My Husband from My First Love

tugas menjadi pelayan.



tugas menjadi pelayan.

0tok' tok' tok'     
0

Sinta mengetuk pintu itu dengan perasaan sedikit gugup, Sinta terus menenangkan dirinya.     

krekkk ...     

pintu pun terbuka, Bu Ratna melihat kearah Sinta dan berkata "ayo, masuk Sinta!"     

Sinta mengangguk dan dia pun masuk mengikuti Bu Ratna dari belakang.     

Bu Ratna membalikkan tubuhnya dan melihat kearah Sinta.     

"Sinta, kamu duduk dulu ya!"     

Sinta mengangguk dan dia pun duduk di kursi tepat didepan meja kerja Bu Ratna.     

Bu Ratna pun duduk didepan Sinta dan menatapnya dengan tatapan yang sangat rumit, dia ingin mengatakannya tapi dia sangat ragu, tidak mengatakannya dia pasti akan terkena marah oleh bosnya yaitu Mark Alexander.     

Sinta hanya diam dan menunggu apa yang akan dikatakan oleh Bu Ratna.     

Bu Ratna masih mengamati Sinta dan dia pun menghela nafas pendek.     

"Sinta, ada tugas untuk kamu, tapi kamu tidak bisa menolaknya karena tugas ini langsung dari bos besar," ucap Bu Ratna, dia menghentikan ucapannya.     

"iya bu, tapi tugas apa itu? apakah sangat penting?" ucap Sinta dengan tatapan bingungnya.     

"Sinta, ini diluar dari jam kerja kita tapi bos menjanjikan gaji untuy kamu, karena mereka membutuhkan bantuan tambahan untuk menjadi pelayan di acara pertunangan bos Jeffery, jadi kamu diminta untuk menjadi pelayan disana, acaranya hari Sabtu malam minggu ini pukul tujuh, tapi kamu harus datang sekitar pukul lima sore untuk membantu yang lainnya. Sinta! apakah kamu siap? tugas ini tidak bisa kamu tolak karena ini adalah tugas langsung dari bos besar,' ucap Bu Ratna sambil menatap kearah Sinta.     

deg ...     

detak jantung Sinta berdetak dengan cepat, hatinya kembali sakit, dia harus menjadi pelayan diacara pertunangan pria yang dia pernah cintai dengan wanita lain, Bahkan bukan sebagai tamu undangan tapi sebagai pelayan.     

Sinta menunduk, dia merasakan hatinya sangat sakit rasanya ada batu besar yang menindih hatinya dan sangat sulit untuk melepaskannya.     

bibir Sinta bergetar, dia ingin menangis saat ini, namun Sinta masih menahannya karena masih ada didalam ruangan Bu Ratna jadi Sinta harus menahannya.     

Sinta berusaha menguatkan hatinya, dia mengangkat wajahnya dan berusaha untuk tersenyum.     

"baik bu, saya akan datang. hari Sabtu sekarang kan? berarti 3 hari lagi?" ucap Sinta dia masih menahan senyumannya walaupun hatinya benar-benar sudah sangat sakit padahal baru saja hanya membayangkannya saja.     

"iya Sinta, saya berharap kamu bisa datang, nanti saya juga datang kesana untuk membantu kamu!" ucap Bu Ratna sambil menggenggam erat tangan Sinta, Bu Ratna tahu jika Sinta Gadis yang baik dan juga sangat polos, itu acara besar dan akan banyak orang kaya yang datang, jadi dia harus membantu Sinta agar tidak membuat kesalahan nanti disana.     

Sinta masih tersenyum dan menjawab "terima kasih Bu, sudah mau membantu saya,"     

"iya, baiklah Sinta kamu boleh kembali bekerja lagi, terima kasih karena tidak menolak perintah ini!" ucap Bu Ratna sambil tersenyum.     

Sinta mengangguk dan menajwab "iya Bu, sama-sama. saya pamit dulu ya B     

bu!"     

Sinta melepaskan tangan Bu Ratna, dia bangun dari tempat duduknya dan pergi meninggalkan ruangan itu.     

Sinta tidak bisa menahan air matanya, dia berlari dan masuk ke toilet.     

dia mengunci pintu dan menangis tanpa suara.     

hanya ada suara Isak yang terdengar.     

hati Sinta sakit dan ini jauh lebih dari sakit.     

Dia sudah benar-benar sangat terhina saat ini.     

"hiks ... hiks ... hiks ..., Tuhan aku tahu, aku memang tidak ditakdirkan dengannya, aku sudah mulai bisa melepaskannya tapi, kenapa harus dengan seperti ini, apakah aku serendah ini sehingga mereka bisa berbuat seenaknya padaku! hiks ... hiks, kenapa orang kaya selalu menganggap remeh aku, kenapa! aku memang miskin tapi aku juga manusia, kenapa? kenapa ya tuhan, apakah aku tidak layak untuk bahagia!" Sinta terus menangis, dia tidak bisa menahan beban berat dihatinya.     

neneknya sakit, orang yang paling dia cintai harus bertunangan dengan wanita lain dan dia sendiri yang harus melayaninya nanti, menikah dengan pria asing dan harus menjadi seperti wanita murahan yang hanya demi uang dia harus berubah menjadi wanita genit, Sinta merasa dirinya sudah tidak ada harganya sama sekali saat ini.     

walaupun Daffin bersikap sangat baik padanya, untuk Sinta itu lebih menyakitkan, karena dia tidak ingin terjerat cinta pria kaya lagi, dia hanya menganggap pernikahan ini hanya sebuah perjanjian diatas kontrak dan hanya saling membutuhkan tidak ada cinta dan yang ada hanya nafsu dan saling membutuhkan.     

Sinta terus menangis dan mengingat semuanya, hidupnya menjadi hancur seperti ini.     

setelah menangis dan menumpahkan semua rasa sakit yang mengganjal hatinya, Sinta pun merasa jauh lebih baik.     

dia menghapus air matanya dan segera keluar dari tempat itu.     

Sinta kembali bekerja tanpa bicara satu patah pun, wajahnya murung dsn tidak ada rona bahagia dalam ekspresinya.     

Aisyah mendekati Sinta dan bertanya.     

"sin, kamu baik-baik saja kan?"     

Sinta yang muram hanya mengangguk dan pergi meninggalkan Aisyah, dia tidak ingin bicara dengan siapapun. jika bicara Sinta takut menangis lagi, dia sedang menahan Airi matanya dan berusaha memendamnya sendiri.     

Aisyah merasa bingung, tadi dia masih tersenyum ceria sebelum masuk ke ruangan Bu Ratna tapi? kenapa setelah itu, Sinta berubah menjadi muram, Aisyah merasa curiga jika Sinta mendapat hukuman dari nyonya Vivian yang seperti nenek sihir itu.     

Aisyah mengepalkan tangannya, dia merasa sangat emosi jika benar itu adalah rencana dia.     

Aisyah menatap punggung Sinta yang berjalan mulai menjauhi dirinya.     

Aisyah tahu jika Sinta tidak bisa melupakan Jeffery dalam waktu singkat, hubungannya selama dua tahun bersama dan saat Jeffery meninggalkannya selama 3 tahun, Sinta masih saja menunggunya, kalau bukan karena cinta tidak mungkin dia melakukan hal itu.     

Sinta sangat cantik, banyak pria yang menyukainya tapi demi jeffery dia rela menolak semua pria yang menyukainya.     

Aisyah menghela nafas pendek dan berkata "Sinta, kamu sudah menikah dengan pria yang jauh lebih baik dari Jeffery tapi kenapa kamu masih mengingatnya? huft, sangat sulit jika hati sudah terhubung dengan namanya cinta! hahh ... sepertinya aku butuh bantuan suami Sinta, untuk bisa membuat Sinta benar-benar melupakan si brengsek itu! Tapi, apakah suami Sinta mengetahui hubungan Sinta dan Jeffery? tentang perasaan Sinta pada Jeffery? ahhh ... jika dia tidak mengetahuinya, aku takut dia menyakiti Sinta! apalagi pria kaya dan setampan dia, dia pasti lebih brengsek daripada si Jeffery itu! duh Sinta, kenapa kamu harus terlibat lagi dengan pria kaya! pria kaya selalu kejam padamu sin!" ucap Aisyah, dia berbicara sendiri, dia merasa ikut kesal karena sahabatnya juga tersakiti.     

Aisyah menepuk dahinya dan berkata "baiklah, aku harus mencari tahu tentang pria itu! pria itu kenapa mau menikah dengan Sinta dan Sinta kenapa mau menikah dengannya? ini sangat mencurigakan dan kenapa Sinta juga mau menerimanya.     

Aisyah terus berpikir dan dia akhirnya menyerah karena pemikirannya tidak sampai.     

Aisyah pun menghela nafas pendek dan dia pun berusaha untuk tidak memikirkannya saat ini, dia kembali bekerja menyelesaikan pekerjaan miliknya.     

tanpa terasa waktu pun sudah memasuki waktu sore hari.     

Pekerjaan Sinta pun selesai dan dia pun bersiap untuk pergi.     

Aisyah ingin bertanya tapi dia tahu jika Sinta sedang dalam suasana hati yang buruk, jadi dia mengurungkan niatnya.     

Aisyah mendekatinya dan berkata "sin, kamu mau pergi ke rumah sakit atau pulang ke rumah?"     

Sinta yang wajahnya sangat pucat dan matanya terlihat memerah, dia terlihat sangat menderita.     

"aku mau ke rumah sakit dulu, Ai aku minta maaf karena aku tadi mengacuhkan kamu, aku ... aku, tidak bermaksud seperti itu. Aku minta maaf ya Ai!" ucap Sinta, dia meraih tangan Aisyah dan menggenggamnya.     

"tidak apa-apa sin, aku mengerti keadaan kamu saat ini, jadi tadi kenapa Bu Ratna memanggil kamu?" ucap Aisyah dengan penasaran.     

Sinta menunduk, dia menjawab dengan suara lirih "aku ditugaskan menjadi pelayan di pesta pertunangan Jeffery!"     

Aisyah melotot, dia langsung menegang dan amarah langsung menyelimuti hatinya.     

"brengsek! apa-apaan ini! mereka benar-benar sudah gila! sialan pasti ini ulah dari nenek sihir itu! Sinta aku mohon jangan terima ini, mereka sengaja ingin menyakiti kamu sin!" ucap Aisyah dia menggenggam erat tangan Sinta.     

Sinta tersenyum getir.     

"tidak, aku tidak bisa menolaknya karena perintah ini tidak bisa ditolak dan juga nasib Bu Ratna ada ditangan aku, aku tahu jika aku menolak pasti Bu Ratna akan dipecat dari perusahaan ini. Ai, kamu tahu kan Bu Ratna membutuhkan pekerjaan ini untuk memenuhi kebutuhan keluarganya jadi aku tidak ingin mengorbankan dia," ucap Sinta, dia memiliki hati yang selalu mementingkan orang lain dan rela dirinya menderita demi kebahagiaan orang lain, itu lah Sinta yang membuat Aisyah kadang kesal padanya karena Sinta terlalu baik.     

Bahkan untuk marah pun dia sangat sulit, kecuali jika dia benar-benar sudah ditindas maka dia baru bisa melawan.     

Aisyah hanya menghela nafas pendek dan berkata "baiklah, itu terserah kamu saja! aku tidak bisa mengatakan apapun, kamu terlalu baik Sinta sayangnya orang-orang tidak mengetahui kebaikan kamu ini! ahhh, sudahlah orang baik dan miskin semacam kita pasti akan kalah oleh uang dan kekuasaan, hehehhe ...," ucap Aisyah, dia tersenyum getir saat melihat kearah Sinta.     

Sinta hanya diam karena dia tidak bisa menjawab apapun.     

setelah membereskan barang-barangnya, Sinta memakai tas nya dan pergi untuk absen pulang.     

setelah itu, dia pun langsung pulang dengan menaiki bus umum, walaupun hatinya hancur dan tidak memiliki semangat lagi, tapi dia harus kuat dan tegar demi kesembuhan neneknya, karena hanya neneknya lah yang dia miliki, demi neneknya Sinta rela melakukan apapun Asalkan neneknya bisa sembuh dan bisa berkumpul bersamanya kembali.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.