The Lost Love

Kepergok (2)



Kepergok (2)

0Kenzo pulang dengan perasaan yang tak menentu. Hanya satu yang dia cemaskan, Via akan menyampaikan apa yang baru saja dia lihat sehingga nantinya Alona akan berpikir dia mulai tidak setia.     
0

Dia ingin segera sampai di rumah lalu kemudian menelpon Alona, untuk menjelaskan apa yang dia lakukan bersama Maya. Akan tetapi, Maya masih enggan untuk diajak pulang oleh Kenzo.     

"May, apa lagi yang mau kau beli? Kau sudah membeli begitu banyak perlengkapan sejak tadi," keluh Kenzo sambil mengikuti langkah Maya yang kembali memasuki sebuah pusat perbelanjaan.     

Maya menghentikan langkah kakinya dan menatap tajam wajah Kenzo.     

"Ken, kau jadi menyebalkan semenjak menjalin hubungan jarak jauh dengan pacarmu!" decak Maya bersungut-sungut.     

"Bukan begitu, May. Kita pergi menaiki motor, kalau kamu belanja sebanyak ini lagi bagaimana kita akan membawanya nanti."     

Maya terdiam sejenak dan memikirkan apa yang Kenzo katakan benar adanya.     

"Aku lupa, hehe…"     

"Kapan kau pernah mengingat dan menyadari kondisimu?"     

"Ya ya ya. Kalau begitu, aku tidak akan berbelanja lagi. Kita pulang saja," sahut Maya menurut kemudian.     

Begitu menaiki motor Kenzo, benar apa yang Kenzo pikirkan tadi. Mereka akhirnya sedikit kesulitan membawa barang belanjaan Maya yang entah itu apa saja.     

Sepanjang perjalanan Maya mengeluh karena posisinya yang tidak nyaman sembari membawa barang belanjaan. Begitu pula dengan Kenzo yang terus saja mengomeli nya.     

Setelah sampai di rumah Maya, Kenzo bergegas langsung menuju rumahnya. Dia menolak untuk duduk santai mengobrol bersama di rumah Maya.     

Sampai di rumah Kenzo, dia masih duduk di teras. Dia merogoh ponselnya untuk memastikan apakah Alona mengabarinya. Namun, nihil. Kenzo melepas napas panjang begitu melihat ponselnya tidak ada notif dari orang yang dinantikannya.     

Hingga malam telah berlangsung, usai pulang dari kedai Kenzo masih menunggu kabar dan reaksi dari Alona yang dia cemaskan akan terjadi.     

"Hah, ini menyebalkan! Ingin rasanya aku menghubunginya lebih dulu, tapi aku sudah terlanjur berjanji untuk menahan diri sementara dia sibuk dengan pekerjaannya. Aku harap Via belum mengatakan apapun," ujar Kenzo sambil merebahkan tubuhnya di atas kasur.     

Beberapa saat kemudian, Alona mengirim pesan pada Kenzo. Dia baru saja tiba di kamar kost nya, namun Kenzo sudah tertidur karena hari ini dia cukup lelah.     

"Kemana dia?" tanya Alona heran saat pesan singkatnya belum juga mendapatkan balasan dari Kenzo.     

"Apakah dia sudah tidur?" kembali Alona bertanya-tanya lantas mencoba melakukan panggilan telepon.     

Akan tetapi, tampaknya Kenzo benar-benar terlelap dalam tidurnya. Sehingga tak juga merespon panggilan telepon dari Alona.     

Berhubung Kenzo belum juga merespon panggilannya, dia bergegas menuju kamar mandi untuk membersihkan diri usai pulang bekerja barusan. Dia berharap saat usai mandi nanti Kenzo akan membalas pesan dan panggilan teleponnya.     

Usai membersihkan diri, dengan terburu-buru Alona melihat ponselnya untuk memastikan kabar dari Kenzo. Namun, justru dia mendapatkan panggilan dan pesan singkat dari Via beberapa kali.     

"Halo, Alona! Kemana saja dari tadi? Aku menelponmu beberapa kali, kau baik-baik saja?" sapa Via begitu Alona menelponnya kembali.     

"Aku, aku baru saja selesai mandi. Ada apa? Semua baik-baik saja disitu?" tanya Alona merasa nada Via ada yang berbeda.     

"Tidak, Alona! Semua tidak baik-baik saja. Apa kau tahu, aku… Akh, aku bahkan tidak tahu harus menyampaikannya darimana."     

"Katakan saja, Via. Jangan membuatku takut, ayah dan adikku baik-baik saja, Via?"     

"Ini bukan tentang mereka, jika ini tentang mereka tentu aku sudah terbang menjemputmu kesana."     

"Lalu?"     

Via terdiam sejenak lalu menarik napasnya dalam-dalam.     

"Kenzo!"     

Kini giliran Alona yant tersentak begitu mendengar Via menyebut nama Kenzo.     

"Ke-kenapa dengannya? Katakan, ada apa?" tanya Alona terdengar gusar.     

"Dia sepertinya selingkuh darimu. Aku melihatnya tadi tepat di depan mataku sendiri, dia bersama wanita. Dan kau tahu, wanita itu cantik, penampilannya super menarik, meski sedikit tomboy, tapi dia…"     

"Stop! Berhenti bicara, Via!" ujar Alona dari seberang sana, seketika pula Via menghentikan ocehannya.     

Alona berusaha mengatur napasnya yang mulai terengah-engah, menggenggam erat ponselnya, bibirnya gemetaran.     

Di hanya berusaha untuk tidak terprovokasi oleh cerita Via yang berpikir Kenzo mengkhianatinya. Baginya, Kenzo tidak akan mengingkari janjinya. Tapi, mengingat hubungan mereka yang saat ini mulai mengurangi komunikasi karena kesibukan Alona, dia berpikir mungkin saja itu benar.     

"Alona, aku bahkan diam-diam memotret kebersamaan mereka."     

"Kirimkan padaku!" cetus Alona lantas mematikan panggilan teleponnya.     

Dengan cepat Via mengirim bukti yang dia ambil diam-diam tadi, namun Via juga merasa bersalah pada Alona. Dia tidak tahu apa yang saat ini mungkin akan Alona lakukan karena dia kecewa dan marah.     

Begitu melihat foto itu, Alona semakin gemetaran menggenggam erat ponselnya.     

"Ini benar-benar Kenzo. Tapi, wanita itu…" Alona menyentuh bagian dadanya dengan cengkraman yang kuat dan merasakan sesak yang begitu sakit di dadanya.     

Lalu kemudian dia menelpon kembali Kenzo untuk memastikan kebenaran foto itu. Dia tidak ingin mempercayainya karena di samping itu, dia mengenal Via lebih dalam dan tentu tahu karakter watak Via.     

Entah sudah berapa kali dia terus berusaha menelpon Kenzo hingga akhirnya dia benar-benar lelah dan putus asa bahkan ponselnya sampai memanas karena sejak tadi dia berusaha menelpon Kenzo.     

"Ha-halo, halo Alona."     

Akhirnya Kenzo merespon panggilan Alona dengan suara parau karena dia terbangun dan begitu gusar saat melihat panggilan datang dari Alona.     

"Ken!" panggil Alona dengan suara parau. Dia sudah menangis sejak tadi namun, tertahan.     

"Ada apa, Sayang? Kau menangis lagi?" tanya Kenzo lembut.     

"Kemana saja kau hari ini? Jawab aku dengan jujur," tanya Alona dengan nada bicara yang berat.     

Kenzo menahan napasnya, dia beranjak duduk di sisi ranjang. Dia sudah menduganya bahwa apa yang Via lihat tadi mungkin saja sudah dia sampaikan pada Alona.     

Sungguh dia menyayangkan hal itu. Akan tetapi, dia tidak membuat kesalahan, ini hanya karena salah paham saja. Ya, Alona tidak akan mudah percaya pada Via.     

"Wanita yang Via lihat tadi, adalah Maya. Kau tahu Maya, bukan? Sahabat kecilku, aku hanya menemaninya berbelanja tadi, aku berani bersumpah demi nama Tuhanmu dan Tuhanku, Alona."     

Maya membelalakkan kedua matanya. Selama ini dia selalu ingin tahu bagaimana sosok wanita itu, karena Kenzo terlihat begitu dekat dan selalu memperhatikannya, bahkan pernah menaruh hati padanya.     

"Alona, kau mempercayaiku 'kan?" tanya Kenzo lirih.     

"Jadi, dia Maya sahabat kecilmu?"     

"Hem, dia Maya. Tadinya aku akan mengabarimu lebih dulu, tapi aku sudah berjanji untuk menahan diri karena aku takut kau akan terganggu nantinya."     

"Cukup, Ken! Harusnya kau tetap memberitahuku lebih dulu apapun alasanmu, meski kau akan menggangguku tapi tetap saja, aku akan lebih merasa tenang jika aku mendengarnya darimu lebih dulu."     

"Sayang, apa yang kau katakan? Apa kau tidak mempercayaiku? Dia sungguh Maya, sahabatku. Aku menemaninya belanja tadi karena dia memaksaku, dia ingin menghiburku karena dia melihatku terus menahan rindu padamu."     

Alona terdiam tanpa kata.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.