengendarai motornya dengan kecepatan yang sangat tinggi, andai saja dia punya keberanian malam ini dia ingin pergi ke makam ayahnya. Yang ingin dia tuju untuk segera dia temui saat ini hanya sang nenek, yang sudah tentu lebih mengerti dan mau memahami hati serta pikirannya.     

Begitu sampai di rumah, dia melihat sang nenek duduk di ruang TV sendiri sambil mendekap foto ayah Kenzo. Sehingga semakin membuat pikiran Kenzo semakin kacau saat ini, dia segera memeluk sang nenek tanpa berkata apapun, dan sikapnya itu membuat sang nenek bertanya-tanya.     

"Nak, ada apa?"     

Kenzo masih terdiam enggan menunjukkan wajahnya yang sudah di penuhi dengan amarah.     

"Ken, kau baru pulang dari kedai? Apakah ada masalah?" tanya sang nenek kembali seolah sang nenek sudah bisa menebak apa yang ada dipikiran Kenzo saat ini.     

"Nek, aku ingin tidur di pangkuan nenek!" sahut Kenzo begitu bersuara. Dan terdengar sedikit sengau oleh sang nenek, yang menandakan dia baru saja menangis.     

Tanpa menunggu sang nenek menjawabnya, Kenzo segera merebahkan kepalanya di pangkuan sang nenek. Lalu kemudian sang nenek dengan lembut mengusap kepala Kenzo, dia mengerti dan semakin yakin sedang terjadi sesuatu pada cucu kesayangannya itu.     

"Ceritakan pada nenek, apa yang terjadi? Kau bertengkar dengan pacarmu? Atau kau melihat ibumu sedih lagi di kedai?"     

"Nek, apakah ibu benar-benar mencintai ayah? Apakah dia masih mencintai ayah setelah ayah pergi?" tanya Kenzo tiba-tiba.     

"Tentu saja! Mengapa kau meragukan itu, kau tidak tahu bahwa setiap malam ibumu masih saja menangis di kamar sendirian. Dan itu karena ibumu merasa kesepian dan terus mengingat mendiang ayahmu," tegas sang nenek menjawabnya.     

"Aku rasa ibu tidak lagi mencintai ayah!" cetus Kenzo seraya memasang wajah cemberut.     

"Hem, bagaimana kau bisa berpikir begitu?"     

Kenzo terdiam, dia masih enggan membuka mulut apa yang sudah dia lihat di kedai tadi, ketika sang ibu membalas sekilas senyuman lembut pada laki-laki misterius itu. Laki-laki yang selalu datang ke kedai selama ini, yang entah itu siapa. Bahkan Ervan pun menyadari bagaimana selama ini laki-laki itu selalu menatap ibu nya tanpa Ervan beritahu pada Kenzo keadaannya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.