The Lost Love

Menggodanya



Menggodanya

0Kenzo menatap wajahnya di depan cermin, sudah tiga hari belakangan ini, dia dan Sari saling bertukar pesan. Meski mereka tidak lagi bertemu seperti biasanya.      1

Entah kenapa dia berpikir hubungannya dengan Alona mulai di rasa jenuh olehnya. Dengan Sari dia sedikit merasa mulai nyaman dan terhibur disaat rasa rindu melanda, ketika dia ingin merasakan sesuatu layaknya berpacaran seperti biasanya .     

Menjalani hubungan selama jarak jauh selama bertahun-tahun memanglah tidak mudah, tentu ada rasa bosan, ada rasa ingin menyerah namun di dalam hati tetap ada cinta.     

Dia berusaha mengalihkan semuanya seraya mulai bermain game. Kebetulan hari ini adalah hari libur, dia hanya menghabiskan waktu di kamar dengan bermain game dan berbaring di kasur.     

Tidak ada rasa bosan baginya dengan bermain game yang sejak tadi berhasil menyita waktuya. Karena dengan begitu dia bisa meluapkan segala penatnya, segala rindunya, dan segala apa yang kini ada di dalam benaknya. Dia sungguh merasa puas setelah berhasil memenangkan permainan gamenya itu.     

Merasa letih terus bermain game di kamar berjam-jam lamanya, dia beranjak bangun. Dia berniat pergi ke luar kamar untuk menemui keponakannya, setelah itu dia melihat Sinta menimang-nimang putranya di ruang tengah. Segera Kenzo menghampirinya untuk menggendong bayinya.     

"Kakak ipar, boleh aku menggendong nya?" tanya Kenzo sambil mencolek hidung bayi itu.     

"Hem, apa kau sudah bisa tata cara menggendong bayi yang baik dan benar?"     

"Ah, eh, mmh… Itu, apakah harus belajar?" tanya Kenzo kikuk sambil menggaruk-garuk kepalanya.     

Sinta menggelengkan kepalanya sambil tersenyum. "Anak bayi itu masih rentan dan sangat lemah tubuhnya, kalau menggendongnya sembarangan tentu akan bahaya bagi nya."     

"Woah, kalau begitu aku tidak jadi menggendongnya. Bisakah dia di letakkan di trollynya saja, aku akan menemaninya di teras," pinta Kenzo pada sang kakak.     

"Ya ya ya, baiklah! Putraku, sepertinya om mu ini sangat ingin bermain denganmu. Tampaknya dia sudah ingin memilikinya juga, hihihi…" bisik Sinta pada bayinya menggoda Kenzo.     

"Cih, kakak!" Kenzo tampak tersipu malu.     

Setelah itu, Kenzo mendorong trolly bayi itu menuju teras depan. Lalu kemudian duduk di kursi teras dan menghibur bayi itu dengan tingkah konyolnya hingga jelang beberapa saat kemudian ponselnya berdering. Sebuah pesan singkat dari Sari untuknya, dia segera membacanya untuk mengetahui pesan singkat dari Sari untuknya.     

'Jalan, yuk!'     

Kenzo menaikkan satu alisnya begitu membacanya.     

"Wah, apakah saat ini dia berusaha menggodaku?" ujar Kenzo penuh percaya diri.     

Kenzo tersenyum tipis lalu mencoba menekan layar ponselnya untuk melakukan panggilan telepon pada Sari. Sedang Sari sangat gelisah dan tampak sangat canggung untuk menerima panggilan itu dari Kenzo. Karena semenjak mereka saling kenal dan akrab ketika bertukar pesan singkat, mereka jarang melakukan panggilan telepon.     

"Ehhem…" Sari berdehem begitu menerima panggila telepon dari Kenzo.     

"Kemana kita akan pergi bersama?" tanya Kenzo terus terang dalam tanya nya pada Sari.     

Sari tampak kian canggung. Sebenarnya pun dia tidak tahu kemana dia akan mengajak Kenzo pergi malam ini, sebab dia tidak berani banyak menuntut dan mengatakan padanya apa yang dia inginkan.     

"Ehm, sebenarnya aku tidak tahu harus mengajakmu pergi kemana." Sari menjawab dengan ragu-ragu.     

Sebelum Kenzo menjawabnya, bayi Sinta merengek dan menangis sedikit histeris. Sontak saja Kenzo terkejut dan Sari pun terperangah, dia mendengar jelas suara bayi itu dari ujung ponselnya itu.     

"Ken, itu… Suara bayi? Kau sudah punya bayi? Jadi, kau sudah punya istri? Astaga…" Sari mulai panik dan cemas serta pikirannya mulai terganggu dengan pikiran yang menyatakan bahwa Kenzo telah beristri.     

Sontak Kenzo membelalakkan kedua matanya hendak tertawa lepas namun, dia berniat untuk mengerjai Sari dan berusaha menahan tawanya saat ini meski rasanya sudah sangat ingin membuatnya ngompol di celana.     

"Apa kau terkejut?" tanya Kenzo mulai menggodanya.     

"A-aku… Aku bukan hanya terkejut, tapi aku juga takut. Kenapa kau tidak memberitahuku jika kau sudah memiliki istri dan bayi, hah?"     

"Jadi, kemana kita akan jalan bersama nanti?"     

"Tidak, tidak perlu! Maafkan aku, Ken!"     

Kenzo segera menghentikan candaannya begitu mendengar Sari berkata demikian. Dia tak ingin pertemanannya dengan Sari pudar begitu saja hanya karena hal konyol yang dia lakukan barusan.     

"Hei hei hei, aku hanya bercanda saja!" ujar Kenzo tegas dan segera mengakhiri candaannya.     

Sari tampak tertegun dan terdiam, dia bingung harus mempercayainya atau tidak kali ini.     

"Aku hanya bercanda, aku belum memiliki seorang bayi. Dan bayi barusan adalah keponakanku yang baru lahir apa kau lupa?" tanya Kenzo pada Sari berusaha mengingatkan.     

Seketika Sari terperangah mengingatnya kembali. "Oh astaga, bodohnya aku!" ujar Sari tampak mengeluh.     

"Jadi, apa kau masih berniat untuk mengajakku jalan bersama?" tanya Kenzo kembali.     

"Emh, apa kau tidak keberatan jalan dengan wanita sepertiku?"     

"Apa yang salah? Kau tentukan saja, dimana kita bisa bertemu nanti."     

"Emh, baiklah! Aku akan mengirim melalui pesan singkat nanti." Sari menjawabnya dengan suara yang berbeda, dia sudah tampak senang dan ceria kembali.     

"Hem, aku tunggu!" jawab Kenzo lantas panggilan pun berakhir.     

Setelah itu, Kenzo menyadari jika keponakannya itu berhenti menangis ketika dia sudah tidak lagi berbicara dengan Sari via telepon. Setelah sejak tadi dia berusaha untuk menganyun-ayunkan trolly bayi itu, Kenzo menatap wajah bayi itu secara dekat lalu dia tersenyum lebar pada Kenzo begitu dia mendekatkan wajahnya.     

"Hemm… Bayi nakal, apa kau sengaja mengganggu om mu yang tampan ini? Atau kau tidak suka om berbicara dengan wanita lain selain calon bibimu, Alona?" Kenzo mengajak bicara bayi itu sambil mencubit gemas pipi gembul bayi itu.     

Seketika bayi itu kembali menangis karena Kenzo mencubiti pipinya lantas terus menciumi bayi itu dengan gemas sehingga membuat bayi itu semakin histeris menangis. Sontak Sinta berlari ke luar teras setelah mendengar suara histeris dari bayinya, dia melihat Kenzo mengerjainya dengan terus menciumi dan mencubiti pipinya.     

"Kenzo…" Sinta mendekat seraya menjewer telinga Kenzo.     

"Aduh aduh aduh, kakak!" Kenzo mengadu.     

"Kau ini biasa sekali, lihat keponakanmu jadi menangis. Dia pasti sangat takut melihatmu menciuminya dengan wajah rambut gondrong itu." Sinta mengomel lalu meraih bayinya dalam gendongannya.     

Kenzo hanya tersenyum nyengir setelah kakak iparnya mengomelinya. Lalu kemudian melangkah masuk menuju kamarnya untuk segera mandi dan bersiap-siap untuk pergi bersama Sinta karena hari sudah mulai sore, dia bernyanyi-nyanyi dengan suara konyolnya sehingga menggema di dalam kamarnya.     

Sedang Sinta begitu sangat semangat setelah dia mengirim pesan pada Kenzo dimana dia akan bertemu dengannya lalu Kenzo mengiyakan begitu saja. Sari sudah tidak sabar, dia pun pergi ke kamar mandi untuk membersihkan diri, membuat tubuhnya sewangi mungkin sehingga nantinya Kenzo akan merasa tertarik padanya.     

Hingga hari mulai petang, seperti biasa Kenzo menguncir rambut gondrongnya untuk terlihat lebih rapi, mengenakan kaos hitam di padukan dengan celana pendek dan sepatu kets berwarna kulit. Bukan hanya rapi, dia juga tampan, wangi dan menawan meski gaya rambutnya itu berbeda dari laki-laki biasanya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.