My Husband from My First Love

akhirnya bertemu



akhirnya bertemu

0Sinta masih duduk di taman itu, setelah menangis dan mencoba menenangkan dirinya akhirnya Sinta merasa jauh lebih baik, hatinya yang sesak sudah merasa jauh lebih baik.     
0

wajahnya yang basah oleh air mata dia hapus mengenakkan pakaiannya.     

"ini jauh lebih baik, aku harus kuat jangan lemah seperti ini! demi nenek aku harus bisa bertahan, aku pasti bisa!" ucap Sinta yang berusaha menyemangati dirinya sendiri.     

Dia berusaha tersenyum sendiri walaupun air mata masih saja menetes dari sudut matanya.     

Sinta mengambil ponselnya dan melihat ada ratusan panggilan, itu dari Daffin dan juga kakek Wijaya.     

Bahkan pesan pun tidak kalah banyaknya, semua pesan itu berisi pesan yang sama.     

"sayang, kamu dimana? cepat beritahu aku!"     

isi pesan yang sama hingga ratusan pesan.     

Sinta menghela nafas pendek dan berkata "kenapa masih mencari aku? bukankah dia sedang bersama mantan kekasihnya? kenapa masih saja peduli tentang aku?" ucap Sinta sambil menatap kearah layar ponselnya.     

"aku sudah memberikan kesempatan untuk mereka berdua, aku tidak ingin menjadi pengganggu diantara mereka berdua, aku sangat sadar diri jika aku ini hanya istri diatas kertas kontrak saja bukan istri masa depannya. Semua orang juga mengatakan jika wanita yang pantas dengannya bukan aku tapi wanita itu, jadi aku tidak akan bermimpi terlalu tinggi lagi."     

Sinta terus menatap ponselnya dengan pikiran yang entah kemana arahnya.     

hingga dari belakang ada tangan yang memeluknya dari belakang.     

Sinta terkejut dan berteriak "ahhhh ... kamu siapa?"     

Dengan refleks Sinta memukul pria itu.     

"awww .... sakit!!!" teriak orang itu dan suaranya adalah seorang pria, suara yang sangat dia kenal.     

Sinta menoleh ke belakang dan ternyata itu adalah Daffin.     

melihat Daffin mengusap kepalanya karena sakit.     

Sinta merasa sangat bersalah, dia mengusap kepala Daffin yang terkena pukulannya dan. berkata "aku ... aku minta maaf, apakah ini sakit?"     

Daffin mengangguk dan memasang ekspresi sedih.     

"sangat sakit! sayang, pukulan kamu sangat menyakiti aku!" ucap Daffin sambil mengusap kepalanya.     

Sinta berbalik dan membantu mengusap nya.     

"ini ya yang sakit?" tanya Sinta sambil meniup kepala Daffin.     

Daffin menahan senyumnya, karena Sinta masih sangat perhatian padanya.     

Dia sengaja berbohong jika itu sakit, padahal untuknya itu tidak ada rasanya sama sekali.     

"iya, ini sangat sakit! sayang kamu kenapa pergi?" tanya Daffin dengan tatapan sedihnya.     

Sinta memalingkan wajahnya dan menawan "aku tidak apa-apa, aku hanya ingin pergi saja!"     

Daffin melepaskan pelukannya dan duduk disamping Sinta, dia mengulurkan tangannya dan merangkul bahu Sinta.     

"kamu marah ya?"     

"tidak! aku tidak marah, bukankah aku sudah mengatakan jika aku tidak marah," ucap Sinta, dia tersenyum dengan terpaksa.     

Daffin melihat senyum palsu Sinta, bukannya senang tapi hatinya semakin sakit. Karena Sinta menyembunyikan amarahnya demi membahagiakan dirinya.     

Daffin menatap Sinta dengan tatapan sedih.     

"sayang, lebih baik kamu katakan sejujurnya jangan berbohong lagi, kamu marah kan sama aku? ayo katakan! kalau kamu marah tunjukkan saja semuanya, kamu berteriak, maki aku, bahkan bila perlu kamu pukul aku, aku lebih suka kamu seperti itu, daripada kamu yang seperti ini," ucap Daffin, dia meraih tangan Sinta dan menempelkannya tepat di pipinya.     

"ayo, kamu pukul aku, tampar aku sepuasnya, jangan tahan lagi, aku siap menerima hukuman kamu, asalkan kamu tidak memendamnya lagi! sayang, hati aku sangat sakit melihat kamu seperti ini. aku ... aku benar-benar sangat sedih jika kamu seperti ini!"     

mendengar ucapan Daffin, Sinta menarik tangannya dan menghempaskannya.     

Sinta menunduk dan tidak berani menatap Daffin untuk saat ini.     

"aku baik-baik saja, kamu tidak perlu khawatir. aku tidak perlu melakukan hal itu padamu, aku hanya akan menjadi istri yang baik dan penurut seperti yang kamu inginkan. bukankah itu yang semua pria inginkan?" ucap Sinta.     

Daffin memeluk Sinta dengan erat, Sinta terkejut karena itu sangatlah mendadak apalagi ini di tempat umum, Sinta merasa sangat malu.     

"tolong, lepaskan aku! disini tempat umum, nanti kalau ada orang lain yang melihat bagaimana?" ucap Sinta, dia mencoba melepaskan diri tapi Daffin memeluknya sangat kencang.     

"biarkan saja orang lain melihat, kamu istriku terserah aku mau berbuat apa dengan kamu, kita sudah sah dan tidak akan ada yang berani memarahi kita!" ucap Daffin, dia memeluk Sinta lebih erat lagi dan tidak peduli dengan siapapun karena yang dia pedulikan saat ini adalah Sinta tidak pergi meninggalkannya lagi, Daffin tidak ingin kehilangan Sinta apapun terjadi.     

" sayang, apakah urat malu kamu sudah putus? ini tempat umum walaupun kita suami istri tapi tetap saja memalukan, ayolah lepaskan aku, aku mohon!" pinta Sinta, dia sebenarnya enggan dipeluk Daffin karena didalam pikiran Sinta Daffin pasti habis memeluk Laura dan dia tidak suka dipeluk dengan bau bekas wanita lain.     

Daffin malah mengangkat tubuh Sinta dan menggendongnya.     

"ahhh, apa ini? sayang, cepat turunkan aku! ini ... ini benar-benar sangat memalukan!" ucap Sinta, dia menutup wajahnya dan takut ada orang lain ada yang mengenalnya.     

Daffin tersenyum dan berbisik "diam dulu sayang, bukankah tadi kamu malu jika aku memeluk kamu disini! jadi lebih baik kita bicara di tempat lain, bagaimana?" bisik Daffin sambil mengedipkan mata genitnya.     

Sinta tidak bisa melawan lagi, dia mengangguk dan mengikuti apa yang Daffin katakan.     

Sinta menyembunyikan wajahnya sementara Daffin menggendongnya hingga tempat dimana dia menyimpan mobilnya.     

Daffin membuka pintu mobilnya dan menaruh Sinta secara perlahan.     

Setelah selesai Daffin menutup pintu mobilnya dan berjalan masuk dan duduk di kursi kemudi.     

Daffin menyalakan mesin mobil namun sebelumnya dia pergi, dia mengambil ponselnya dan menghubungi kakek Wijaya.     

drrrtt ... drrrtt ...     

kakek Wijaya yang sudah sangat khawatir dan pikirannya penuh dengan ketakutan, dia takut terjadi sesuatu dengan Sinta.     

Kakek Wijaya pun terkejut saat mendengar ponselnya berbunyi dan saat melihat ID panggilannya adalah dari Daffin, kakek Wijaya yang sedang sedih langsung bersemangat kembali, dia menekan tombol 'ok' dan memulai panggilannya.     

"halo?"     

mendengar suara kakeknya, Daffin langsung menjawab "halo kakek, aku sudah menemukan Sinta, kakek tidak perlu khawatir lagi, dia baik-baik saja dengan aku!"     

kakek Wijaya menghela nafas lega karena Sinta akhirnya ditemukan oleh Daffin.     

"syukurlah, kakek sekarang lebih tenang, daff bawa Sinta kemari, biarkan Sinta dengan kakek dan kamu? kamu kakek hukum tidak boleh menemuinya bahkan kamu tidak boleh tidur dengannya!" ucap kakek Wijaya dengan nada kesal.     

Daffin menyeringai dan tentunya dia tidak akan menuruti apa yang kakeknya katakan.     

karena dia masih belum menyelesaikan masalahnya dengan Sinta.     

Sinta masih menahan amarahnya dan berusaha menutupinya didepannya dan Daffin masih sangat kesal dengan itu semua.     

"tidak kakek, ini urusan kami berdua, biarkan kami menyelesaikannya dan malam ini, aku akan membawa Sinta pulang ke rumah kami! jadi, kakek lebih baik istirahat yang cukup dan nikmati keindahan masa tua kakek," ucap Daffin sambil memutuskan sambungan teleponnya.     

Tut ... Tut .. Tut ...     

kakek Wijaya terkejut dan berteriak "sialan kamu Daff! aduh, apa yang akan dia lakukan? mudah-mudahan dia tidak menakuti Sinta. Awas saja kalau Sinta ketakutan, si daff aku cincang dia!" umpat kakek Wijaya dengan nada kesal namun dia tersenyum senang karena Sinta sudah di temukan dan mau menemui Daffin juga, jadi kesimpulannya adalah hubungan mereka baik-baik saja.     

kakek Wijaya pun tersenyum senang dan dia akhirnya merasa lega jika hubungan mereka ternyata baik-baik saja.     

Kakek Wijaya akhirnya menyantap makanannya dengan tenang karena tadi dia tidak memiliki nafsu makan sama sekali karena semua pikirannya sudah dipenuhi oleh rasa takut, takut Sinta kembali dengan Jeffery dan bercerai dengan Daffin dan kakek Wijaya tidak menginginkannya, karena cucu menantu yang paling dia inginkan hanyalah Sinta bukan wanita yang lainnya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.