The Lost Love

Cantik hari ini



Cantik hari ini

0Kenzo mempercayai alasan Alona begitu saja ketika mengatakan dia harus mengikuti kursus karena tuntutan pekerjaannya di hotel.     
0

Hari dimana Alona harus menjalani kursus pun di mulai, dia sudah menyiapkan segala kekuatan untuk membagi waktunya selama memulainya.     

Waktu terus berjalan hingga satu bulan lamanya Alona menjalani kursus itu masih tanpa memberitahu Kenzo kebenarannya.     

Sejak itu pula, kesehatan sang ayah berangsur-angsur pulih dan begitu bahagia setelah mengetahui bahwa Alona akan pergi ke Luar Negeri untuk melanjutkan pekerjaannya disana.     

Tapi meski begitu, sang ayah tetap sedih karena nantinya dia akan semakin jauh dan sulit untuk bertemu dengan sang Alona. Terlebih kehidupan di Luar Negeri yang selalu bebas dalam pergaulan dan dalam segala hal.     

"Nak, apa kau sungguh akan menerima tawaran itu?" tanya ayah Alona via telepon.     

"Kenapa ayah? Apakah ayah ragu? Aku akan baik-baik saja di sana, kudengar     

"Ayah hanya takut akan pergaulan disana, dan bagaimana saat kau jauh dari ayah nanti," sahut sang auah kembali dengan suara yang benar-benar cemas kali ini.     

"Ayah, aku tidak akan pergi sendiri. Ada dua dua temanku yang akan ikut serta menemaniku disini, aku tidak tahu jika dia juga terpilih untuk pergi ke LN bersamaku, jadi aku tidak akan merasa sendiri saat di jauh nanti," jawab Alona berusaha menenangkan sang ayah.     

"Baiklah, Nak! Apapun itu, kalau kau bahagia dengan pekerjaan dan langkah yang kamu ambil, selama kau merasa nyaman ayah akan selalu mendukungnya. Tapi ingat, jika kamu merasa terbebani sebaiknya kau tinggalkan pekerjaan itu karena kau yang akan merasakan sendiri akibatnya, kau mengerti?"     

"Mengerti, ayah!"     

"Baiklah, ayah akan menutup teleponnya, kau belajar yang baik dan bersungguh-sungguh dan tetap jaga kesehatanmu, Nak!"     

"Siap,ayah. Ayah juga sehat terus," sahut Alona kemudian panggilan telepon berakhir.     

Dia menghela napas panjang dan beranjak bangun untuk kembali bekerja setelah jam makan siang sebelumnya. Rasanya jarum jam berputar begitu lambat semenjak Alona mulai mengikuti kegiatan kursus bahasa asing di luar hotel.     

Sedang di tempat yang berbeda, Kenzo menjalani hari-harinya seperti biasanya. Dia slelau di sibukkan dengan tugas-tugas di pekerjaannya, hingga dia mulai terbiasa meski terkadang Alona tidak mengabarinya di hari-hari yang sama.     

"Ken," panggil Maya yang tiba-tiba muncul menghampiri Kenzo di halaman parkir tempat Kenzo bekerja.     

Kenzo yang menoleh lalu mengerutkan keningnya dengan heran.     

"Maya, ada apa? Dan kau… disini?"     

"Hem, aku sengaja menunggumu. Hehe…" sahut Maya santai lantas berjalan menghampiri Kenzo lebih dekat.     

Kenzo tampak biasa saja dan acuh.     

"Tsk, ekspresi apa itu?" ujar Maya sambil menjitak kepala Maya dari belakang.     

"Aw, Maya… Apa-apaan kamu ini? Kau membuatku malu," tandas Kenzo setelah menyadari beberapa orang yang melihat mereka saat ini saling berbisik disertai tawa kecil.     

"Apa begitu menyambutku datang? Kita bahkan jarang bertemu dan pergi bersama semenjak kau bekerja," cetus Maya dengan bibir cemberut.     

Kenzo membuang napas panjang sambil menatap wajah MAya yang cemberut padanya.     

"Baiklah, kau mau kuantar kemana kali ini?" tanya Kenzo dengan lirih.     

"Gitu, dong!" sahut Maya sambil kemudian menaiki motor Kenzo lebih dulu.     

Tak ada pilihan lain kecuali hanya menurutinya, sahabat yang jarang dia temui semenjak Kenzo mulai bekerja. Sejujurnya Kenzo pun mulai rindu akan hari-harinya yang selalu bisa santai dan bisa bebas pergi kemana saja sebelum dia menjadi seorang pekerja saat ini.     

~     

Tiba dimana hari Alona akan segera pergi ke LN. Saat ini, Alona sudah benar-benar mampu menguasai semua bahasa yang asing yang sudah dia pelajari selama kurang dari jangka waktu yang sudah di tetapkan, Alona memang wanita yang mudah menangkap serta mempelajari hal-hal yang baru dia jalani.     

Hari ini pun Kenzo begitu bahagia setelah dia mengetahui akan bertemu dengan Alona kembali. Hal apa lagi yang bisa membuat dua insan saling mencintai yang sedang menjalani hubungan LDR itu, selain pertemuan yang di nanti-nantikan?     

Kenzo bergegas menuju ke tempat dimana dia akan menemui Alona sore ini, dia sengaja izin untuk pulang lebih cepat dari pekerjaannya.     

"Sayang, kau dimana? Aku sudah sampai," tanya Kenzo via telepon begitu dia sampai di pesisir pantai, dimana di tempat itu terdapat sebuah trotoar tinggi tepat di sisi jalan untuk bisa menjadi tempat santai menikmati deburan ombak di tengah lautan.     

"Aku, aku sudah disini. Di trotoar, kamu dimana?" sahut Alona dengan kebingungan pula mencari sosok laki-laki yang di cintainya itu.     

Lalu kemudian, mereka bertemu dan saling tercengang sesaat. Terutama Kenzo, tentu dia sangat terkejut dan hampir tidak mengenali penampilan kekasihnya itu. Alona semakin cantik, putih bersih, dan tampak pipi chubby yang sebelumnya menghiasi pipinya kini tidak lagi nampak.     

"Sayang…" panggil Kenzo dan di tanggapi dengan senyuman oleh Alona. Senyuman manis yang selalu Kenzo rindukan setiap saat, senyuman yang selalu meneduhkan.     

"Ayo, kita duduk disana!" ajak Alona kemudian dengan salah tingkah.     

Kenzo mengangguk namun sebelum mereka duduk bersama, Kenzo menarik lengan tangan Alona. Lalu perlahan dia menggenggam tangan Alona seperti biasanya, mereka saling berhadapan sejenak.     

"Kau, sangat cantik hari ini." Kenzo memuji Alona sambil mengecup punggung tangan Alona.     

"Jadi, sebelumnya aku tidak cantik, begitu?" balas Alona.     

"Hem, tidak. Kamu memang selalu cantik, tapi hari ini semakin cantik," sahut Kenzo kembali denagn senyuman.     

"Dasar gombal!"     

Kenzo tertawa ketika Alona memalingkan wajahnya namun diam-diam dia tersenyum bahagia mendengar pujian Alona. Setelah itu, mereka kembali melangkah untuk duduk di sisi trotoar untuk menikmati suasana di sekitar yang selalu menyejukkan dan mendamaikan hati.     

"Sayang, kenapa kau tiba-tiba mengajakku bertemu disini? Kita bisa mencari tempat makan dulu, atau di taman seperti biasa?" ujar Kenzo sembari terus menatap wajah Alona dari arah samping ketika mereka sudah duduk bersama.     

"Mmh… Tidak ada alasan, Ken! Aku memang sedang ingin menikmati suasana pantai disini, seperti saat kita pernah menghabiskan waktu di awal kita berpacaran, apa kau ingat?" tanya Alona pada Kenzo di sertai dengan senyuman.     

"Tentu aku ingat, bahkan sangat mengingatnya. Karena…" Kenzo menjeda ucapannya sesaat. Dia ingat betul saat itu, tempat itu juga menjadi saksi saat pertama kali Kenzo mengentuh kening dan bibir Alona meski secara singkat.     

"Karena apa, Ken…?" tanya Alona bingung.     

"Ehm, karena… Disini kenangan awal kita, saling bersentuhan tangan." Kenzo mengalihkan dan menepis pikirannya sejenak.     

"Hem, yah! Disini juga menjadi saksi bersama saat kita memandang senja yang begitu indah," sahut Alona kembali.     

Kenzo tersenyum dan sedikit bergetar di dalam hatinya ketika mengingat dan terbayang saat ketika dia menyentuh tangan, kening dan bibir Alona saat itu. Dia terus terbayang tanpa mengenal waktu kala itu, hingga membuatnya selalu tersenyum tanpa henti dan merona di pipinya.     

Di awal mereka menjalin kasih, dalam sebuah ikatan pacaran. Selalu saja di warnai dengan hal-hal yang indah dan penuh kasih sayang, hingga dalam hati mereka selalu bergetar setiap kali berdekatan.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.