The Lost Love

Three Months



Three Months

0"Sayang, berhentilah menangis!" ucap Kenzo ketika tidak mendengar lagi suara Alona. Hanya terdengar isakan pelan dari tangisannya.     
0

"Ken, aku… Aku merindukanmu!"     

"Hei, apa ini? Apa kau memaksaku untuk datang menemuimu malam ini juga?"     

"Tidak, Ken! Maafkan aku, lagi-lagi aku terbawa suasana karena merindukanmu."     

"Kau bilang akan berjuang dan tidak lemah, tapi kenapa kau terus saja menangis setiap kali kita berbicara di telepon seperti ini?"     

"Tiga bulan!" sahut Alona begitu saja.     

"Apa? Apa maksudmu, Alona?" tanya Kenzo kebingungan.     

"Tiga bulan ke depan aku harus benar-benar fokus dalam pekerjaanku. Aku akan semakin di sibukkan dengan semua tugas-tugasku, tapi setelah itu aku akan bebas dan aku akan pulang untuk menemuimu, Ken!"     

"Alona…"     

"Tidak, Ken! Selama ini kau selalu menemuiku tepat waktu setiap aku meminta untuk bertemu dengamu. Kali ini, biarkan aku yang berlari menemuimu untuk rinduku. Hanya tiga bulan saja, aku harap kau mau mengerti. Karena selama itu aku juga akan sangat sibuk hingga mungkin aku akan jarang mengabarimu, tapi apakah kita…"     

"Aku akan mengerti dan menunggu dengan sabar."     

Kenzo menyela pembicaraan Alona. Dia tahu apa yang akan dia sampaikan dalam bicaranya yang panjang lebar itu.     

"Ken…"     

"Jangankan hanya tiga bulan, satu tahun, dua tahun, atau satu abad sekalipun akau akan sabar menunggu dan akan selalu mengerti keadaanmu."     

"Aku mencintaimu, Ken!" ucap Alona sehingga membuat Kenzo tersipu malu bahkan dia menggigit gemas bantal tidurnya yang sejak tadi dia gunakan pelampiasannya setiap kali berbicara dengan Alona.     

Beruntung sekali, bantal itu benda mati. Andai dia makhluk hidup, dia akan bertarung dengan Kenzo karena merasa teraniaya oleh Kenzo sebagai pelampiasannya.     

Mereka kemudian melanjutkan obrolan sampai batas waktu dimana mereka terlelap dalam tidur tanpa mereka sadari.     

~     

Hari-hari terus berlalu. Dan benar saja, Alona dan Kenzo mulai terbatas dengan komunikasi yang selalu mereka lakukan setiap waktu sebelum Alona mulai di sibukkan dengan pekerjaannya. Meski begitu, Kenzo berusaha menahan diri meski dia selalu di buat kacau balau karena merasa bosan.     

"Ken! Antarkan aku berbelanja, yuk!" ajak Maya yang tiba-tiba datang menghampirinya.     

Kenzo yang sedang menyibukkan diri dengan membersihkan halaman rumahnya, berhenti sejenak. Sudah tiga hari ini Kenzo selalu menyibukkan diri dengan melakukan banyak hal dimana dia bisa melupakan kejenuhannya menanti kabar Alona yang selalu sibuk dengan pekerjaannya.     

"Hah, pergilah sendiri! Kau juga bisa pergi bersama pacarmu!" sahut Kenzo seraya menghempaskan tubuhnya duduk di teras lalu bersandar pada sebuah tiang. Dia merasa sedikit lelah membersihkan halaman rumahnya selama dua jam sejak tadi.     

"Kau ini kenapa? Kau terlihat sedang sedih, eh tunggu! Biar aku menebaknya," ucap Maya seraya menyentuh dagu Kenzo kemudian menggoyangkan wajah Kenzo ke kanan dan ke kiri.     

"May… Lepaskan!" kata Kenzo menepis tangan Maya untuk melepaskannya dari dagunya itu.     

"Dih, apaan sih? Apa kau… Merindukan Alona mu?" tanya Maya kemudian seraya menatap tajam wajah Kenzo dan mendekatkan wajahnya pada wajah Kenzo.     

Kenzo berusaha memalingkan wajahnya dari tatapan Maya yang berusaha mendesaknya.     

"Pfffttt… Kau benar-benar merindukannya, hahaha… Astaga, lucu sekali. Akhirnya aku melihat sahabatku ini di rundung rasa rindu yang begitu mendalam, kau terlihat menggemaskan, Ken!"     

"Apaan sih? Berhenti meledekku, pergi saja sana! Temui pacarmu itu, jangan mengganggu seseorang yang sedang patah hati karena rindu," sahut Kenzo lalu memalingkan wajahnya.     

"Tsk! Aku tidak mau tahu! Aku mau kau temani aku belanja dan jalan-jalan sekarang, Ken!" hardik Maya seraya beranjak berdiri.     

"Maya, aku sedang malam pergi kemanapun hari ini. Mengertilah!" sahut Kenzo denagn memelas.     

"Kalau kau menolak untuk pergi denganku hari ini, aku akan marah. Dan kau tahu kalau aku marah apa yang akan aku lakukan?" jawab Maya mengancamnya.     

Kenzo menatap tajam wajah Maya. Mau tidak mau akhirnya dia mengiyakan ajakan sahabatnya itu, karena jika tidak MAya akan benar-benar marah padanya dan melakukan hal-hal konyol untuk membuatnya merasa bersalah nantinya.     

"Ya ya ya! Baiklah, sebaiknya kau pulang saja dulu, aku harus mandi dan bersiap-siap. Setelah itu aku akan menjemputmu," sahut Kenzo dengan suara lembut kembali.     

"Nah, oke! Begitu dong, aku jadi senang mendengarmu bersemangat seperti ini! janji ya? Aku akan menunggumu di rumah," sahut MAya seraya beranjak pergi dan menari-nari di halaman rumah Kenzo. Dia terlihat begitu senang setelah Kenzo mengiyakan untuk mengantarnya pergi keluar bersama.     

Beberapa saat kemudian, Kenzo pun bergegas menjemput Maya usai dia membersihkan diri dan mengganti pakaiannya dengan yang bersih lalu menuju ke rumah Maya. Saat tiba di rumah Maya dia melihat kakak-kakak Maya yang selama ini kuliah di luar negeri. Dengan cepat dan santun Kenzo menyapanya begitu turun dari motornya.     

"Hai, Ken! Kau, wah… Lama tidak bertemu, apa kabar?" sapanya menyambut Kenzo.     

"Baik, Kak! Bagaimana denganmu? Kapan datang?" balas Kenzo dengan ramah.     

"Dua hari yang lalu. Apakah Maya tidak memberitahumu?"     

"Maya sengaja tidak memberitau orang yang sibuk seperti Kenzo. Jadi, biar saja dia terkejut begitu melihat kakak datang. Hehe…" kata MAya menyambungkan keluar dari ruangan.     

"Maya, kau ini masih saja jahil pada Kenzo. Kalian sudah sama-sama dewasa, bukan anak kecil lagi."     

"Bagiku, Kenzo tetap anak kecil sama seperti dulu yang selalu ingusan dan mudah marah. Hahaha," sahut Maya sambil merangkul leher Kenzo begitu saja di depan sang kakak.     

Kenzo salah tingkah akan sikap Maya yang tanpa merasa malu merangkulnya tapi walau demikian keluarga Maya tidak akan pernah berpikiran buruk tentang Kenzo dan MAya yang sejak dulu sudah mengetahui kedekatan mereka dalam persahabatan. Dan Kenzo melihat kakak dari Maya menggelengkan kepalanya melihat tingkah sang adik.     

"Kalian mau pergi?" tanya kakak Maya kembali.     

"Iya, Kak. Emh, aku mau mengajak Maya pergi ke luar."     

"Tidak, tidak! Aku lah yang memaksanya untuk menemaniku hari ini berbelanja, Kak! Itupun aku memaksanya, apa kakak tidak melihat raut wajahnya masih sedih karena dia…"     

"Eh, bawel! Ayo pergi sekarang!" tukas Kenzo memotong bicara Maya begitu saja.\     

"Hahaha, aduh… Kalian ini, ya sudah! Pergi sana, bersenang-senanglah di luar."     

"Bagi duit kak!" ujar MAya begitu sang kakak menyuruhnya segera pergi.     

"Eng? Masih kurang?" tanya sang kakak pada Maya.     

"Ih, kakak!"     

"Jangan curang kamu, ya? Kakak lihat tadi ayah sudah memberimu uang jajan lebih, hayo…"     

"Kakak ih," cetus Maya dengan wajah cemberut.     

"Ken, cepat bawa adikku pergi sebelum dia menangis histeris disini!" titah sang kakak pada Kenzo.     

Kenzo berusaha menahan tawanya dan mengangguk tegas lalu kemudian merangkul Maya untuk segera mengajaknya pergi. Dan hal itu tentu disertai dengan gelak tawa oleh sang kakak melihat Maya di rangkul paksa oleh Kenzo menuju motornya lalu memaksa MAya segera menaikinya di belakang Kenzo.     

"Kakak pelit!" ujar Maya kembali di saat Kenzo menyalakan mesin motornya. Dan sang kakak pun membalas dengan ledekan seraya menjulurkan lidahnya pada Maya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.