The Lost Love

Perjodohan tak terduga



Perjodohan tak terduga

0Tak berapa lama kemudian, ayah Kenzo dan sang kakek datang di tengah obrolannya bersama Riska dan sang nenek.     
0

"Kakek…" sambut Riska beranjak bangun begitu melihat kakek Kenzo.     

Gadis desa memang berbeda. Semua hal tentang norma kesopanan begitu melekat dengan baik.     

"Riska, kenapa baru datang berkunjung?" sambut sang kakek.     

"Ih, Riska sudah berjam-jam menunggu kakek disini. Tanyakan saja pada nenek," jawab Riska cemberut.     

Sang kakek tersenyum gemas dan mengusap kepala Riska dengan penuh kasih sayang.     

"Oh, ya. Riska, sapa beliau. Beliau ini anak kakek, dia juga pamanmu."     

Ayah Kenzo tampak tertegun menatap wajah Riska.     

"Ayah, dia…"     

"Iya, benar." ayah Kenzo mengangguk.     

"Ya Tuhan, Nak. Kini kau sudah tumbuh besar, bagaimana kabar ayah dan ibumu?" ayah Kenzo tampak berbinar-binar setelah mengetahui dan mengingat siapa Riska.     

"Mereka baik-baik saja, Paman. Tapi, Paman…"     

"Kau mungkin melupakan paman, Nak. Setelah sekian tahun kita tidak bertemu."     

Riska tersenyum namun sedikit kebingungan.     

"Riska, pulanglah dulu! Sampaikan pada ayah dan ibumu, bahwa pamanmu dari kota B datang, malam ini kita akan makan malam bersama, mereka pasti sangat senang jika tahu Kenzo dan ayahnya datang," titah nenek Kenzo menyela.     

"Oh, ba-baik, Nek. Kalau begitu, Riska pulang dulu."     

Wanita itu berbalik badan setelah menatap ke semuanya dan melihat ke arah Kenzo sebelum beranjak pergi dengan mengendarai sepeda.     

"Ayah," panggil Kenzo pada ayahnya.     

"Kau, bersiaplah untuk makan malam nanti, jaga sikapmu di depan Riska. Jangan menjahilinya dengan kekonyolanmu, Nak."     

"Ayah, apaan sih? Aku bahkan baru mengenalnya tadi, kami juga belum mengobrol banyak."     

"Oh ya?" tanya sang kakek sambil melirik ke arah istrinya.     

Istrinya mengangguk pelan mengiyakan.     

"Ya sudah, selama disini nanti kalian juga akan akrab dengan sendirinya. Riska itu gadis yang baik, ramah, dia juga cantik. Iya 'kan, Ken?" tanya sang kakek kemudian.     

Lagi dan lagi Kenzo hanya mendelikkan kedua alisnya akan ucapan sang kakek yang memuji Riska tiba-tiba di depan Kenzo.     

~     

Malam pun datang, semua masakan lezat dan hidangan penutup yang tampaknya tak kalah nikmat sudah di tata di atas meja.     

"Wah, makan besar lagi nih?" tanya Kenzo menatap hidangan dengan mata berbinar-binar.     

"Tentu, kita akan kedatangan dan makan malam bersama dengan tamu special malam ini, Ken!" jawab sang ayah datang dari arah belakang menepuk pelan bahu Kenzo.     

"Riska?" tanya Kenzo menebaknya tanpa berpikir panjang.     

"Nak, cucuku akhirnya mulai mengerti." Sang nenek menyambungkan.     

"Tentu saja, dia harus mengerti, Bu. Mungkin karena mereka sudah menyadari bahwa nantinya akan tinggal bersama dalam satu atap," ujar ayah Kenzo kemudian.     

Kenzo tersentak seketika menatap wajah sang ayah penuh tanya.     

"Ma-maksud, Ayah?"     

"Mmh…" sang ayah sengaja menjeda jawabannya membuat Kenzo segera berpikir keras.     

"Ayah, jangan bilang kalau ayah akan menjodohkanku dengan gadis itu?" tanya Kenzo yang pada akhirnya menyadarinya.     

Ayah Kenzo hanya tersenyum, lantas pandangan Kenzo beralih ke hadapan nenek dan kakeknya yang kini ikut berdiri di sisi meja makan.     

"Ayah, sudah tidak zaman perjo…"     

Tok tok tok…     

Secara bersamaan terdengar suara ketukan pintu utama.     

"Mereka datang, sebaiknya nanti saja bahas ini, Ken!" sahut sang ayah kemudian.     

Kenzo yang mulai menyadari maksud dan tujuan sang ayah beserta yang lainnya mulai gelisah.     

Dia tidak menduga akhirnya dia akan berada dan merasakan dalam posisi perjodohan yang bahkan tidak pernah ada di dalam bayangannya.     

Menit berikutnya, Riska dan kedua orang tuanya benar datang memasuki ruangan dan membuat Kenzo kian gelisah mengingat tujuan ayahnya.     

Dia kembali canggung, serasa seperti panas dalam dan semua menjadi kikuk baginya setiap kali bersikap.     

"Ken, beri salam pada mereka, Nak. Mereka juga paman dan bibimu," ujar sang ayah memberi titah pada Kenzo begitu kedua orang tua Riska memasuki ruangan.     

"Ma-malam, Paman, Bibi," sapa Kenzo kemudian menyalami kedua orang tua Riska.     

"Tuhan, dia benar-benar tumbuh dengan sangat sempurna. Tampan dan sopan," puji ibu Riska begitu melihat Kenzo.     

"Terimakasih, Bibi." Kenzo membalas dengan senyuman paksa. Sunggun dia ingin berlari saja dari jamuan makan malam kali ini.     

"Ayo, semua. Kita langsung saja makan malam, sebelum makanannya keburu dingin nantinya," ajak nenek Kenzo yang kemudian mereka beranjak melangkah menuju meja makan di dapur.     

Mereka mulai mencari posisi untuk duduk melingkar dan saling berhadapan. Kenzo sengaja mencari posisi duduk dekat sang ayah, namun seperti di sengaja dan menjebak Kenzo yang kini mengharuskannya duduk berdampingan dengan Riska.     

"Riska, duduklah di samping Kenzo, Nak! Kemari," panggil ayah Kenzo pada Riska yang baru saja akan duduk di sisi ibunya.     

"Tapi, Paman…"     

"Tidak apa, Nak. Duduk saja, lagi pula ini makan malam keluarga," sahut sang ibu mengiyakannya.     

Riska salah tingkah, dia tak berani menatap wajah Kenzo dan yang lainnya. Dia melangkah begitu berat menuju sisi Riska hingga suasana di ruangan itu menjadi hening seketika.     

Kenzo pun merasakan hal yang sama, hatinya gelisah, terasa panas dingin menyelimuti sekujur tubuhnya, bahkan dia tidak sempat menyapa kembali pada Riska.     

Makan malam berlansung di penuhi dengan obrolan ringan dan santai, sesekali mereka menggoda Riska dan Kenzo yang akan mereka jodohkan tanpa pemberitahuan kedua belah pihak sebelumnya.     

Tak ada pilihan lain kecuali hanya membalasnya dengan senyuman paksa. Namun, Riska tampak terlihat begitu terkejut setelah menyadari dia akan di jodohkan dengan Kenzo. Laki-laki yang baru dia temui dan kenali siang tadi.     

Hingga makan malam bersama telah usai, kemudian di lanjutkan dengan obrolan-obrolan kecil dari kedua orang tua Riska serta ayah, kakek, dan nenek Kenzo.     

Mereka mengenang sejenak kebersamaan mereka saat muda dulu. Tak tahan dengan obrolan mereka, Kenzo berpamitan untuk pergi keluar ruangan dan sengaja memilih untuk duduk di teras saja.     

"Ehm, Riska. Temani nak Kenzo di luar, kalian pasti merasa bosan ngobrol bersama kami para orang tua. Kalian tentu punya obrolan sendiri, iya 'kan?" ujar ibu Riska meminta Riska keluar menyusul Kenzo.     

"Tapi, Bu…"     

"Tidak apa-apa, Nak. Disini ada kami, jangan takut omongan orang sekitar," ujar nenek Kenzo menyambungkan, seakan sudah mengerti apa yang tengah di pikirkan oleh Riska.     

Riska mengangguk lantas beranjak bangun untuk pergi menghampiri Kenzo, menemaninya di luar meski dia merasa tidak ingin. Dia merasa Kenzo malam ini terlihat sedang tidak bersahabat.     

Riska tak kunjung mengajak Kenzo bicara meski saat ini sudah berdiri di sisi Kenzo yang tengah duduk di teras. Entah bagaimana dia akan memulai sapaannya lebih dulu.     

"Kau tidak duduk?" tanya Kenzo berbicara lebih dulu. Membuat Riska terkejut dan gelagapan.     

"Ah, eng, anu…" Riska gagap.     

"Duduk saja, aku tahu kau pun merasa terkejut malam ini."     

Riska tersentak kembali. Dia bertanya di dalam hatinya, bagaimana Kenzo bisa tahu apa yang sedang dia rasakan malam ini.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.