The Lost Love

Menuju Bandara



Menuju Bandara

0"Maafkan aku, Alona. Aku..." Kenzo melepaskan dirinya dari dekapan Alona lalu mengusap air matanya yang terus saja mengalir deras membasahi pipinya.     
0

Begitu pula dengan Alona yang mengusap air matanya untuk segera berhenti mengalir deras.     

"Ken, jawab aku! Apa kau sungguh menginginkanku untuk tetap..."     

"Tidak, Alona! Aku akan mendukungmu, kau bisa tetap pergi ke Luar Negeri. Lagipula, kita sudah sering berjauhan menjalani hubungan ini. Bukankah, itu sama saja?" jawab Kenzo menyela bicara Alona.     

"Kau yakin itu benar-benar perkataanmu dari hati? Aku pergi ke Luar Negeri, bukan di Indonesia, negara yang mungkin masih bisa kau jangkau kapan saja kamu mau, dan aku akan kembali ke Indonesia dalam jangka dua tahun ke depan, apa kau sanggup, Ken?" ujar Alona kembali menegaskan.     

Kenzo terdiam, menundukkan kepalanya seolah tak mampu memberikan jawaban kepastian dari dalam lubuk hatinya saat ini. Karena kenyataannya, Kenzo begitu tak ingin, dia belum siap untuk berada semakin jauh dari Alona dalam jangka waktu yang bukan lagi hitungan hari, minggu, dan bulan.     

"Demi ayah dan adikku, Ken! Kumohon, jangan membuatku ragu. Kau lihat, selama ini kita sudah melewati begitu banyak waktu dan juga kondisi yang terus silih berganti yang berusaha membuat kita menyerah dalam hubungan ini, tapi kita tetap bisa melewatinya hingga hubungan kita sudah berjalan dua tahun lamanya, dan malam ini... Kita juga sudah menunjukkan hubungan kita di depan ayahku, Ken. Tentu hubungan kita akan semakin mudah dan erat, iya bukan?" Alona berbicara panjang lebar.     

"Cukup! Cukup, Alona! Aku sudah mengiyakan dan menerima keputusan itu, jangan mendesakku lagi. Aku akan menerimanya, jika kau ingin pergi ke Luar Negeri."     

Alona tersentak lalu kemudian menghentikan bicaranya, dia mengatupkan bibirnya rapat-rapat setelah Kenzo berbicara demikian.     

Kenzo melirik jam di tangannya, jam sudah menunjukkan pukul 10 malam. Tanpa berpikir panjang, dan tak ingin semakin merasa terlarut dalam kesedihan yang menyesakkan, Kenzo beranjak bangun dari sisi Alona, membuat Alona terkejut menatapnya segera.     

"Ken..." panggil Alona lirih.     

"Ini sudah malam, Alona. Sebaiknya aku pulang, besok aku harus bekerja." Kenzo berbicara tanpa menatap wajah Alona.     

"Ba-baiklah," sahut Alona singkat. Dia sampai kehabisan kata dan tidak bisa berpikir jernih harus melakukan apa karena Kenzo begitu mendadak ingin pulang, bahkan mereka belum menyelesaikan pembicaraan sampai tuntas.     

Kenzo tampak kikuk karena dia tidak tahu harus bagaimana lagi, lantas melangkah maju hendak menuju motornya yang dia parkir di halaman rumah Alona.     

Alona hanya terpaku di tempat menatap punggung Kenzo dari belakang. Deru napasnya mulai tidak beraturan dan terengah-engah menahan gejolak dari kekalutan hatinya.     

Kenapa kau begitu tega padaku, Ken. Kau pergi begitu saja?     

Gumam Alona dalam hati.     

Namun, langkah Kenzo terhenti sesaat sebelum dia sampai di motornya.     

Alona terkesiap melihat Kenzo tidak melanjutkan langkahnya bahkan sebelum sampai di motornya.     

Kenzo pun menoleh ke belakang, dia menatap lurus ke arah Alona yang masih berdiri di depan teras menatapnya dengan tatapan pilu.     

Dan akhirnya pun, Kenzo kembali melangkah dengan lebih cepat menuju dimana Alona masih berdiri di depan sana.     

Alona kikuk, namun sedikit lega hingga kedua air matanya kembali terjatuh saat Kenzo kini menghampirinya lalu memeluknya dengan erat.     

Alona memejamkan kedua matanya ketika Kenzo memeluk tubuhnya dengan erat dan hangat. Meski tanpa berkata apapun, Alona tahu apa yang kini ada di dalam hati Kenzo.     

"Aku akan segera pergi, kau tahu kenapa aku memilih pekerjaan ini dan mengorbankan hati juga perasaanku, kumohon jangan membuatku ragu dan goyah. Aku tahu kau hanya takut hubungan kita akan kandas di telan jarak dan waktu, tapi itu tidak akan pernah terjadi, Ken!" ucap Alona lirih sambil mendekap erat tubuh Kenzo, serta air matanya masih terus mengalir tanpa henti membasahi pipinya.     

Kenzo hanya terdiam tanpa melontarkan sebait kata karena dia sungguh masih terpuruk dalam rasa.     

"Tidurlah yang nyenyak, besok kau harus menyiapkan segalanya sebelum keberangkatanmu," sahut Kenzo sekenanya. Dengan sekuat tenaga pula dia mengatakannya sambil menatap wajah Alona, mengusap lembut kepala Alona lalu mengecup keningnya.     

"Ken..."     

"Sssttt... Aku akan mengabarimu saat sudah sampai di rumah nanti, terima kasih untuk malam ini." Kenzo menyela ucapan Alona.     

Alona hanya bisa diam diam dan diam lantas membiarkan Kenzo kembali melangkah untuk pulang.     

Begitu sampai di rumah, Kenzo benar-benar mengabari Alona. Namun, hanya untuk menyuruhnya segera pergi tidur. Alona pun hanya mengiyakan tanpa berani membantahnya lagi. Dia sengaja mengiyakan lantaran ingin membiarkan Kenzo menenangkan lebih dulu hati dan pikirannya.     

Satu hari berlalu, tiba waktu dimana Alona akan segera pergi ke Luar Negeri setelah dia mengurus semuanya dan menyelesaikan semua hal untuk keberangkatannya ke Luar Negeri.     

Akan tetapi, seharian kemarin Kenzo tidak mengabarinya meski dia berulang kali menelponnya, mengirim pesan padanya. Hal itu tentu membuat Alona kalang kabut dan menyesal di dalam hatinya, dia begitu ingin marah tapi apa daya.     

"Nak, kau sudah siap? Apakah Kenzo akan ikut mengantarmu ke Bandara hari ini?" tanya sang ayah pada Alona yang sedang di kamar bersiap-siap.     

Dia ragu untuk menjawabnya, karena kenyataannya dia berada di ambang keraguan lantaran Kenzo mengabaikannya seharian kemarin hingga detik ini.     

"Eh, Kenzo..."     

"Kak... Kakak Kenzo sudah datang, di tampan sekali hari ini, hihihi..." Aleea datang berlarian dari luar menuju kamar Alona.     

Alona tersentak dan seketika berdiri menatap Aleea lantas melangkah melewatinya menuju keluar kamar. Dia begitu bahagia mendengar Kenzo datang menemuinya setelah sehari kemarin Kenzo mendiaminya.     

"Kenzo..." Alona berlari menghampiri dan langsung merangkul lehernya.     

"Oupz, Sayang. Apa yang kau lakukan? Ini di rumahmu," bisik Kenzo sembari berusaha melepas pelukan Alona.     

Menyadari hal itu Alona segera melepaskan pelukannya dari tubuh Kenzo.     

"Kupikir kau..."     

"Kau sudah siap? Ayo, aku akan mengantarmu ke Bandara, keberangkatanmu 20menit lagi. Perjalanan kita ke Bandara membutuhnya waktu kurang lebih 10menit bukan, dari sini?" sahut Kenzo menyela sambil melirik jam di pergelangan tangannya.     

Alona kembali terdiam sambil mengangguk pelan. Lalu Kenzo menatap wajah Alona kembali dan berusaha tersenyum manis padanya.     

"Apa kau sungguh baik-baik saja, Ken?"     

"Aku baik-baik saja, buktinya aku datang kemari untuk mengantarmu ke Bandara, Sayang." Kenzo kembali tersenyum lembut.     

"Lalu kenapa kau mendiamiku seharian kemarin, aku hampir saja nekat mendatangimu ke rumahmu, tapi itu tidak mungkin."     

"Hem, kenapa tidak mungkin? Jika kau ingin datang, kenapa tidak datang saja?" sahut Kenzo menimpalinya.     

Alona mendelikkan kedua matanya pada Kenzo.     

"Jadi, kau sengaja berbuat demikian agar aku mencarimu ke rumahmu? Kau... Keterlaluan!"     

Kenzo tertawa kecil, "Aku hanya bercanda!" balas Kenzo sambil mengusap kepala Alona.     

Sejujurnya, sejak tadi dia berusaha menahan tangisnya setelah menatap wajah Alona. Dia hampir tidak menyadari jika hari ini akan menjadi hari dimana dia akan kembali melihatnya semakin jauh dari pandangan matanya. Bahkan hampir tidak mampu untuk dia jangkau seperti yang dia mau.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.