My Husband from My First Love

Pengejaran



Pengejaran

0Di dalam mobil.     
0

Aksan masih berusaha mengulur waktu sampai bantuan untuk mereka pun datang.     

"Sinta, kamu tidak apa-apa kan?" Tanya Aksan, dia masih fokus menyetir dan mencari jalan yang ramai agar para penjahat itu tidak berani menyakiti mereka berdua.     

Sinta yang ketakutan pun hanya menganggukkan kepalanya dan dia tidak berani mengatakan apapun. Bibirnya bergetar hebat.     

Aksan mengerti jika Sinta pasti ketakutan jadi dia akan berusaha sekuat tenaga untuk melindungi Sinta walaupun dia juga belum mengetahui jika yang mengejar dia menargetkan siapa.     

Entah dia atau pun Sinta karena Sinta adalah istrinya Daffin Narendra dan Daffin bukanlah orang biasa.     

Pasti akan banyak orang yang mengincar Sinta karena Sinta bisa dijadikan sebagai senjata ampun untung menggulingkan kekuasaan seorang Daffin Narendra.     

Namun, Aksan tidak mengetahui jika orang-orang yang mengejarnya saat ini tidak ada hubungannya dengan Daffin atau pun dirinya. Karena target utamanya adalah Sinta itu sendiri.     

Mobil Aksan pun terus melaju hingga akhirnya dia menemukan tempat ramai dan sang pengejar dibelakang tidak bisa berbuat lebih banyak karena banyak orang yang akan menjadi saksi dari kejahatan mereka.     

Di dalam mobilnya, para preman itu pun mengumpat kesal.     

"Sialan! Kenapa dia masuk ke tempat yang ramai seperti ini! Bagaimana caranya kita menangkap wanita itu!" Teriak pria berbadan besar yang dipanggil bos oleh rekan-rekannya disana.     

Mobil pun melambat dan mereka kesulitan mengejar karena mobil Aksan sudah menghilang begitu saja.     

"Hey, kenapa kamu tidak mengejar dia lagi?" Teriak pria itu dan memukul kepala salah satu rekannya yang kini sedang menyetir mobil yang mereka tumpangi.     

"A … ampun bos! Mobil mereka menghilang. Orang yang mengemudi mobil itu, terlalu hebat. Saya tidak bisa mengejarnya!" Jawab pria dengan suara gagap. Dia tahu jika bos nya akan segera marah sebentar lagi dan benar saja. Dia langsung berteriak lagi.     

"Bodoh! Kenapa kita bisa kehilangan jejaknya! Arghhh … sialan!" Teriak pria itu, dia sekarang merasa bingung harus berbuat apa. Karena jika dia ditanya kembali oleh nyonya Vivian dan menceritakan semuanya. Dia pasti habis kena makian dan juga uang yang sudah dia dapatkan akan diambil kembali.     

Pria itu pun mengacak-acak rambutnya dan melihat kearah rekannya yang sedang menyetir.     

"Coba kita cari mereka lagi, saya tidak mau tahu. Kita harus menemukan mereka!" Ucap pria itu dengan nada memerintah.     

Rekannya yang sedang menyetir pun menganggukkan kepalanya dan dia pun langsung memacu mobilnya lebih cepat dan kembali mencari mobil Aksan yang kini sedang menepi disebuah pasar yang tidak jauh dari tempat para preman itu mencarinya saat ini.     

***     

Di tempat lain.     

Mobil Aksan pun berhenti di parkiran pasar tradisional yang ada di daerah itu.     

Sinta menghela nafas lega dan matanya masih melihat kearah belakang untuk memeriksa jika mereka benar-benar sudah tidak dikejar lagi.     

"Huft ... Syukurlah kak, kita tidak dikejar lagi olehnya. Tadi itu. Sangat menakutkan sekali kak," ucap Sinta dengan nada suara yang masih terdengar gemetar.     

Aksan melihat kearah Sinta dan tersenyum kepadanya.     

"Mereka masih jauh dibawah level kakak. Jadi mereka belum bisa mengalahkan kakak kamu yang tampan ini, hehehehe …," ucap Aksan. Dia tertawa sangat keras.     

Sinta juga ikut tertawa bersama Aksan.     

"Hahahaha … kakak kamu memang hebat. Aku merasa sangat bangga sekali memiliki kakak seperti kamu kak," ucap Sinta. Rasa takut dan gelisahnya pun menghilang.     

Aksan mengambil ponselnya dan dia mendapatkan satu pesan dari temannya yang tadi sempat dia meminta bantuannya.     

Aksan membalas pesan itu dan memberikan nomor plat mobil yang mengejarnya.     

Ting …     

Pesan pun terkirim dan Aksan memasukkan ponselnya ke dalam saku celananya.     

Dia melihat kearah Sinta dan tersenyum kepadanya.     

"Sinta, kita turun dulu dari sini. Kakak takut jika mereka akan menemui kita disini dan lebih baik, kita menggunakan penyamaran agar mereka tidak mengenali kita. Bagaimana Sinta? Kamu mau kan melakukan penyamaran ini bersama kakak?ini … ini, ini hanya sebentar dan setelah mereka tertangkap kita bisa melepaskannya," Tanya Aksan. Dia melakukan ini semua demi keamanan dirinya dan juga Sinta. Karena hanya cara ini saja yang bisa dia lakukan untuk sementara ini.     

Sinta pun menganggukkan kepalanya dan dia pun langsung menyetujuinya.     

"Baiklah kakak, aku mau kak. Ayolah, kita beli sesuatu didalam sana untuk penyamaran kita," ucap Sinta. Dia langsung membuka pintu mobil dan keluar dari mobil itu secepatnya.     

Aksan tersenyum senang dan dia juga langsung keluar dari dalam mobil.     

Aksan datang dan langsung menghampiri Sinta dan mereka berdua pun masuk ke dalam pasar.     

Di belakang.     

Para preman itu pun melihat mobil Aksan dan mereka langsung menghentikan mobilnya tepat disebelah mobil Aksan.     

Mereka melihat jika mobil itu ternyata sudah kosong.     

"Sial! Kemana perginya dia?!" Umpat pria yang disebut bos oleh rekan-rekannya.     

Saat dia sedang mengumpat dari belakang. Datang beberapa orang yang berseragam polisi.     

Mereka pun merasa terkejut.     

"I … ini, ada apa bos!" Ucap salah satu rekan preman itu.     

Si pria yang dipanggil bos pun tidak tahu harus berbuat apa, karena mereka ternyata sudah dikepung oleh pihak berwajib.     

Pria tampan yang memakai seragam polisi pun maju dan dia segera memberi perintah kepada anak buahnya.     

"Tangkap mereka!" Ucap pria itu dengan suara tegas.     

Dengan secepatnya, preman-preman itu pun akhirnya ditangkap dan secepatnya mereka dibawa masuk ke dalam mobil.     

Pria tampan itu pun mengambil ponselnya dan menghubungi Aksan.     

Drrrttt … drrttt … drrttt .…     

Ponsel Aksan pun berbunyi dan saat ini Aksan sedang berjalan bersama Sinta di dalam pasar.     

Merasakan ponselnya bergetar didalam saku celananya. Aksan pun mengambilnya dan melihat ID ponselnya.     

Aksan pun tersenyum lalu menekan tombol 'ok' dan menjawabnya, "Halo, bagaimana? Apakah mereka sudah kamu dapatkan?"     

Pria tampan yang memakai seragam polisi pun tersenyum dan dia pun menjawabnya, "Tentu saja! Aku sudah menangkap mereka. Kamu dimana Ak? Aku menunggu kamu di dekat mobil kamu sekarang," ucap pria tampan itu dan ternyata dia bernama Arnold. Teman Aksan sejak mereka SMU.     

Aksan tersenyum cerah karena dia tidak perlu menggunakan penyamaran dan kini dirinya dan juga Sinta telah aman.     

"Bagus! Ar, kamu memang hebat. Baiklah! Aku akan menyusul kamu kesana, tunggu disitu dan jangan kemana-mana," ucap Aksan. Dia langsung mengakhiri panggilan itu dan langsung memasukkan kembali ponselnya ke dalam saku celananya.     

Aksan melihat kearah Sinta yang sedang memilih topi berwarna merah muda dan itu terlihat sangat manis.     

Aksan tersenyum dan berkata, "Sinta. Penjahat itu sudah ditangkap. Ayo kita pergi dari sini."     

Sinta pun menoleh dan melihat kearah Aksan.     

"Benarkah kak! Syukurlah kalau begitu, jadi kita tidak perlu melakukan penyamaran lagi," ucap Sinta. Dia pun menaruh topi itu dan tidak jadi membelinya.     

Sinta pun pergi mengikuti Aksan tapi Aksan menyuruhnya untuk berjalan terlebih dahulu karena Aksan diam-diam membeli topi yang tadi Sinta pegang. Aksan membayarnya dan setelah itu, dia langsung mengejar Sinta yang mulai jauh dari dirinya saat ini.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.