The Lost Love

Kesal dan Cemburu



Kesal dan Cemburu

1Mereka kembali mengenakan pakaian dan merapikan diri masing-masing usai melakukan hubungan intim yang cukup membuat Alona dan Kenzo hampir kehabisan napas.     1

Meski Alona masih enggan pergi dan melepas pelukan Kenzo, namun dia harus menyadari dimana dia berada saat ini. Dia harus segera keluar dari kamar Kenzo.     

Alona menatap wajah Kenzo sejenak, begitupun dengan Kenzo yang menatap wajah Alona yang tampak masih basah oleh keringat di bagian keningnya.     

Kenzo meraih sebuah tissue di nakas, lalu mengusap kening Alona dan hal itu membuat Alona tampak tersipu malu. Kenzo berniat menggodanya saat ini, dan berbisik di telinganya.     

"Kau lelah?"     

Sontak Alona memukul gemas bagian dada Kenzo setelah menyadari pertanyaan itu ialah untuk menggodanya. Membuat Kenzo tertawa terkekeh-kekeh.     

Di sela senda gurau mereka, ponsel Kenzo bergetar sehingga senda gurau mereka terhenti seketika dan Kenzo meraih ponselnya untuk menerima panggilan telepon.     

Alona melirik ke arah layar ponsel di tangan Kenzo, sebuah panggilan telepon dari Maya. Sontak saja Kenzo menarik alisnya ke atas melihat Maya menelponnya di jam malam setelah beberapa minggu terakhir Maya tidak menghubunginya.     

Alona segera memalingkan wajahnya setelah mengetahui panggilan telepon itu datangnya dari Maya. Dia pun segera beranjak berdiri, namun Kenzo menariknya sehingga dia kembali terjatuh dan duduk di pangkuan Kenzo.     

"Bicaralah dengan Maya!" titah Kenzo berbisik di telinga Alona dan segera menarik logo hijau di layar ponselnya untuk menerima panggilan telepon Maya.     

Alona meronta, dia enggan berbicara dengan Maya. Namun, Kenzo sudah terlanjur menerima panggilan telepon itu dan meletakkan di telinga Alona.     

"Halo, Ken! Kau... Kau sudah tidur?" tanya Maya begitu Kenzo menerima panggilan teleponnya.     

Kenzo sengaja memeluk Alona sambil menempelkan telinganya pula untuk mendengar reaksi Maya setelah mendengar suara Alona nanti.     

"Ha-halo, Maya." Alona menjawab terbata-bata.     

Seketika Maya terdiam, tampak hening dari seberang sana. Kenzo begitu yakin Maya sedang menahan rasa terkejutnya saat ini.     

"Halo, apakah... Ini... A-lo-na?" Maya kembali bersuara dengan terbata-bata.     

"Hem, iya. Aku sedang bersama nya saat ini." Alona menjawab dengan jujur.     

"O-oh, begitu. Emh, maaf. Aku... Aku tidak bermaksud mengganggu kalian."     

"Apakah... Kau mau bicara dengannya?" tanya Alona sambil menatap menoleh wajah Kenzo di sisinya.     

Sontak saja Kenzo kembali menggodanya dengan mengecup bibir Alona. Alona terkesiap, dia hanya diam dan perlahan membuka kedua bibirnya untuk menerima ciuman bibir dari Kenzo.     

Sedang Maya, terus berbicara di telepon. Namun, Kenzo seperti sengaja membiarkan Alona hanya fokus padanya dengan terus memberikan perlawanan dalam ciuman bibir.     

Alona segera mendorong pelan Kenzo. "Maya masih berbicara di telepon," bisiknya pada Kenzo.     

Kenzo menghela napas panjang seraya meraih ponselnya di tangan Alona. "Halo, May..." jawab Kenzo kemudian.     

Maya tampak menghela napas berat. "Nanti saja, maaf sudah mengganggumu."     

Klik!     

Panggilan diakhiri oleh Maya.     

"Halo, halo, May..."     

Kenzo menatap layar ponselnya. "Ah ya ampun, dasar anak itu!" ucap Kenzo sekenanya.     

Alona tercengang menatap Kenzo berucap begitu saja setelah Maya mematikan panggilannya. Kenzo menyadari bahwa dia sedang bersama Alona saat ini sehingga dia tersenyum nyengir seketika.     

"Aku mau pulang," ucap Alona dengan wajah lugu menatap Kenzo.     

"Hem, ayo... Aku akan mengantarmu!" ajak Kenzo sambil beranjak berdiri menyusul Alona setelah lebih dulu berdiri.     

Mereka keluar kamar bersamaan dan mengendap-endap untuk tidak membangunkan semuanya. Alona dan Kenzo bergandengan tangan menuju keluar ruangan, dan secara kebetulan Ervan baru sampai di halaman rumah yang baru saja pulang dari kedai.     

"Eng..." Ervan tampak terkejut. Begitu pula dengan Alona, yang seketika mengerjapkan kedua matanya melihat Ervan datang.     

"Wah... Kalian... Hem..." Ervan seketika menggoda Kenzo dan Alona dengan senyuman nakal.     

"Ma-lam, kak Ervan." Alona menyapa dengan terbata-bata.     

"Malam juga, calon Adik Ipar." Ervan membalasnya dengan kian menggoda keduanya.     

"Kakak, jangan menggodanya lagi." Kenzo menyela.     

"Hihihi... Apakah ucapan kakak barusan salah? Ucapan juga doa bukan?"     

Alona tersenyum dengan sikap canggung seraya meremas tangannya sendiri menahan rasa nervous di depan Ervan.     

"Aku akan mengantar Alona pulang," ucap Kenzo pada sang kakak.     

"Wah, kalian pasti sudah lama di rumah ini. Baiklah, hati-hati di jalan."     

"Terima kasih, Kak!" sahut Alona dengan santun.     

"Datanglah berkunjung kembali ke kedai lain waktu, oke!" pinta Ervan sebelum Alona dan Kenzo berlalu pergi.     

"Hem, iya. Alona pasti akan datang berkunjung nanti," sahut Alona dengan senyuman.     

Lantas Alona dan Kenzo pergi bersama keluar dari halaman rumah Kenzo. Setelah di tengah perjalanan mereka sesekali bersenda gurau lantaran Alona selalu mencubiti bagian perut Kenzo.     

"Sayang, sakit! Berhenti mencubitiku, kau ini. Kita sedang di jalan," ujar Kenzo sambil meliuk-liukkan badannya.     

"Biarin! Hanya ini yang bisa kulakukan untuk melampiaskan kesalku."     

"Oh? Kau sedang kesal? Kesal padaku? Setelah kita baru saja bercinta dengan penuh hawa nafsu?"     

"Iiih... Kenzo! Pelankan suaramu!" Alona kian gemas mencubiti seluruh badan Kenzo.     

Sambil fokus menyetir, Kenzo melaju dengan kecepatan normal. "Katakan! Apa yang membuatmu kesal begitu padaku?"     

Alona terdiam seketika. Membuat Kenzo tersenyum dan sudah meyakini apa yang membuat Alona kesal saat ini.     

"Apakah Maya membuatmu kesal?" tanya Maya kembali.     

"Hem, mendengar suaranya tadi sepertinya dia sangat terkejut dan mungkin juga kesal mendengar suaraku tadi."     

Kenzo tak menjawab apapun, dia melaju dengan cepat hingga sampai di sebuah halte bus tempat Alona biasa akan menuju ke rumahnya.     

Namun, Kenzo tak menghentikan laju motornya. Dia terus melaju dengan cepat, membuat Alona panik dan cemas.     

"Ken, kenapa kau tidak berhenti? Hentikan!" pinta Alona dengan panik.     

"Aku akan mengantarmu sampai di rumah, aku tidak mau kau pergi dalam keadaan marah." Kenzo menjawab dengan tegas seraya terus melaju dengan cepat.     

"Aku tidak marah, aku hanya sedikit kesal." Alona menjawab dengan lirih seraya meremas pelukannya di bagian perut Kenzo.     

Kenzo kembali tersenyum tanpa kata dan terus melaju dengan cepat. Hingga sesaat kemudian, laju motor Kenzo sudah mendekati rumah Alona.     

"Kenzo, hentikan. Berhenti disini, please..." Alona kembali tampak cemas meminta.     

Segera Kenzo menghentikan laju motornya. Dia berhenti tepat di sisi rumah Alona, hanya berjarak beberapa meter saja dari rumah Alona.     

"Apa kau takut?" tanya Kenzo menoleh ke belakang, dia melihat Alona sudah turun dari motor Kenzo.     

"Ini belum saatnya, Ken! Apa kau masih belum mengerti? Kau lupa itu?" Alona mulai berbicara dengan tegas.     

Kenzo tersenyum sambil mencubiti pipi Alona. "Aku hanya bercanda, aku sedikit bersalah membiarkanmu pulang seorang diri dan dengan perasaan kesal. Apakah kesalmu itu masih ada?"     

Alona menggeleng pelan.     

"Syukurlah, kalau begitu pulanglah! Sebelum ada yang melihat kita disini nanti," titah Kenzo.     

Alona mengangguk sambil menatap wajah Kenzo penuh makna. "Hati-hati di jalan, kabari aku begitu sampai di rumah. Hem?"     

"Siap, Bos!" balas Kenzo dengan wajah sumringah.     

"Pulanglah lebih dulu, aku juga akan pulang!" pinta Alona.     

"Baiklah..." sahut Kenzo menuruti permintaan Alona.     

Kenzo berlalu pergi melaju dengan cepat, sementara Alona berjalan dengan cepat pula hendak memasuki halaman rumahnya. Namun, secara bersamaan Aloan dibuat terkejut dengan seseorang yang menariknya cukup kasar dari belakang.     

"Alona!"     

Sontak Alona terkejut menoleh ke belakang dilihatnya Dewa berdiri di belakangnya dan menatapnya dengan penuh amarah.     

"Dewa? Cih, lepaskan tanganku!" Alona menepis dan menyentakkan tangan Dewa dengan kasar.     

"Kau sungguh keterlaluan Alona, jadi... Kau memilih mengakhiri hubungan kita dan memilih untuk kembali bersama laki-laki itu? Apa kau sudah hilang akal?"     

"Heh, kau tidak berhak mencampuri urusanku lagi, Dewa. Kita sudah bukan sepasang kekasih lagi, dan tolong pergi dari rumahku!" hardik Alona dengan tegas.     

"Tidak, aku tidak akan pergi. Aku akam mengatakan pada ayahmu bahwa kau kembali pada laki-laki yang jelas tidak dia restui. Hanya aku yang boleh bersamamu, jangan lupakan itu!" tandas Dewa dengan menarik kasar lengan Alona.     

Dia menarik-narik Alona hendak menuju teras rumah Alona. Sikap Dewa kali ini sungguh membuat Alona sedikit takut, tapi juga pasrah. Dia akan mengakui semuanya, dia akan mengatakan semuanya meski ini akan membuat sang ayah begitu marah padanya nanti.     

Dia tidak akan peduli lagi, dia pasrah, dia lelah. Karena kali ini cintanya pada Kenzo tidak bisa di ganggu gugat lagi oleh siapapun itu.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.