The Lost Love

Diantara pilihan (2)



Diantara pilihan (2)

Pagi pun tiba, Kenzo yang sudah siap segera pergi ke sekolah setelah Maya sudah menunggu nya di teras untuk pergi ke sekolah bersama-sama. Namun, ketika Kenzo hendak melangkah keluar pintu kamar ponselnya berdering. Sebuah panggilan dari Alona.     

"Oh? Sepagi ini? tumben…" ucap Kenzo sambil tersenyum bahagia karena Alona menelponnya pagi-pagi.     

"Ya, sayang. Ada apa?" sahut Kenzo menerima panggilan telepon Alona.     

"Ih, kenapa sih? Gak boleh?" cetus Alona karena mendengar sahutan Kenzo dari tempat yang berbeda.     

"Astaga, bukan begitu. Hanya saja, ini kali pertam kau menelponku di jam pagi saat akan pergi ke sekolah. Kau masih di rumah?"     

"Aku sudah di dalam bus, aku hanya ingin mengajakmu bertemu sore nanti. Ada yang ingin aku sampaikan padamu, Ken."     

Langkah kaki Kenzo terhenti dan terpaku tepat di depan pintu utama rumahnya. Dia menatap pelan wajah Maya yang saat ini sudah berdiri dengan senyuman menyambut Kenzo yang baru saja keluar dari dalam rumahnya. Kenzo tidak tahu harus bagaimana mengingat sebelumnya dia sudah berjanji akan menemani Maya usai pulang sekolah nanti. Tentu saja tidak akan memakan waktu hanya satu sampai dua jam saja, karena Maya akan selalu memaksanya untuk pergi ke berbagai tempat seperti biasanya.     

"Sore nanti? Ehm, apakah itu sangat penting untuk di sampaikan sore nanti?" tanya Kenzo dengan suara lembut. Dia sedang berusaha untuk berbicara dengan hati-hati untuk tidka membuat Alona merasa di kecewakan.     

"Sepertinya kau sedang ada janji lain, Ken. Kalau begitu, tak apa. Aku akan sampaikan saat kau ada waktu nanti," ujar Alona menanggapi dengan nada sedih.     

Kembali Kenzo menatap wajah Maya yang ada di depannya saat ini dan mengetahui siapa yang menelpon Kenzo pagi ini, Maya membuka mulutnya hendak berbicara namun Kenzo menahannya dengan isyarat.     

"Maafkan aku, sayang. Aku akan mengabarimu malam nanti, aku akan mengatur jadwal khusus untukmu saja besok, oke? Aku berangkat ke sekolah dulu, emuach…" Kenzo mematikan panggilan telepon Alona dan langsung menatap Maya dengan tajam yang sejak tadi sudah menggodanya mendengar Kenzo bermesraan dengan sang kekasih.     

"Apa? Apa? Hah?" tukas Kenzo pada Maya.     

"Hihihi, ciye… Aduh, aduh… Sahabatku ini, rupanya bisa bersikap manis dan romantis juga pada wanita." Maya menggoda Kenzo seraya mencolek dagu sahabatnya itu.     

"Hei, dasar! Sudah, jangan menggodaku begitu." Kenzo mengelak seraya memalingkan wajahnya karena berwarna merah jambu akibbat menahan rasa malu akan godaan Maya yang meledeknya sejak tadi.     

"Hei, katakan dulu padaku! Apakah yang menelponmu barusan adalah pacarmu, Ken?" tanya Maya sambil mengejar langkah Kenzo yang kini sudah akan menaiki motornya.     

Namun, Kenzo tak pedulikan pertanyaan Maya dan menyalakan motornya. Karena tak ingin Kenzo sengaja membalas perlakuan Maya lalu meninggalkannya, dengan cepat Maya menaiki motor Kenzo dan duduk tepat di belakang Kenzo lantas memegangi pundak Kenzo yang lebar.     

Di tengah perjalanan Kenzo masih terdiam sambil fokus mengendalikan laju motornya. Diam-diam Maya menjahilinya dari belakang guna untuk mencairkan suasana dan rasa ingin tahunya yang belum terjawab sejak tadi. Maya terus menjahilinya layaknya pasangan kekasih, mungkin bagi orang yang melihat mereka demikian akan berpikir jika mereka adalah sepasang kekasih di sekolah.     

"May, hentikan! Aku sedang menyetir," ujar Kenzo berusaha menghentikan kejahilan Maya.     

"Katakan dulu, apakah yang menelponmu tadi adalah kekasihmu?" tanya Maya kembali.     

"Hem, yah. Dia pacarku, Alona!" jawab Kenzo seadanya. Sebenarnya dalam hatinya sejak tadi merasa tidak enak hati karena lagi-lagi dia harus menolak ajakan Alona. Entah apa yang akan Alona pikirkan kembali saat ini, Kenzo bertanya-tanya di dalam hatinya.     

"Wah, sepertinya dia sangat mencintaimu, Ken. Sepagi ini dia sudah menelponmu, tapi sepertinya dia ingin bertemu denganmu, apakah kau menolaknya hanya karenaku?" tanya Alona terus berceloteh hingga kini laju motor Kenzo sudah sampai di halaman sekolah.     

"Ken, kau belum menjawabku!" cetus Maya ketika Kenzo melangkah hendak menuju ruang kelasnya setelah memarkir motornya dahulu. Dia sengaja mengabaikan ucapan Maya yang terus bertanya tentang ucapan Alona tadi.     

"Ken!" teriak Maya.     

Kenzo menghentikan langkahnya dan menoleh ke arah Maya yang bersungut-sungut di belakangnya.     

"Jawab aku!" cetus Maya kembali.     

"Lagi pula aku dan Alona bisa bertemu kapan saja kami mau, jangan merasa sungkan karena aku menolak ajakan Alona tadi, itu bukan karena mu. Akan tetapi, sebagai laki-laki dan sekaligus sahabat terbaikmu aku harus menepati janjiku padamu sebelumnya. Jadi…"     

"Kau memang sahabatku yang terbaik!" ujar Maya mengulas senyum lebar dari bibirnya.     

"Tsk, dasar menyebalkan!" lirih Kenzo lalu melangkah lebih dulu menuju ruang kelas sedang Maya yang merasa ceria kembali menyusul langkahnya dari belakang.     

Jarum jam terus berputar hingga semua pelajaran di sekolah telah usai. Kenzo dan Maya bergegas untuk segera sampai di rumah lalu kembali bertemu dan pergi bersama. Riyo yang melihat mereka sedang terburu-buru bersamaan, mulai menjahili Kenzo dan menarik bahunya dari belakang.     

"Kau ada janji lagi dengan Maya?" bisik Riyo menyelidik.     

"Hem. Hari ini Maya mengajakku pergi ke berbagai tempat di hari specialnya," jawab Kenzo sekenanya.     

"Tapi kau dan Alona…"     

"Aku sudah menceritakan tentang MAya pada Alona. Dan dia menerima persahabatan kami yang cukup dekat," jawab Kenzo memotong ucapan Riyo seolah sudah bisa menebak apa yang akan Riyo tanyakan.     

"Ya ya ya, baiklah. Sebenarnya aku juga berharap tadinya kau dan Maya akan menjalin hubungan lebih andai saja kau belum terpikat dengan sosok Alona. Hihihi…" Riyo menggoda Kenzo masih dengan nada berbisik agar tidak terdengar oleh Maya yang masih asyik mengobrol dengan salah satu teman di kelasnya yang memberikannya kado serta ucapan selamat ulang tahun.     

"Ken, ayo…" ajak Maya memanggil Kenzo sehingga dengan sigap Riyo menjauh dan menarik kedua bibirnya yang tertawa rengah menggoda Kenzo sejak tadi.     

"May, aku punya hadiah untukmu!" ucap Riyo menyela dahulu.     

"Oh ya? Cih, kupikir kau pun akan melupakan hari ulang tahunku, Yo. Ternyata…" jawab Maya sambil tersenyum menghampiri.     

Riyo merogoh bangku belajarnya dan memberikan sebuah boneka kecil dan juga buket bunga untuk Maya. Kenzo yang melihat hal itu menahan tawanya karena dia tahu betul bagaimana reaksi Maya setelah menerimanya.     

"Hei, kenapa May? Kau terkejut? Atau kau terharu aku memberikan kado special ini? Aku bersusah payah memilih yang terbaik dan tentu kau menyukainya 'kan? Aku sengaja baru memberikannya hari ini, Hehe…" dengan penuh percaya diri Riyo mengatakannya begitu melihat Maya terdiam dan memelototi kado pemberian Riyo.     

"Riyo, kau meledekku atau kau mengajakku bertarung siang ini, hah?" tanya Maya sambil mengepalkan kedua tangannya.     

"A-ada apa?" tanya Riyo sedikit ketakutan dan mundur satu langkah.     

"Kau tahu aku tidak suka bunga dan boneka, lebih baik kau memberiku makanan dan minuman yang banyak! Itu jauh lebih baik, kau membutku geli!" Maya mengomel sambil memalingkan wajah.     

Riyo yang tercengang sesaat kini menepuk keningnya sedikit keras. "Ternyata kau tetap masih saja sama. Setengah laki-laki, kupikir kau sudah berubah May!" ujar Riyo pelan.     

"Riyo…" Maya teriak menanggapi ucapan Riyo yang demikian padanya membuat Kenzo semakin terkekeh-kekeh menahan tawanya mengisi seluruh ruangan kelas.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.