The Lost Love

The Lost Love



The Lost Love

1Hari-hari terus berlalu. Maya yang kini mulai menjalani hari-harinya dengan penuh penyesalan dan rasa bersalah oleh perasaan Kenzo yang terlambat diketahui olehnya.      0

Sedang Kenzo, dia menjalani hari-harinya seperti biasa. Terkadang dia bertemu dengan Alona di suatu tempat tertentu hanya sekedar untuk berbincang saja.     

Malam ini, Alona pun kembali mengajak Kenzo bertemu. Mereka berjanji akan bertemu di suatu cafe shop untuk menjadi tempat mereka mengobrol bersama atau saling bertukar cerita.     

Alona tengah siap untuk pergi bertemu dengan Kenzo. Dia mengenakan sebuah dres mini berwarna merah muda, dengan rambut dia sanggul bak wanita-wanita korea.     

Alona melangkah keluar kamar. Dia tampak terkejut melihat sang ayah yang telah berdiri di depan pintu kamarnya.     

"Mau pergi?" tanya sang ayah.     

"Iya, Pak. Alona... Ada janji dengan teman di luar," sahut Alona terbata-bata.     

"Bapak sudah lama tidak melihat Dewa datang kemari, apakah hubungan kalian baik-baik saja?"     

Alona tertegun sejenak, dia menelan ludahnya sejenak dengan paksa. "Baik-baik saja, Pak. Kami baik-baik saja, Alona baru saja akan menemuinya." Alona menjawab terbata-bata.     

"Kalau begitu, ajak dia kemari. Bapak rindu padanya," ujar sang ayah meminta.     

Alona tampak gusar, dia mengeratkan genggaman tangannya memegangi tali tas gandengnya. Lantas dia mengangguk dengan paksa baru kemudian segera pergi dari hadapan sang ayah keluar rumah.     

Alona mempercepat langkahnya menuju halte bus dengan berjalan dalam waktu 10menit lamanya. Setelah sampai di halte bus, Alona segera menelpon Kenzo bahwa dia sudah di halte dan akan segera menuju ke cafe yang mereka janjikan.     

Selama perjalanan, dengan duduk di halte bus Alona termenung dengan melihat ke sisi jalanan kota. Dia berpikir apa yang harus dia lakukan saat ini setelah sang ayah memintanya untuk bertemu dengan Dewa.     

Sampai di sebuah halte dekat dengan sebuah cafe dimana dia akan bertemu dengan Kenzo saat ini, dia segera turun dan melanjutkan langkah kakinya untuk segera menuju ke Cafe.     

Dengan bersamaan, Kenzo datang memasuki halaman parkir Cafe. Dia melihat Alona telah berdiri di halaman parkir menunggunya lebih dulu. Alona mengulas senyuman setelah melihat Kenzo berdiri di depannya.     

"Kau sudah menunggu lama?" tanya Kenzo sembari melangkah menghampiri Alona.     

Alona menggelengkan kepalanya sambil tersenyum menatap sendu wajah Kenzo. Melihat Alona demikian, Kenzo menyadari ada yang berubah dengan raut wajah Alona. Dia tampak sedih malam ini, sehingga membuat senyumannya terlihat palsu.     

"Apakah terjadi sesuatu?" tanya Kenzo.     

Alona masih tertegun tanpa menjawabnya lantas dia melangkah maju dan memeluk tubuh Kenzo kemudian.     

"Hei, ada apa?" tanya Kenzo dengan lirih sambil mendekap hangat tubuh Alona.     

"Ken... Bisakah kita pergi dari sini?" sahut Alona seraya mengeratkan pelukannya pada tubuh Kenzo.     

"Ehm, baiklah. Ayo, kita pergi dari sini." Kenzo mengiyakan seraya mengusap lembut rambut Alona.     

Mereka saling meregangkan pelukan dan segera Alona menaiki motor Kenzon dan mereka pun pergi tanpa tahu lebih dulu kemana dia akan pergi malam ini.     

Setelah setengah perjalanan, Kenzo bertanya pada Alona. "Kemana kita akan pergi?"     

"Ke taman, aku ingin ke taman. Taman tempat pertama kita bertemu," jawab Alona dengan ragu-ragu.     

"Oke!" sahut Kenzo dengan tegas lalu mempercepat laju motornya.     

Sesaat kemudian mereka sampai di taman, tampak taman itu begitu sepi malam ini. Hanya beberapa bayangan seseorang yang berlalu lalang kini terlihat di balik lampu-lampu taman.     

"Alona..." panggil Kenzo.     

"Taman ini banyak berubah setelah beberapa tahun aku tidak pernah lagi menginjakkan kaki di taman ini," kata Alona mulai berbicara.     

"Ayo, kita masuk dan berjalan-jalan di dalamnya." Kenzo menggenggam tangan Alona lantas segera mengajaknya melangkah berjalan di dalam taman.     

Alona mengangguk lantas melangkah bersama dengan Kenzo ke dalam taman yang hanya minim dengan cahaya.     

"Alona, kau tidak ingin mengatakan sesuatu padaku?" tanya Kenzo kembali sembari terus melangkah bersama.     

Langkah kaki Alona terhenti seketika, dia menatap wajah Kenzo dalam-dalam. Kenzo pun menatap wajah Alona dengan tatapan penuh makna.     

"Bolehkah aku bertanya satu hal?" sahut Alona bertanya dengan lirih.     

"Tanya saja," jawab Kenzo dengan tersenyum seraya menyibakkan rambut Alona ke belakang. Dia menyentuhnya dengan penuh kasih sayang.     

"Bisakah kau memberiku kejelasan bagaimana hubungan kita sekarang?"     

Kenzo tertegun, dia menatap wajah Alona dengan tatapan tanpa berkedip sedikitpun.     

"Aku butuh kejelasan setelah semua yang kita lalui dan kita lakukan selama belakangan ini." Alona kembali berbicara dengan nada serius.     

"Alona... Apa yang kau inginkan dariku saat ini?"     

Alona diam, tatapannya semakin sendu lantas berkaca-kaca.     

"Apakah kau siap dengan segala konsekuensinya untuk ke depannya Alona?"     

Alona memalingkan wajahnya, lantaran air matanya mulai menetes. Dia tak ingin Kenzo melihatnya, namun hal itu tentu tidak bisa dia sembunyikan dari Kenzo.     

Kenzo menarik Alona ke dalam dekapannya. "Alona, ada banyak hal yang aku pikirkan di benakku. Dan itu semua membuatku takut, Alona..."     

"Aku tau, ini terlalu mendadak dan terjadi begitu saja. Tapi, apakah kau tau bagaimana aku merasakan ini semua, Ken?"     

"Aku tau... Aku tau..." sahut Kenzo mengeratkan pelukannya pada tubuh Alona lantas mengecup ujung kepala Alona.     

"Kembalilah ke sisiku seperti dulu, Ken!" pinta Alona yang disertai dengan isakan tangisan.     

Kenzo memejamkan kedua matanya, menahan sejenak deru napasnya. Seakan seluruh tubuhnya berdesir hebat segala aliran darahnya.     

"Jawab aku, Ken!" pinta Alona kembali seraya mencengkram kuat baju yang Kenzo kenakan.     

Kenzo meregangkan pelukannya pada Alona, lantas menatap wajah Alona dengan dekat. Sangat dekat, hingga ujung hidungnya kini hampir bersentuhan dengan Alona.     

"Apa kau yakin?" tanya Kenzo pada Alona untuk meyakinkan hatinya.     

Alona mengangguk hingga kini ujung hidungnya pun bersentuhan dengan ujung hidung Kenzo.     

"Katakan dengan tegas jika kau masih mencintaiku, Alona!" pinta Kenzo dengan kedua mata terpejam. Napasnya seakan saling memburu dengan hebat.     

"Aku mencintaimu, Ken! Aku mencintaimu, aku mencintaimu, aku mencintaimu." Alona sengaja mengucapkannya beberapa kali sehingga membuat Kenzo kian merasa detak jantungnya telah terhenti seketika.     

Dia membuka kedua matanya kembali, menangkap kedua rahang pipi Alona dengan kedua telapak tangannya. Lantas mulai menyentuh bibir Alona dengan bibirnya.     

Mereka berciuman dengan lembut, mesra dan perlahan mulai penuh dengan gairah. Mereka berciuman di tengah taman, tanpa merasa ragu dan takut akan terlihat oleh banyak orang.     

Mereka melepaskan ciuman masing-masing setelah merasa hampir kehabisan napas. Kenzo dan Alona saling mengadukan kening mereka dengan terengah-engah.     

Mereka mencoba untuk saling menetralisir deru napas mereka yang kini saling berkejaran. Lantas kembali saling mensesap bibir masing-masing dengan lembut.     

Setelah puas berciuman bibir, Alona dan Kenzo saling berpandangan lantas mereka saling tertawa kecil menahan malu.     

"Mmh... Ini baru jam 8 malam, kemana kita akan pergi lagi?" tanya Kenzo sambil melirik jam yang melingkar di lengan tangannya.     

Alona tampak kebingungan, dia tidak tahu kemana akan pergi lagi.     

"Kau mau berkunjung ke rumahku?" tanya Kenzo memberikan ide. Meski dia tahu ini bukan ide yang mungkin Alona terima dengan senang hati.     

Alona terkesiap, dia menatap wajah Kenzo dengan sumringah. Kenzo menaikkan satu alisnya, dia tidak menduga Alona akan seantusias itu.     

"Sungguh? Apakah aku boleh ke rumah?" tanya Alona dengan mata melebar menatap wajah Kenzo.     

"Hem... Mengapa tidak? Tentu saja boleh, dengan senang hati." Kenzo menjawab dengan senyuman bahagia.     

"Ayo... Aku sudah rindu pada nenek." Alona melonjak gemas seraya mengayun-ayunkan tangan Kenzo.     

Kenzo terkekeh-kekeh. "Baiklah, baiklah... Ayo, kita ke rumah!" ajak Kenzo kemudian dengan menggenggam tangan Alona sambil berjalan menuju motornya yang dia parkir tak jauh dari posisi taman.     

Alona segera menaiki motor Kenzo dengan semangat, dia begitu bahagia. Pun sama dengan Kenzo yang berbunga-bunga di dalam hatinya saat ini.     

Namun, dia juga merasa sedikit takut dan khawatir akan hal yang mungkin bisa saja terjadi begitu cepat setelah ini. Dia dan Alona telah kembali bersama dan bersatu dalam ikatan cinta, hal itu tanpa sepengetahuan dan restu dari ayah Alona tentunya.     

Kenzo melaju dengan sedikit cepat, sementara Alona selalu menebar senyuman bahagia sembari memeluk erat tubuh Kenzo dari belakang, dengan menempelkan pipi kanannya pada punggung belakang Kenzo saat ini.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.