My Husband from My First Love

penyakit Aksan (2)



penyakit Aksan (2)

2Ternyata yang membuka pintu adalah Daffin.      0

Dia berjalan mendekati Sinta dan tersenyum kepadanya dan saat melihat kearah Aksan, Daffin terlihat sangat serius sekali.     

Sinta meraih tangan Daffin dan bertanya, "Apa kata dokter?" Tanya Sinta dengan tatapan seriusnya.     

Daffin menghela nafas pendek dan menyerahkan surat-surat hasil pemeriksaan Aksan kepadanya.     

"Kamu bisa membacanya sendiri sayang, ini mungkin kabar yang kurang baik untuknya," ucap Daffin. Dia tidak mau bicara lebih banyak lagi.     

Sinta mengambilnya dan langsung mengeluarkan surat-surat itu dari dalam amplop coklat.     

Sinta membaca semua kertas-kertas itu dan dia merasa sangat terkejut, karena Aksan memiliki penyakit yang lumayan serius.     

Aksan mengerenyitkan dahinya. Karena dia juga merasa sangat penasaran dengan isi kertas itu.     

Dia benar-benar tidak tahu jika dirinya sedang mengisap penyakit yang lumayan mengerikan.     

"Sinta, bolehkah aku melihatnya?" Ucap Aksan, dia mengulurkan tangannya dan meminta berkas-berkas itu.     

Sinta menyerahkan nya dan dia menoleh kearah Daffin. Daffin menatap Sinta dan hanya bisa mengangguk setuju jika isi dari berkas itu adalah benar ada nya.     

Aksan mulai membacanya dan dia pun merasa terkejut, dia tidak menyangka jika dia memiliki penyakit semacam itu. Penyakit yang sangat serius.     

"Ini, ini apakah aku benar-benar mengidap penyakit ini Daff?" Tanya Aksan, dia merasa seluruh tubuhnya menjadi lemas karena dia masih tidak percaya jika di umurnya masih muda harus mengidap penyakit kanker hati stadium dua.     

Daffin mengangguk dan dia pun menjawab, "iya dan semua itu adalah kebenarannya. Aksan, kamu harus merawat diri kamu mulai sekarang."     

Mendengar ucapan Daffin, Aksan mengerti dan dia hanya tersenyum sambil memegang kertas itu.     

"Kamu benar Daff, aku selama ini telah menyia-nyiakan kesehatan aku, hahahaha … aku menyiksa diriku demi memberi pelajaran untuk Laura dan sekarang aku sudah mendapatkan hasilnya," ucap Aksan. Dia merasa jika dirinya sangatlah bodoh. Dia menyiksa dirinya terus menerus dengan cara sering pergi ke club' malam dan disana menghabiskan waktu untuk minum-minuman keras dan dia juga sering berganti-ganti wanita. Dia melakukan itu untuk membuat Laura kesal dan marah kepadanya.     

Daffin menaikkan alisnya. Dia melihat jika Aksan sangat menderita. Dia seorang pria jadi sedikitnya dia bisa memahami perasaan pria yang seperti Aksan.     

"Kamu jangan putus asa, aku yakin kalau kamu pasti sembuh," ucap Daffin. Dia merasa sangat iba mihat keadaan Aksan saat ini.     

"Terima kasih Daff, kamu sudah memberikan aku semangat dan aku minta maaf tentang masa lalu kita. Aku … aku, aku sudah banyak berdosa sama kamu Daff, aku minta maaf!" Ucap Aksan. Dia mencoba bangun dan langsung meraih tangan Daffin.     

Daffin merasa sangat terkejut tapi dia juga tidak bisa berbuat apa-apa.     

Dia hanya bisa mengangguk dan mencoba untuk membuka hatinya dan menerima permintaan maaf Aksan yang sebenarnya Daffin sangat sulit memaafkannya.     

"Aku sudah memaafkan kamu dan kamu jangan merasa bersalah lagi padaku. Aku sudah mengikhlaskan semuanya dan aku bersyukur karena Tuhan sudah memberikan aku wanita paling terbaik di dunia ini, jadi harusnya aku berterima kasih padamu karena aku tidak menikah dengan Laura," ucap Daffin.     

Aksan yang sedih langsung tertawa sendiri.     

"Hahaha … iya, kamu yang beruntung dan aku, aku yang terkena sialnya," ucap Aksan. Dia langsung menutup mulutnya.     

Daffin yang awalnya serius berubah ekspresi, dia pun ikut tertawa dengan Aksan.     

"Itulah resiko kamu, karena sudah mendapatkannya terlebih dahulu, jadi terimalah akibatnya sekarang," ucap Daffin dia tertawa sambil menepuk pelan bahu Aksan.     

Tanpa sadar mereka pun akhirnya berteman.     

Sinta meninggalkan keduanya dan ingin menemani Aisyah yang sedang duduk tepat didepan pintu kamar itu.     

Saat Sinta hendak keluar Aksan pun memanggilnya.     

"Sinta! Kamu mau kemana?" Panggil Aksan.     

Sinta langsung menoleh dan melihat kearah keduanya.     

"Aku mau keluar dulu, kalian berdua mengobrol dulu saja ya!" Jawab Sinta, dia tertawa canggung dan hendak melangkah pergi lagi.     

"Sayang, kamu mau meninggalkan aku sendirian dengannya?" Ucap Daffin, dia langsung bicara saat melihat Sinta hendak melangkah lagi.     

"Ehh … bukan begitu, aku … aku, aku hanya tidak mau mengganggu kalian saja. Tapi kalau kamu tidak mengizinkan aku pergi, aku akan tetap disini," ucap Sinta, dia menutup pintunya kembali dan berjalan mendekati Daffin.     

Aksan tersenyum saat melihat Sinta berjalan mendekatinya tapi Daffin langsung menatapnya dengan tatapan penuh ancaman.     

"Eeehhhmmm … kamu sangat menakutkan Daffin. Kamu tenang saja, aku tidak tertarik dengan Sinta karena Sinta adalah adikku, benarkan Sinta?" Ucap Aksan, dia melihat kearah Sinta sambil tersenyum kepadanya.     

Sinta sudah berada berada diantara keduanya hanya bisa tersenyum canggung karena dia takut jika Daffin marah padanya.     

Daffin menarik pinggang Sinta dan membuatnya jatuh ke dalam pelukannya.     

"Jangan macam-macam kamu, dia istriku dan aku tidak akan membiarkan satu pria pun mendekatinya. Termasuk juga kamu!" Ucap Daffin. Dia mulai merasa cemburu lagi.     

Aksan menggelengkan kepalanya sambil tertawa sendiri.     

"Sangat! Sangat protektif, tapi baguslah. Kamu mau mau menjaga istri kamu dengan baik, jaga dia dengan baik jangan seperti aku. Suami yang tidak berguna, bahkan mendidik istri sendiri pun tidak bisa," ucap Aksan. Dia merasa sudah gagal menjadi seorang suami dan kepala rumah tangga untuk keluarganya sendiri.     

Sinta merasa sangat kasihan kepada Aksan. Dia melihat jika Aksan juga sangat menderita dengan rumah tangganya yang terbilang tidak sehat sama sekali.     

"Aksan, kamu jangan bersedih. Kamu kan sudah berusaha semampunya jadi jangan menyalahkan diri kamu lagi, sekarang lebih baik kamu fokus untuk menyembuhkan penyakit kamu ini. Kamu harus menjaga kesehatan kamu karena kesehatan jauh lebih penting dari segalanya," ucap Sinta.     

Aksan mengangguk setuju, karena ucapan Sinta adalah benar adanya.     

"Kamu benar Sinta, aku harus menghargai diri aku sendiri dan kesehatan aku memang paling penting. Terima kasih karena sudah mengingatkan aku," ucap Aksan. Dia tersenyum kearah Sinta.     

Aksan menatap Sinta semakin dalam dan dia melihat jika Sinta benar-benar mirip dengan gadis kecil yang selalu memanggilnya kak Sansan.     

Daffin melihat tatapan Aksan yang tidak biasa kerah Sinta dan dia langsung berdehem.     

"Ehhemm … apakah kamu sudah selesai menatapnya?" Tanya Daffin dengan tatapan mengerikan.     

Aksan langsung terkejut dan dia pun kembali tertawa.     

"Sial! Kamu sangat menakutkan Daff, aku tidak mungkin berani memikirkan hal-hal nakal tentang istri kamu juga kan, tapi sepertinya aku sudah memikirkan sesuatu," ucap Aksan sambil menutup mulutnya dengan kedua telapak tangannya. Dia tertawa dan berusaha menahannya.     

Sinta juga ikut tertawa tapi dia hanya bisa tertawa dengan suara kecil karena Daffin sudah menatapnya kali ini.     

"Sayang, kamu mendukung dia?" Tanya Daffin dengan nada kesal.     

"Ti … tidak sayang, aku tidak mungkin mendukung dia. Kamu jangan salah faham," ucap Sinta tapi dia masih ingin tertawa.     

Daffin menghela nafas pendek dan dia tidak ingin bicara lagi.     

Aksan menghentikan tawanya dan bertanya, "Sinta aku ingin menanyakan sesuatu. Tadi aku ingin bicara tapi Daffin terlanjur datang. Jadi aku gagal untuk mengatakannya," ucap Aksan. Kini dia terlihat serius dan menatap kearah Sinta.     

note : untuk readers di apl kuning. Aku mau kasih pengumuman story' yang judulnya "Journey of Love" aku hentikan dan Aku pindahin kesini. ( Bambang Juna guys, hehehe)     

selanjutnya akan rutin up di webnovel dengan judul "My wonderful Husband"     

aku berhenti disana dan akan fokus disini dan di ungu aja.     

terima kasih untuk perhatiannya.     

( salam cinta dari aku)     

Dhini_218     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.