My Husband from My First Love

merasa nyaman saat melihatmu



merasa nyaman saat melihatmu

0hatchimm ...     
0

Sinta tiba-tiba saja bersin.     

Dia masih berpelukan dengan Daffin dibawah selimut tanpa menggunakan apapun.     

Daffin yang sedang menatap layar ponselnya karena ada beberapa pekerjaan dan jadwal yang besok harus dia temui.     

sebagai direktur baru di perusahaannya, agenda pekerjaannya harus menurut jadwal.     

Daffin terkejut saat mendengar Sinta bersin.     

Daffin menaruh ponselnya diatas meja nakas disebelah tempat tidurnya dan melihat kearah Sinta, yang sedang menggosok hidupnya hingga merah.     

"sayang, kamu kenapa? kamu baik-baik saja kan?" ucap Daffin, dia melihat Sinta dan memeriksanya.     

Sinta tersenyum dan menjawab "aku baik-baik saja, aku juga tidak tahu kenapa tiba-tiba bersin, mungkin ada yang mengutuk aku, jauh disana, hehehhehe ...,"     

Daffin mengusap bagian kepala Sinta, dia tersenyum kearah Sinta.     

"sayang, kamu membuat aku khawatir saja! kalau sakit atau ada keluhan apapun cepat beritahu aku ya!"     

"iya, sayang. terima kasih ya! kamu sangat baik padaku! aku ... aku ... aku merasa malu sama kamu!" ucap Sinta, dia menunduk dan merasa sangat malu, Karena belum memberikan sesuatu yang terbaik untuk Daffin.     

Daffin tertawa dan mencium kening Sinta.     

"hahaha ... kenapa harus malu? memangnya aku baik apa nya? aku biasa-biasa saja seperti ini! jangan terlalu berlebihan berfikiran tentang aku, nanti aku bisa besar kepala bagaimana? kamu mau bertanggung jawab, hhhmmm?" ucap Daffin, menggunakan tangannya satu lagi untuk memeluk erat Sinta.     

perasaan Daffin akhir-akhir sangat gembira dan juga lebih berwarna tidak dingin seperti dahulu, semenjak bertemu dengan Sinta dia belajar menghargai Sinta dan mencoba menjadi pria yang bertanggung jawab, sebelumnya dia tidak pernah memiliki pikiran akan menikah dan memiliki istri apalagi memiliki istri semacam Sinta, yang polos dan juga membuatnya ketagihan ingin selalu menyentuh tubuhnya, tubuhnya yang lembut dan membuatnya selalu merasa mabuk dalam dunia fantasi penuh warna-warni dari sebuah percintaan yang indah.     

Saat Daffin dan Sinta berpelukan dengan erat, pintu kamarnya ada yang mengetuk dari luar.     

Daffin melepaskan pelukannya.     

"sayang, aku buka pintu dulu ya!"     

Sinta mengangguk dan melepaskan pelukannya.     

Daffin mengambil handuk baju dan memakainya, karena postur tubuhnya yang tinggi besar membuat handuk itu terlihat pendek dan Daffin terlihat sangat seksi.     

Sinta tertawa melihatnya dan berkata "sayang, tutup bagian bawah kamu itu!"     

Daffin menoleh kearah Sinta, dia tidak mengerti "apa? aku tidak mengerti maksud kamu, sayang."     

Sinta menunjuk kearah bagian tubuh Daffin paling bawah.     

Daffin melihat dan pahanya terlihat dengan jelas.     

Daffin tertawa dan mengambil handuk milik Sinta yang dia lempar tadi untuk menutupinya.     

"hahahaha, hampir saja aku ternoda, karena terlihat oleh mata nakal wanita lain."     

Daffin tertawa keras, dia bisa seceroboh itu.     

Sinta menutup mulutnya dan menahan tawanya agar tidak terlalu keras.     

"sayang, kamu kan orang yang memiliki postur tubuh yang berbeda dengan pria disini. Jadi, ya harus memakai pakaian juga lebih berbeda dengan yang lainnya ya! hehehehe...,"     

Daffin tertawa dan menggelengkan kepalanya berkali-kali.     

setelah selesai, dia membuka pintu kamarnya, disana sudah berdiri pelayan yang sedang mengantar makanannya.     

Daffin mengambilnya dan membiarkan dirinya saja yang membawa masuk ke dalam.     

Dia tidak rela ada orang lain selain dirinya yang melihat tubuh indah Sinta. karena Sinta hanya miliknya jadi dia mau bersikap serakah untuk kali ini saja.     

setelah menutup pintu, Daffin membawakan makanan itu ke atas tempat tidur.     

Sinta tidak terbiasa makan diatas tempat tidur.     

dia berusaha bangun tapi Daffin melarangnya.     

" mau kemana? sudah duduk yang manis dan makan saja disini! bukankah tadi kamu mengatakan, kalau kamu sangat lapar?!"     

Sinta mengangguk dan menuruti apa yang dikatakan Daffin, dia duduk kembali dan menutupi tubuhnya dengan selimut lebih tinggi, Sinta memakan makanannya dengan lahap dan cepat.     

Daffin menahan tawanya, karena melihat Sinta yang tidak sama seperti wanita lain, yang bersikap sok anggun dan terlihat manis.     

sinta begitu cuek dan terlihat percaya diri dengan apa yang membuat dirinya nyaman. Bahkan melihat Sinta yang seperti ini, timbul perasaan senang dan bahagia, karena bisa melihat permata yang indah yang sekarang ada tepat didepannya.     

Daffin tersenyum sendiri dan mulai melahap makanannya sambil menatap Sinta yang sedang makan.     

setelah selesai, Daffin membantu membereskan piring itu dan melarang Sinta untuk bangun dari tempat tidurnya.     

Sinta merasa tidak nyaman dan berkata "sayang, biar aku saja ya!"     

Daffin menggelengkan kepalanya dan berkata "sudah diam saja, kamu istirahat dan kumpulkan energi kamu, untuk putaran kedua kita malam ini!" ucap Daffin, dia tersenyum evil dan mengedipkan matanya.     

Sinta tersipu malu, dia langsung menyembunyikan tubuhnya didalam selimut.     

Dia tidak bisa mengatakan apapun, karena dia tidak ingin membuat Daffin marah lagi.     

Dia menuruti apa yang Daffin inginkan walaupun sebenarnya pinggangnya terasa sakit dan dia tidak berani mengatakannya.     

setelah selesai dengan semuanya Daffin kembali berbaring disebelah Sinta dan melempar handuk yang menempel ditubuhnya.     

dia tersenyum evil dan berbisik ditelinga Sinta "sayang, kamu sudah siap?"     

Sinta mengangguk dan menjawab "iya, tapi jangan terlalu seram seperti tadi ya!"     

"oke, aku akan melakukannya secara lembut tapi kamu harus terus menyebut nama aku!" ucap Daffin dan dia mulai menyambar bibir Sinta.     

mereka memulai percintaan putaran kedua mereka, yang jauh lebih baik dari sebelumnya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.