My Husband from My First Love

kamu dan dia?



kamu dan dia?

0Di dalam ruangan mewah yang bertuliskan ruangan presiden direktur.     
0

Duduk seorang pria tampan yang sibuk dengan setumpuk pekerjannya yang berada tepat didepannya saat ini.     

Daffin yang fokus dengan semua pekerjaannya tiba- tiba terkejut saat mendengar ketukan pintu dari luar.     

tok ... tok ... tok ...     

Daffin mengangkat wajahnya dan berteriak "masuk!"     

pintu pun terbuka Marco masuk dan tersenyum canggung.     

"bos, ada seseorang yang ingin bertemu dengan anda."     

Daffin menaruh berkas yang ada di tangannya dan melepaskan kaca mata nya.     

"Siapa?" tanya Daffin dengan suara dingin.     

Marco merasa ragu-ragu dan sebelum Marco mengatakannya, masuk seorang wanita yang berdandan sangat glamor dan juga memakai pakaiannya yang sangat terbuka, Marco menunduk dan berkata "ini bos tamu nya!" ucap Marco, dia mundur dan memasang tampan suram.     

Dia kesal dengan wanita itu, wanita itu telah mengaku-ngaku jika dia kekasih Daffin sedangkan Marco tahu dengan jelas jika Sinta adalah istri sah nya.     

entah mengapa Marco merasa kesal juga pada bosnya, Marco mengira jika bosnya telah berselingkuh dibelakang Sinta.     

Marco mengepalkan tangannya dan berkata didalam hatinya "bos, kalau kamu tidak bisa menjaga Sinta, lebih baik Sinta aku ambil lagi! dia tidak pantas disakiti oleh anda," ucap Marco, dia duduk di meja kerjanya, dia menahan amarahnya dan sesegera mungkin dia menghela nafas panjang.     

Melihat kehadiran Laura yang berpenampilan terlihat ingin menggodanya, Daffin hanya menaikkan alisnya, dia memandang Laura dengan tatapan jijik, bukannya tertarik malah muak melihat wajahnya.     

apalagi saat ini Laura berjalan dengan gaya seorang model diatas catwalk dan berjalan mendekati Daffin.     

Tidak ada rasa tertarik sama sekali dihati Daffin karena yang bisa membangkitkan hasrat didalam tubuhnya hanyalah Sinta dan tidak ada wanita lain yang bisa menyainginya Dihati Daffin.     

setelah sampai tepat didepan meja kerja Daffin, Laura tersenyum nakal dan berkata "hai daff, apa kabarnya? kamu sombong sekali ya sekarang?" ucap Laura dan tangan nakalnya menyentuh dasi Daffin dan menariknya, dia menatap Daffin dengan tatapan liarnya.     

Daffin menatap Laura dengan tatapan dingin, dia menepis tangannya dan berkata "untuk apa kamu kemari?"     

Laura tidak menyerah, Daffin dingin padanya tapi dia percaya diri jika Daffin akan tergoda olehnya, karena Daffin pria normal mana mungkin dia tidak tergoda oleh rayuannya.     

"daff, kamu kejam sekali padaku? bukankah kita dahulu saling mencintai, daff aku akan memberikan kamu semuanya, asalkan kita bisa kembali seperti dahulu!" ucap Laura, dia mengedipkan mata genitnya dan sengaja membungkukkan tubuhnya agar dia memperlihatkan kedua payud*ranya yang besar dan padat, untuk menggoda Daffin.     

Daffin tersenyum masam dan berkata "jangan bermimpi Laura, aku tidak akan pernah mau kembali dengan barang bekas orang lain dan satu lagi, aku sudah menikah dan istriku kamu juga tahukan wajah istriku bagaimana?" ucap Daffin dengan bangganya.     

Laura menggertakan giginya, dia terkejut jika Daffin sudah menikah dengan wanita yang ada di rumah sakit itu dan dia belum begitu jelas melihat wajahnya tapi dilihat dari postur tubuh dan kulitnya yang indah, wanita itu pasti sangat cantik.     

Laura terdiam sejenak dan dia pun menatap kearah Daffin dan tersenyum kembali "memangnya kenapa, jika kamu sudah menikah Daff. kamu bisa bercerai dengannya dan kita bisa kembali bersama seperti dulu, daff bukankah waktu itu kamu datang ingin mengajak aku untuk bertunangan kan? kita bisa melanjutkannya sekarang juga?" ucap Laura dengan nada tidak tahu malu.     

Daffin tertawa keras, dia seperti melihat lelucon yang tidak penting yang hanya membuang waktunya secara sia-sia.     

****     

Di rumah kakek Wijaya.     

Sinta yang baru saja selesai memasak, dia pun membungkusnya dengan tempat makan khusus bekal.     

dia tidak menghias dirinya, hanya mengikat rambutnya seperti kuncir kuda dan membawa ponsel dan tas kecil saja.     

hari ini dia memakai dres selutut berwarna hitam berhias renda putih, pakaian yang terlihat sederhana namun harganya sangat mahal.     

Sinta memakai flat shoes karena dia memang tidak terbiasa memakai sepatu berhak tinggi.     

Dandanan Sinta yang sederhana namun tidak menutupi kecantikan alaminya.     

Sinta pamit ke kakek Wijaya dan segera pergi ke kantor Daffin, karena dia tidak tahu dimana kantor Daffin, dia diantar oleh supir keluarga Narendra.     

Sinta tersenyum cerah karena dia sudah tidak sabar ingin memberikan bekal itu untuk Daffin dan ingin mendengar pujian dan kata-kata manis dari Daffin yang sering dia katakan padanya.     

di dalam mobil Sinta terus tersenyum tiada henti dan ingin secepatnya sampai.     

Tidak lama kemudian, Sinta pun sampai didepan gedung besar dan mewah dia sedikit terkejut karena kantor milik Daffin jauh lebih mewah dari pada kantor tempat dia bekerja yaitu perusahaan keluarga Alexander.     

Sinta pun turun dari mobil dan berjalan masuk, dia mendekati meja resepsionis dan disana berdiri wanita yang berdandan sangat mencolok. Dia tersenyum mengejek saat melihat Sinta mendekatinya.     

Dia melihat Sinta yang terlihat sederhana walaupun dia cantik tapi tidak terlihat seperti wanita kelas atas lebih terlihat seperti wanita biasa-biasa saja.     

Sinta tersenyum manis dan berkata "permisi Bu, saya ingin bertemu dengan pak Daffin, bisakah saya menemuinya?"     

resepsionis itu terkejut, tadi dia menerima wanita yang sangat cantik, glamor dan terlihat jika dia wanita dari kelas atas jadi jika dia mengaku kekasih bis nya sangatlah wajar. lalu melihat Sinta yang memang jauh lebih cantik darinya tapi melihat dandanannya membuat dia merasa jika wanita itu tidak ada hubungannya dengan bosnya.     

dengan tatapan meremehkan dia pun bertanya "pak Daffin sedang sibuk, apalagi saat ini ada kekasihnya didalam mungkin pak Daffin akan sibuk dan tidak akan mau diganggu!" ucap wanita itu, sambil memainkan kuku-kukunya yang di cat warna merah.     

Sinta terkejut saat mendengar jika Daffin sedang bersama wanita.     

entah mengapa hatinya tiba-tiba merasa sakit tapi dia masih penasaran wanita mana yang ada di ruangan Daffin saat ini.     

Sinta mempertahankan senyumannya dan berkata "saya ingin mengantarkan makanan ini, pak Daffin memesannya tadi pagi, jadi bolehkah saya ke ruangan dia untuk menemuinya?"     

wanita itu melirik kearah Sinta dengan nada mencemooh "kamu tidak pantas menemui bos, apalagi dengan tampilan kamu seperti itu, bos tidak mungkin mau melirik kamu, lebih baik berhenti menggoda bos, wanita yang ada bersama dengan bos jauh lebih pantas daripada kamu!" ucap wanita itu dengan nada menghina.     

deg ...     

jantung Sinta tiba-tiba berhenti berdetak, ucapan wanita itu sangat tajam dan mengingatkan jika dirinya memang tidak satu level dengan Daffin.     

Sinta menyadari posisi dia sebagai istri kontraknya jadi dia juga tidak bisa mengelak dari ucapan wanita itu.     

Sinta dia sejenak dan dari belakang supir yang mengantarnya datang menghampirinya.     

"nyonya muda, tas anda tertinggal!" ucap pak Herman dia adalah supir pribadi Wijaya Narendra.     

wanita itu terkejut saat mendengar pak Herman memanggil Sinta dengan panggilan nyonya muda.     

Sinta tersenyum dan berkata "terima kasih pak, sepertinya aku tidak bisa masuk, bapak saja yang memberikan ini ya, aku tunggu disini!" ucap Sinta sambil menyerahkan tas berisi kotak makan untuk Daffin.     

pak Herman tersenyum dan menjawab "nyonya muda kan istrinya bos muda, bos muda pasti sangat senang dengan kehadiran anda, ayo saya antar nyonya muda ke ruangannya!" ucap pak Herman dan dia menarik tangan Sinta untuk mengikutinya.     

wanita itu diam membatu dan keringat dingin mengalir didahinya.     

"ahhh, apa aku tadi tidak salah mendengar, dia itu? istrinya bos? lalu wanita tadi itu siapa? apakah bos berselingkuh? ahhhh ... mati aku, mati aku pasti dia melaporkannya pada bos dan aku? aku tidak mau dipecat!" ucap wanita itu dengan panik, dia menyesal karena sudah menghina wanita yang berpenampilan sederhana itu.     

Sinta dan pak Herman masuk ke dalam lift.     

entah mengapa hati Sinta merasa sangat tidak nyaman dan mengingat ucapan wanita resepsionis itu, dia memikirkan siapa wanita yang mengatakan jika dia adalah kekasihnya.     

Sinta mengelus dadanya dan berusaha menenangkan hatinya.     

Dia menghibur dirinya, karena jika itu terjadi tidak akan mengganggu hatinya karena Sinta meyakinkan dirinya jika dirinya tidak mencintai Daffin.     

ding ...     

pintu lift pun terbuka, pak Herman dan Sinta pun keluar dari dalam lift.     

mereka pun berjalan dan akhirnya menemukan ruangan yang bertuliskan "ruang presiden direktur"     

pak Herman tersenyum dan berkata "nyonya muda, ini ruangan bos muda silahkan anda bisa langsung masuk!" ucap pak Herman dan dia membantu membuka kan pintu.     

Sinta tersenyum dan saat melihat pemandangan didalam ruangan itu Sinta langsung terkejut dan tas makanan yang ada di tangannya terjatuh, untung pak Herman menangkapnya.     

Sinta melihat jika Daffin sedang memegang tangan Laura, padahal bukan Daffin yang memegangnya itu Laura yang sedang memohon untuk kembali dengan Daffin.     

karena posisi itu terlihat canggung Sinta menundukkan kepalanya dan hatinya benar-benar terasa sakit.     

"itu dia, itu dia! pada akhirnya Daffin akan kembali dengan Laura! Sinta jangan sedih, jangan sedih!" ucap Sinta didalam hatinya dan dia terus menyemangati hatinya.     

Daffin terkejut dan dia langsung melempar tangan Laura dengan kerasnya.     

Daffin melihat kearah Sinta dan berkata "sayang, kamu kesini?" ucap Daffin dengan wajah yang tegang, dia takut Sinta salah faham dan marah padanya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.