The Lost Love

Hubungan tanpa status (2)



Hubungan tanpa status (2)

0Marcel sangat panik dan cemas ketika Ayu memberitahunya tentang kondisi Alona saat ini. Dia langsung saja bergegas hendak menuju apartemen Ayu dan Alona saat ini, di jam yang seharusnya sudah menjadi jam tidurnya.      0

"Alona, apa sungguh tidak perlu ke dokter saja?" tanya Ayu kembali mengulang-ulang pertanyaan yang sama.     

"Tidak, Ayu. Aku hanya perlu tidur dan minum obat dan setelah itu aku akan kembali membaik." jawaban Alona tetap sama seperti di awal tadi.     

"Tapi kau sudah minum obat tadi, dan kau masih demam. Bagaimana jika sakitmu semakin berlanjut?"     

"Ayu, jangan bawel akh! Sebaiknya kau tidur saja, ini sudah larut. Besok kau harus bekerja," tegas Alona.     

"Mmh..." Ayu tampak ragu.     

"Ada apa, Ayu?" tanya Alona menyelidik. Dia sudah bisa menebak tentang gelagat temannya itu.     

Belum lagi menjawab pertanyaan Alona, ponsel Ayu bergetar yang sejak tadi di genggam tangannya.     

"Ya?" sahutnya seketika saat menerima sebuah panggilan telepon dan menempelkan ponselnya di telinga.     

Ayu segera beranjak bangun dan keluar dari kamar. Alona mulai kebingungan apa lagi yang akan di lakukan oleh temannya itu.     

Ayu tersenyum nyengir ketika membuka pintu, sudah berdiri Marcel di depannya.     

"Bagaimana dengan Alona?" tanya Marcel cemas.     

"Ssssttt... Dia sedang di kamar, dia masih demam dan aku tidak bisa membujuknya untuk pergi ke dokter." Ayu berbicara setengah berbisik.     

"Emh... Bo-boleh aku masuk?" tanya Marcel ragu-ragu.     

"Tentu saja boleh, tapi ruangan kami sedikit sempit. Apakah tidak apa?"     

Marcel tampak menghempaskan napasnya, tanpa merespon pun Ayu sudah tahu bahwa Marcel tidak keberatan akan hal itu.     

Marcel pun melangkah masuk, langkahnya tampak canggung dan entah harus bagaimana sementara Ayu di belakangnya.     

"Umh, Ayu... Apakah aku..."     

"Masuk saja, Alona tidak mungkin keluar kamar untuk menemuinya di kondisi seperti ini." Ayu menyela dan langsung menyuruhnya pergi memasuki sebuah kamar. Dia tahu apa yang Marcel pikirkan saat ini.     

Marcel masih enggan melangkah masuk. Maka Ayu segera melewatinya dan berjalan lebih dulu menuju kamar pribadi Alona dan Ayu saat ini.     

"Alona..." panggil Ayu ketika sudah tiba di kamar mereka, dimana terdapat sebuah tempat tidur susun di kamar itu. Sebuah jendela, satu meja rias, dan dua lemari pakaian serta sofa kecil di tengah ruangan kamar tersebut.     

"Ayu, kemana kau barusan?" tanya Alona tanpa menoleh temannya itu.     

"A-aku..." Ayu terdengar gagap hendak menjawab pertanyaan Alona.     

"Alona..." Marcel mulai melangkah masuk lalu memanggil Alona setelah berdiri di samping Ayu saat ini.     

Alona terkejut hingga membelalakkan kedua matanya ketika mendengar suara yang tidak asing lagi baginya.     

"Marcel?" Alona segera beranjak bangun dan menutupi badannya dengan selimut tebal.     

Alona terkejut juga malu karena saat ini kondisinya benar-benar tidak baik, wajahnya pun kusam lantaran belum mandi sejak siang tadi karena demam.     

"Maaf, aku datang mengganggu. Aku hanya ingin memastikan bagaimana kondisimu saat ini," ujar Marcel sambil menundukkan kepalanya. Dia tak ingin menatap wajah Alona setelah melihat Alona bersikap demikian.     

Alona mulai menatap Ayu dan memelototinya. Ayu yang merasa telah mengerjai Alona dengan memanggil Marcel menemuinya, segera berpura-pura tidak mengetahui apapun.     

"Marcel, aku hanya sedikit demam. Aku juga sudah meminum obat tadi, Ayu mengurusku dengan baik." Alona terpaksa berkata demikian meski kondisinya semakin demam terlebih karena dia sangat terkejut akan kedatangan Marcel barusan.     

Marcel berjalan mendekati Alona yang masih duduk di atas ranjang, sedang Ayu senyum-senyum melihat Alona tampak canggung dan salah tingkah melihat Marcel melangkah mendekatinya.     

Tanpa merasa canggung sedikitpun, Marcel langsung menempelkan punggung tangannya di kening Alona. Marcel kian terperanjat setelah merasa demam Alona cukup tinggi.     

"Kita harus ke dokter, Alona. Kau demam tinggi," ujar Marcel panik.     

"Apa aku bilang, obat yang dia minum tadi tidak mempan, dia tetap demam malah makin tinggi saat ini. Ayolah, Sayang. Aku harus menjagamu disini, jika kau terus sakit apa yang akan aku katakan pada ayahmu?" Ayu mulai berani mengomeli nya setelah Marcel mendesak Alona untuk pergi ke dokter.     

Alona tidak bisa berkata apa-apa karena mulai merasa pusing di kepalanya saat ini. Dia memejamkan kedua matanya sambil menyentuh kedua ujung keningnya.     

"Alona, Are you oke?" tanya Marcel.     

"Kepalaku sedikit pusing," sahut Alona lirih.     

"Marcel, ayo kita ke dokter!" desak Ayu kian panik.     

Maka Marcel segera meraih tubuh Alona berada dalam gendongannya, dia terpaksa melakukan itu lantaran Alona sudah terlihat kian melemah.     

Begitu memasuki mobil, Ayu menidurkan Alona di pangkuannya. Marcel segera menyalakan mesin mobil lalu melaju dengan kecepatan yang sedikit tinggi. Dia benar-benar panik, tak ingin sesuatu terjadi pada Alona.     

Setelah sampai di sebuah klinik terdekat, Marcel kembali menggendong Alona. Ayu menyusul langkahnya dari belakang, sedang Alona tidak bisa menolak sikap Marcel padanya saat ini lantaran dia sungguh merasa lemah.     

Marcel dan Ayu tampak mondar mandir dengan gelisah, menunggu dokter menangani Alona di ruang yang berbeda. Begitu dokter menghampiri Marcel dan Ayu kembali, Marcel segera bertanya dengan detail pada dokter tersebut.     

Dokter itu berbicara dalam bahasa asing. Mengatakan bahwa Alona hanya kelelahan karena selalu melewatkan waktu makan dan jam tidur yang terbengkalai. Maka dia harus istirahat total untuk memulihkan kesehatannya kembali.     

Ayu yang mendengar pernyataan dokter, tampak menghempaskan napasnya dengan kesal. Membuat Marcel mengerutkan keningnya penuh tanda tanya memperhatikan sikap Ayu itu.     

Semenjak hubungan Alona dan Kenzo berada dalam siatuasi yang tidak baik, Alona memang kerap sekali terlihat melewatkan jam makan. Beberapa kali menolak ajakan Marcel, bahkan ajakan Ayu sekalipun.     

Dia jadi kehilangan semangat dan mungkin saja memang susah tidur karena Ayu hampir tidak pernah memperhatikan jam tidur teman dekatnya itu.     

"Ayu, apa yang terdi pada Alona?" tanya Marcel setelah dokter pergi.     

"Emh, yah... Seperti yang kau dengar dari dokter tadi, Marcel." Ayu menegaskan pernyataan dokter tadi untuk menyembunyikan semuanya dari Marcel.     

"Apakah kekasihnya di Indonesia tau kondisi Alona saat ini?" tanya Marcel tiba-tiba.     

Ayu tersentak. Bagaimana bisa Marcel tahu hal itu? Padahal dia tidak pernah memberitahu tentang Kenzo dan itu sengaja dia lakukan.     

"Ja-jadi... Kau..."     

"Yah, aku sudah tahu jika Alona sudah memiliki kekasih di Indonesia."     

"Jika kau sudah tau, kenapa kau masih bersikap begini padanya?" tanya Ayu penasaran.     

Marcel hanya tersenyum enggan memberikan jawaban.     

"Marcel," panggil Ayu merengek. Dia merasa bersalah tapi semua sudah terlambat.     

"Sebaiknya kau temui Alona di dalam, aku akan menebus resep dokter untuknya tadi." Marcel mengalihkan pembicaraan segera lantas beranjak pergi hendak menuju ruang penebusan obat.     

Ayu hanya terpaku di tempat. Dia ingin memanggil Marcel untuk mengucap terima kasih atas kebaikan Marcel malam ini, namun entah kenapa tenggorokannya begitu terasa mencekiknya hingga dia tidak mampu untuk berbicara lagi.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.