The Lost Love

Hari kelulusan tiba!



Hari kelulusan tiba!

0Hari kelulusan sudah di dalam genggaman, Kenzo dan Alona meski berada di sekolah yang berbeda mereka tampak lega karena akhirnya berhasil lulus dengan nilai yang memuaskan. Sementara itu, mereka kemudian merayakannya dengan penuh suka cita, rasa haru, rasa puas, bahagia, namun terasa seolah masih ingin menjalani hari-hari bersama seragam putih abu-abu bersama dengan teman-teman sebaya tentunya.     
0

"Akh, sulit di percaya. Tiga tahun adalah waktu yang sangat singkat di sekolah yang penuh dengan kenangan ini," ujar Riyo berucap di tengah huru-hara kebahagiaan bersama teman-temannya termasuk Kenzo dan Maya tentunya.     

"Hem, rasanya masih ingin menjadi salah satu murid di sekolah ini." Kenzo menambahkan.     

"Jika kau masih ingin tetap berada di sini, semua guru aku rasa akan jatuh pingsan karena setiap hari tensi mereka terus meningkat, Ken!" jawab yang lainnya mengejek Kenzo.     

"Oh ya? Why, why, why?" tanya Kenzo dengan mata melotot.     

"Ada sebuah kata yang sepertinya akan aku coba buktikan setelah ini, Ken!" sahut Riyo kembali.     

"What is that?" sahut Kenzo dengan gaya cueknya.     

"Seorang guru akan lebih mengingat dan mengenang murid-muridnya yang nakal dan selalu berbuat onar di sekolah."     

Lagi dan lagi, Kenzo terlihat memelototi Riyo setelah mendengar ucapan itu.     

"Tsk, aku tidak pernah berbuat onar. Kau mencoreng nama sahabatmu sendiri, kemari kau!" Kenzo beranjak bangun dari duduknya sejak tadi dan hendak mengejar Riyo. Mereka saling berkejaran dengann tawa riang gembira dan penuh canda tawa membuat semua teman dekat Kenzo serta Maya justru ikut berlarian dan saling mengejar.     

Setelah berhasil menangkap Riyo yang terjatuh hingga sampai di halaman sekolah, Kenzo langsung menindihnya dan menggulatinya tak peduli seragam kelulusan yang mereka kenakan saat ini akan kotor. Mereka justru menikmatinya, semua menindih Kenzo dan Riyo. Diam-diam Maya mengabadikan kekonyolan dan senda gurau mereka dengan ponselnya yang baru saja di belikan oleh ayahnya sebagai kado ulang tahun kemarin.     

Setelah puas saling bergulat dengan yang lainnya, hingga membuat Maya terkekeh-kekeh tertawa, barulah mereka kembali berdiri tegak dan meminta Maya serta yang lainnya untuk saling bertukar coretan di setiap seragam sekolah mereka. Tak peduli meski itu akan membuat semua guru memarahi mereka nantinya, mereka sungguh ingin menghabiskan hari ini dengan penuh suka cita untuk di kenang nantinya.     

Begitu banyak gaya kocak dan ala-ala manja dari setiap gaya yang mereka abadikan di kamera ponsel masing-masing. Begitu pula dengan Maya yang tentu mengambil beberapa banyak moment kebersaman dengan mereka dan menyimpan di ponselnya. Namun, beberapa kali pula Maya mengabadikan kebersamannya dengan Kenzo berdua saja dalam merayakan kelulusan kali ini.     

"Aku harap, persahabatan kita akan tetap utuh meski kita sudah tentu sulit untuk mengatur waktu bersama." Riyo kembali berucap dengan kedua mata yang sudah terlihat sedang membendung air matanya.     

Kenzo dan yang lainnya mengatupkan bibirnya rapat-rapat berusaha menahan diri untuk tidak menangis, meski di dalam hati mereka sedang bergemuruh menahan gejolak betapa kebersamaan mereka selama ini sangat singkat rasanya dan harus di akhiri dengan perpisahan dan kesibukan masing-masing nantinya.     

"Kuharap setelah ini kalian akan bersungguh-sungguh menempuh pendidikan di tempat baru kalian. Meski nantinya kalian sudah memiliki teman baru, jangan pernah lupakan aku. Sesekali saat dimana kalian sempat, datanglah berkunjung ke kedai kopi ayahku seperti biasa, oke!"     

Begitu mendengar ucapan Kenzo, sontak saja semua saling merangkul penuh keharuan. Lagi dan lagi, Maya tersenyum seraya meneteskan air matanya dan mengambil kembali moment mereka saat saling merangkul dengan hati yang mendalam.     

Hari sudah siang dan panas terik matahari terasa ingin membakar kulit mereka, maka mereka memutuskan untuk pulang ke rumah masing-masing. Dan seperti biasa, Kenzo pulang bersama Maya menaiki motornya. Dan Maya terlihat sibuk sejak di atas motor selalu berkutat dengan ponselnya, diam-diam Kenzo menyaksikannya dari kaca spion motornya.     

"Ehhem…" Kenzo sengaja berdehem.     

Maya hanya diam dan tak menanggapi Kenzo yang demikian karena dia tahu jika Kenzo hanya ingin mengejeknya.     

"Ehhem!" kembali Kenzo berdehem dengan sengaja.     

"Apaan sih? Nyebelin deh, gangguin aja!" sahut Maya dengan cetus.     

"Eh, kamu lupa nebeng kendaraan siapa?" balas Kenzo sengaja.     

"Kau pikir aku peduli?" sahut Maya tampak kesal. Entah apa yang dia pikirkan saat ini, sejak tadi dia terlihat gelisah dengan ponselnya.     

"Ada apa?" tanya Kenzo mencoba mencari tahu.     

"Tidak ada apa-apa, fokus saja menyetir motormu! Cepat dikit dong, Ken!" sahut Maya lagi seraya tetap menggenggam erat ponselnya.     

Kenzo sengaja diam dan tak lagi mengajaknya berdebat meski dia ingin sekali tahu apa penyebab Maya demikian sejak tadi. Kemudian, Kenzo sudah memasuki halaman rumah Maya. Setelah menyadari itu, Maya segera turun dari atas motor Kenzo tanpa banyak kata.     

"Ken, aku masuk dulu! Kau pulang lah!" ujar Maya begitu saja begitu turun dari motor Kenzo lalu berdiri di teras rumahnya.     

Kenzo kian bertanya-tanya di dalam hatinya dan mendelikkan kedua alisnya menatap ekspresi Maya yang tak biasa.     

"Kau tidak mau lagi berbagi denganku?" tanya Kenzo lirih.     

Maya terdiam.     

"Mau jalan-jalan sore nanti?" tanya Kenzo lagi.     

Maya masih terdiam.     

"May…"     

"Aku sudah ada janji dengan pacarku nanti, Ken! Jika kau benar sahabatku, aku akan memakai namamu sebagai alasan untuk aku bertemu dengan pacarku di tempat lain nanti," ujar Maya tiba-tiba.     

Kenzo tertegun tanpa mampu berkata apapun lagi.     

"Kau mau kan, Ken?" tanya Maya lagi.     

"Yah, baiklah. Tapi kali ini kau jangan lupa waktu dan harus pulang tepat waktu, jangan membuat orang tuamu khawatir nantinya. Jika kau pulang terlambat mereka akan mencarimu ke rumahku nanti," ujar Kenzo dengan terpaksa mengiyakan.     

Maya tersenyum senang akhirnya dan mengangguk cepat. "Kalau begitu, sementara aku keluar kau juga harus keluar agar ayah dan bunda tidak mencurigaiku, kau mengerti, hem?" ujar Maya meminta.     

"Ya ya ya, kau tenang saja!" sahut Kenzo kemudian.     

Setelah memastikan Maya tersenyum ceria kembali, barulah Kenzo pulang ke rumahnya. Dan tiba di rumah, dia masih duduk santai di teras rumahnya seperti biasa. Sesaat kemudian sang ibu keluar menghampirinya setelah mendengar suara motor Kenzo yang tentu sangat dia kenali.     

"Astaga, Ken! Seragammu?" sang ibu tampak terkejut melihat putranya pulang dengan seragam yang penuh dengan coretan dan warna-warni serta bekas kotoran debu menempel di setiap seragam yang Kenzo kenakan saat ini.     

"Hehe, ibu. Tidak apa, biasa… Anak muda, kami di sekolah akhirnya lulus dengan nilai yang cukup memuaskan jadi kam merayakannya dengan hal yang seru tadi," ujar Kenzo sambil tersenyum menampakkan deretan giginya.     

"Dasar anak muda! Kau sama saja mengotori bajumu dengan hal yang tidak berguna, Nak! Sayang sekali bukan, baju seragammu ini jadi kotor dan tentu ini sulit di hilangkan nodanya," ujar sang ibu sedikit mengomel.     

"Ayolah, ibu. Aku juga tidak akan mencucinya, biarlah ini menjadi kenang-kenangan yang indah nantinya saat aku merindukan kebersamaanku dengan teman-teman lainnya," jawab Kenzo dengan rengekan manja pada ibunya.     

Sang ibu hanya menggelengkan kepalanya begitu mendengar alasan dan jawaban putranya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.