The Lost Love

Diantara pilihan



Diantara pilihan

0Saat hendak pulang dari sekolah pun, Maya kembali mendapatkan banyak kejutan dan kado dari teman sekelas. Maya begitu bahagia karena semua teman-teman di sekolah yang baru saja dia tempati belum lama ini begitu menyayanginya.     
0

"Ken, kita jadi jalan 'kan?" tanya Maya mengejutkan Kenzo di saat Kenzo sedang bertukar pesan singkat dengan Alona.     

"Ah? Oh, ehm… Yah, jadi." Kenzo tampak kikuk.     

Dia sedang kebingungan karena Alona mengajaknya bertemu sore nanti.     

"Kenapa sih? Ada janji sama pacar?" tanya Maya menyelidik.     

"Ah, enggak. Ayo, kita pulang dulu!" ajak Kenzo segera mengalihkan.     

Tiba di rumah, Kenzo merasa sedikit bersalah dan gelisah harus memilih. Sejujurnya dia rindu Alona, tapi disisi lain dia tak ingin membuat Maya kecewa dengan membatalkan janjinya semalam.     

Jelang satu jam kemudian, Maya menelpon Kenzo seolah dia sudah tidak sabar ingin pergi ditemani oleh Kenzo.     

"Iya, iya, bawel! Ini aku sudah siap-siap, tunggu di rumah! Aku jemput sekarang!" jawab Kenzo di ujung ponselnya seraya dia terburu-buru memasang jaket levis kesayangannya.     

"Hati-hati di jalan, Nak. Jaga Maya, jangan kamu usili terus," ucap ibu Kenzo begitu berpapasan dari arah dapur.     

"Haish, pasti Maya sudah memberitahu ibu," keluh Kenzo mendengar ucapan ibunya.     

"Hem, tentu. Dia anak yang baik, dia selalu izin setiap kali akan pergi bersamamu."     

"Hati-hati bawa anak gadis orang, Ken. Jaga baik-baik," ucap sang ayah menimpali.     

"Huhft… Ya Tuhan, aku seolah akan membawa kabur anak orang." Kenzo kembali mengeluh kemudian melangkah pergi keluar.     

Saat sudah tiba di rumah Maya, Kenzo tak perlu banyak bicara lagi untuk memohon izin pada kedua orang tua Maya. Mereka mengizinkan dengan senang hati, tak peduli mereka akan pergi kemana.     

"Andai, yang aku jemput dengan sambutan penuh suka cita seperti ini adalah Alona. Hatiku tentu akan lebih bahagia." Kenzo bergumam lirih di dalam hatinya.     

"Ken, aku mau jus alpukat!" ujar Maya di tengah perjalanan.     

"Ya, baiklah! Padahal kau bisa membuatnya sendiri di rumah, aku juga bisa membuatnya." omelan Kenzo meski diterpa angin jalanan masih terdengar jelas oleh Maya yang duduk di belakang.     

"Cih, apaan sih? Mana enak, pokoknya hari ini aku mau makan makan dan makan!"     

"Iya iya, makan apapun sepuasnya aku temani."     

"Hehe, kamu terbaik, Ken!" balas Maya senang.     

Namun, setiap kali duduk santai menemani Maya, Kenzo selalu disibukkan dengan ponselnya yang setiap detik membalas pesan singkat Alona.     

"Ken, ayo pulang!" ajak Maya yang sadar akan sikap Kenzo demikian.     

"Oh? Sudah puas?" tanya Kenzo melihat sekeliling.     

"Sepertinya kamu sibuk!"     

Kenzo tercengang, menatap Maya yang cemberut sambil menyuapi mulutnya dengan makanan ringan di depannya.     

Tok tok tok…     

Kenzo mengetuk pelan pintu kamar Maya. Beberapa saat kemudian pintu itu sudah terbuka, tampak Maya yang sepertinya sudah tertidur sejak tadi, dia terlihat sedikit berantakan dengan rambut yang menyerupai sarang burung.     

"Selamat ulang tahun, selamat ulang tahun, selamat ulang tahun Maya, semoga panjang umur." Kenzo menyanyikan lagu khusus ulang tahun dengan suara merdunya.     

Maya tercengang dan terpaku di tempat.     

Kenzo yang membawa kue tart dengan beberapa lilin menyala di atasnya segera menyodorkannya pada Maya agar segera di tiupnya.     

"Eh… tunggu, make a wish!" kata Kenzo menahannya ketika Maya hendak meniup lilin segera.     

Maya cemberut dan menyembikkan bibirnya lantas menutup matanya serta menyatukan kedua telapak tangannya tepat di depan ujang hidungnya. Setelah itu barulah Maya meniup lilin tersebut, Kenzo tersenyum lembut menatap sahabatnya yang tampak terharu.     

"Ekspresi apa itu, hah?" tanya Kenzo pada Maya yang menatapnya dengan mata berkaca-kaca.     

"Kupikir kamu tidak akan mengingatnya setelah lama kita berpisah, Ken. Kau memang benar-benar sahabatku," ujar Maya sambil melangkah maju kemudian merangkul leher Kenzo.     

Sontak saja Kenzo terkejut dan tentu juga salah tingkah akan sikap Maya padanya yang demikian.     

"Dasar, kau masih seperti anak kecil. Lepaskan, atau kue tart ini akan mengotori pakaianmu," ujar Kenzo mengalihkan.     

"Tsk, kalau begitu… Aku akan…" Maya menjeda ucapannya sambil meregangkan pelukannya dari tubuh Kenzo. Kemudian meraih kue tart dari tangan Kenzo, lalu mencolek cream tersebut dan mengolesinya pada pipi Kenzo.     

"Maya…"     

"Hahaha, rassain!" Maya tertawa puas melihat Kenzo memelototinya dengan wajah yang sudah di penuhi cream kue.     

Mereka saling berkejaran ke luar kamar dan sampai di ruang tamu rumah MAya yang kini sudah di nyalakan lampunya oleh ayah dan ibu Maya. Di ruang tamu pun sudah tersedia banyak makanan manis dan kue tart kesukaan Maya yag seolah ayah dan ibunya sudah merencanakan ini sebelumnya.     

"Waaaahhh…." Maya tampak berbinar-binar melihat pemandangan di depannya saat ini.     

"Happy birthday, Sayang!" sang ayah menghampirinya dan mengecup hangat kening Maya dengan penuh kasih sayang. Begitu juga dengan ibu Maya yang merangkulnya dan menciumi wajah Maya dengan gemas.     

"Bahagia selalu, anak cantik bunda."     

"Ayah, bunda, terima kasih. Maya bahagia banget malam ini, juga buat sahabatku Kenzo yang oaling tertampan di… di komplek sini, hahaha… Aku sangat bahagia," ujar Maya mengucap dengan sepenuh hati.     

Kenzo dan kedua orang tua Maya tersenyum disertai dengan anggukan.     

Malam sudah kian berlarut namun seolah tak pedulikan itu, Maya dan Kenzo masih asyik berdua sedang kedua orang tua MAya dengan sengaja membiarkan mereka hanya berdua saja di ruang tamu.     

"Ini," ujar Kenzo sambil menyodorkan sebuah kotak kado ukuran besar.     

"Kado? Woah, mari kita lihat apa yang akan seorang Kenzo berikan padaku setelah melihat dari ukuran kotak kado ini," seru Maya dibarengi dengan candaan.     

Dengan sedikit terburu-buru Maya membuka kotak kado tersebut dan begitu melihat isi dari kado tersebut Maya membelalakkan kedua matanya.     

"So what? Apa ini, Ken?"     

Kenzo pun kebingungan karena rasanya mustahil jika MAya tidak tahu nama benda yang sudah Kenzo pilih dengan susah payah dan memikirkannya butuh waktu berjam-jam lamanya. Dan itu sungguh meguras energi Kenzo memikirkan kado yang pas untuk Maya.     

"Apa kau sungguh tidak tahu itu?" tanya balik Kenzo pada Maya.     

"Ya, ya aku tahu. Ini ikat rambut, tapi…"     

"Apa kau menyukainya?" tanya Kenzo kembali menyela.     

"Jadi, kau memberikanku kado sebuah ikat rambut?"     

"Emh, yah… Kenapa?"     

"Iiih… Kenzo, kau sungguh terlalu. Kenapa harus ikat rambut?"     

"Ya, bagiku… itu sudah sangat cocok, karena dengan begitu kau bisa mengikat rambutmu yang sering sekali seperti sarang burung itu, dan kau harus berterimakasih dong, aku sudah memikirkan kado apa yang pantas untukmu dengan pikiran yang sangat berat, bahkan aku sampai berjam-jam memikirkannya, apa kau tahu?"     

Maya tertegun dan dia tampak frustasi. Kenzo menolehnya dan menatap heran dengan penuh rasa kecewa karena sikap MAya tidak seperti yang dia bayangkan sebelumnya tadi.     

"Jika kau tidak menyukainya, baiklah. Aku akan megambilnya lagi," kata Kenzo hendak meraih ikat rambut yang kini menggantung di jemari lentik MAya.     

"Eeeh, enak aja! Ini milikku, kau sudah memberikannya untukku bukan? jadi, jangan harap aku akan mengembalikannya begitu saja!" jawab MAya dengan sedikit cetus.     

"Kau bilang tadi tidak menyukainya," bantah Kenzo dengan kesal.     

"Kapan aku mengucapkan tidak menyukainya, hah? Dasar, kau kelihatan tidak tulus memberikannya padaku, Ken."     

"Hei, aku sungguh-sungguh tulus. Apa kau tidak lihat ini jam berapa?"     

"Hehe… Aku akan memakainya," jawab Maya begitu saja dengan senyuman lebar.     

"Tsk, kau menyebalkan sejak kecil!" ujar Kenzo lirih.     

"Tapi dengan satu syarat, aku tidka akan marah dan akan selalu memakainya asal kau mau melakukan satu hal untukku."     

"Apa, apa, apa lagi?" tanya Kenzo seraya mendekatkan wajahnya menatap tajam wajah Maya.     

"Temani aku besok, aku mau belanja dan makan yang banyak. Karena ini hari specialku, kau bersedia? Ups, kau harus bersedia." Maya menunjukkan jari telunjuknya pada Kenzo seakan itu sebuah ancaman bagi Kenzo.     

"Hah, ya ya ya. Baiklah, aku akan mengantarmu besok kemanapun itu," sahut Kenzo dengan senyuman.     

"Yeay, kau memang terbaik Ken!"     

Kenzo tersenyum bahagia melihat Maya, sahabat kecilnya tersebut begitu bahagia. Setelah sekian lamanya Kenzo tidak pernah melihat Maya tersenyum sebahagia ini, ini adalah hari special Maya yang kini sudah semakin beranjak dewasa tentunya. Kenzo akan melakukan apapun untuk membuat Maya selalu bahagia di hari esok. Hari special Maya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.