My Husband from My First Love

Revisi



Revisi

0Daffin kembali memancing Sinta untuk segera memohon lagi padanya.     
0

Daffin kembali menyentuh semua bagian sensitif milik Sinta dan memancing Sinta semakin menggila.     

Sinta menggeliat semakin agresif suara erangan dan desahannya semakin kuat dan mungkin jika ruangan itu tidak kedap suara akan terdengar sampai tetangga sebelah.     

Daffin menahan hasratnya yang sudah menggila karena dia juga ingin melakukan serangan terakhirnya dan juga puncak dari percintaannya.     

Sinta meremas rambut Daffin dengan kuat dan rasa malu yang dia tahan akhirnya runtuhnya juga, karena hasrat didalam hatinya sudah melunturkan logikanya.     

dia menginginkan tubuh Daffin sangat menginginkannya saat ini.     

dengan suara serak dan bercampur desahan, Sinta pun berkata "ahh ... sayanghhh, akuhh mohon berikan itu, aku mohonhh, ahhh ... aku sudah tidak tahan lagihh,"     

Daffin menghentikan permainannya, dia menatap wajah Sinta dengan tubuh yang sudah basah oleh keringat akibat dari terbakar api hasrat yang membara.     

"apa sayanghh, ayo katakan dengan jelas, ayo katakan!" ucap Daffin dengan suara berat yang dipenuhi dengan hasrat menggila, lalu dia menciumi leher Sinta dengan rakusnya.     

Sinta sudah tidak tahan lagi, akhirnya dia mengatakannya dengan jelas "akuhh ... akuhh, ahhh .... sayanghhh aku menginginkan kamu, aku menginginkan kamu, aku tidak tahan lagihh, uuh ... ahh,"     

mendengar Sinta dengan jelas menginginkannya, Daffin langsung menghentikan ciumannya dan berpindah mencium bibir Sinta. Dengan semangat, Daffin memulai serangan terakhirnya, yang Sinta sudah tunggu-tunggu sejak tadi akhirnya tercapai sudah. Sinta merasa sangat senang karena keinginannya akhirnya terkabulkan.     

Daffin memasukkan miliknya ke tubuh Sinta dan langsung menggerakkannya.     

suara erangan dan desahan semakin kuat bergema didalam ruangan itu, aura dan hawa didalam kamar itu dipenuhi dengan Api hasrat yang membara.     

selama percintaan Daffin terus menyuruh Sinta untuk memanggil namanya dalam setiap ritme percintaan mereka.     

waktu pun berlalu, akhirnya mereka sudah merasa sangat puas dan melakukan pelepasan terakhirnya.     

"ahhh, sayangku Sinta, ahhh ... cinta kamuhhh!" ucap Daffin berteriak saat melakukan pelepasannya.     

disusul Sinta yang juga melakukan pelepasan juga.     

"ahh ... sayang, uhhmm terima kasih, sayang, terima kasih, ahhhhh ...,"     

Sinta langsung terkulai lemas dan melepaskan kedua tangannya yang sejak tadi mengait dileher Daffin.     

Daffin menghempaskan wajahnya disisi wajah Sinta dan berbisik ditelinganya "sayang, kamu benar-benar membuat aku semakin menggila!"     

Sinta yang berusaha mengatur nafasnya, dia melirik kearah Daffin dan dia tersenyum kearahnya, tersenyum jika dia juga merasa menikmatinya.     

setelah hasratnya mereda Daffin mencium pipi Sinta dan bangun dari atas tubuhnya. Dia berbaring disamping Sinta dan menarik Sinta untuk masuk ke dalam pelukannya.     

Sinta yang sudah merasa lemas dan tak berdaya hanya bisa mengikuti tangan Daffin yang menarik tubuhnya.     

setelah Daffin berhasil menarik Sinta masuk ke dalam pelukannya, dia langsung menarik selimut putih yang berada dibawah kakinya, membukanya dan menutupi tubuh telanjang mereka berdua.     

Sinta memeluk erat Daffin dan mencari posisi yang nyaman untuk memeluknya.     

Daffin mengecup kening Sinta dan berkata "sayang, kamu lelah?"     

Sinta mengangguk dan menjawab "iya, kamu terlalu mengerikan sayang!" ucap Sinta sambil tertawa cekikikan.     

Daffin tertawa dan mengusap keringat di dahinya, dia menaruh pipinya diatas kepala Sinta dan memeluknya sangat erat.     

"hahahha, bukankah tadi kamu sendiri yang memohon padaku untuk memberikannya, hhhm?" ucap Daffin dia tertawa keras.     

Sinta memerah karena malu, dia menyembunyikan wajahnya di dada bidang Daffin.     

"itu semua gara-gara kamu, kamu menyentuh bahkan melakukan hal aneh di tempat yang paling sensitif milik aku, kamu sekarang lebih nakal lagi, aku ... aku, ahh ... aku benci kamu!" Sinta, dia tertawa malu dan memukul-mukul kecil dada Daffin.     

Daffin semakin ingin tertawa keras, dia sangat menyukai jika Sinta malu-malu seperti itu, sangat menggemaskan dan juga sangat menggoda.     

"sayang, itu hukuman karena kamu tadi nakal dengan pria lain, masih untung aku memberikannya kalau tidak? lakukan saja sendiri!" ucap Daffin yang berubah serius.     

Sinta mengerti sekarang yang tadi dimaksud Daffin tentang hukuman itu, ternyata hukumannya adalah membuat dirinya menderita dengan hasrat yang tidak bisa disalurkan.     

Sinta menjadi takut karena ini jauh mengerikan daripada Daffin mencium kasar seperti tadi.     

Sinta terdiam dan tidak bicara apapun lagi, Daffin merasa aneh dan melihat wajah Sinta, dia menarik kepala Sinta untuk melihat wajahnya dan Daffin melihat wajah Sinta yang cemberut dan terdiam lemas.     

Daffin menaikkan alisnya, karena Daffin tadi masih mendengar Sinta tertawa dan sekarang tiba-tiba berubah.     

Daffin menatap wajah Sinta dengan kekhawatiran.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.