My Husband from My First Love

tindakan dan hati bertolak belakang



tindakan dan hati bertolak belakang

0Di dalam mobil.     
0

Sinta duduk diam tanpa bicara satu patah kata pun, dia masih tidak ingin melihat wajah Daffin, hatinya masih terasa tidak nyaman dan bayangan Daffin yang sedang berduaan bersama Laura tadi siang kembali terekam jelas didalam pikirannya saat ini.     

Sinta menggelengkan kepalanya berkali-kali dan bergumam didalam hatinya "jangan memikirkannya lagi Sinta, kamu harus bersikap biasa saja, jangan marah-marah dan tetap tenang!"     

Sinta menarik nafas panjang dan menghembuskannya secara perlahan-lahan dan itu membuat hatinya terasa jauh lebih baik.     

Daffin yang sedang menyetir menoleh kearah Sinta dan meliriknya, dia tidak menyukai keadaan ini, Daffin ingin Sinta tersenyum dan berbicara dengannya.     

Daffin tiba-tiba menepikan mobilnya ke bahu jalan dan segera menghentikannya.     

Sinta yang dalam keadaan melamun pun terkejut.     

"ada apa?" tanya Sinta namun dia tidak berani menatap wajah Daffin saat ini.     

Daffin melepaskan sabuk pengamannya dan mendekati Sinta.     

Daffin mengulurkan tangannya dan mencubit dagunya, memaksa Sinta untuk menatapnya saat ini.     

Sinta awalnya menolak tapi mengingat surat kontrak itu, dia melihat kearah Daffin.     

" ada apa, sayang?" tanya Sinta dan dia langsung memasang senyum palsunya.     

Daffin diam, dia menatap Sinta cukup lama dan melihat jika dari matanya terlihat ada emosi yang tersembunyi, Daffin tahu Sinta marah padanya tapi kenapa dia masih berpura-pura tidak marah padanya.     

"sayang, katakan sejujurnya padaku?" tanya Daffin, dia menatap Sinta dengan serius.     

Sinta mengangguk dan menjawab "apa sayang?"     

"kamu, kamu marah kan sama aku? ayo katakan sejujurnya? aku tahu kamu marah tapi kenapa kamu masih saja memendamnya, sayang bukankah aku sudah mengatakan jika kamu jangan berbohong padaku?" ucap Daffin, dia memegang tangan Sinta dan menaruh ke pipinya dan melanjutkan ucapannya "aku sedih, jika kamu seperti ini, aku ingin kamu jadi diri kamu sendiri, jika kamu kesal, ayo luapkan sekarang, aku siap menerimanya! untuk aku, ini jauh lebih menyiksa, aku mohon sayang, jangan seperti ini!" ucap Daffin, dia ingin Sinta marah dan mengatakan jika dia cemburu. Daffin hanya ingin mendengar itu dari mulut Sinta tapi Sinta tidak mengatakannya sama sekali.     

Sinta menggelengkan kepalanya, dia tidak mungkin marah pada Daffin, karena dia sadar dengan posisinya saat ini.     

"aku tidak akan marah dan untuk apa aku marah, jika kamu ingin bersama dia, aku tidak akan melarangnya kalau pun kamu memiliki banyak wanita aku pun tidak memiliki hak untuk melarang kamu, bukankah perjanjian kita mengatakan saling menghargai privasi kita satu sama lain, aku tidak ingin melanggar itu semua,"     

mendengar penjelasan Sinta bukan rasa senang yang Daffin rasakan tapi rasa sakit dihatinya.     

dia kesal, kenapa dia belum bisa mendapatkan hati Sinta, padahal dia sudah berusaha agar Sinta bisa mencintainya.     

Daffin tersenyum kecut, dia melepaskan tangan Sinta, dan langsung memalingkan wajahnya.     

"jadi itu alasan kamu, menahan amarah kamu, kamu pendam rasa sakit kamu sendiri? jadi kamu pikir dengan seperti akan menyelesaikan semua masalah?" tanya Daffin sambil memalingkan wajahnya, dia tidak ingin melihat wajah Sinta.     

Sinta mengangguk dan dia mengiyakan apa yang dikatakan Daffin barusan.     

"iya, bukankah istri yang baik, seperti itu?"     

"hahahaha, kamu bilang itu cara istri yang baik?" Daffin tertawa dan kembali melihat kearah Sinta, tertawa dengan ekspresi mengejek.     

"iya! hanya itu yang bisa aku lakukan, sayang! aku minta maaf tidak bisa lebih dari itu!"     

"hahaha, itu bukan istri yang baik, tahu tidak itu sikap macam apa?" tanya Daffin dan ekspresi wajahnya terlihat sangat mengerikan.     

Sinta menggigil ketakutan, dia menunduk dan tidak mau melihat wajah Daffin yang menakutkan.     

Daffin melanjutkan ucapannya "itu sikap istri yang tidak perduli dengan suaminya, Sinta kamu tidak peduli dengan aku kan? kamu hanya peduli dengan Jeffery kan dan tidak memikirkan perasaan aku?" ucap Daffin dengan nada tinggi.     

Sinta terkejut, dia tidak bermaksud seperti itu, dan Daffin malah menuduhnya dengan pemikirannya sendiri.     

Sinta menggelengkan kepalanya, di menatap Daffin yang wajahnya sudah sangat mengerikan.     

Sinta tidak ingin membahas ini lagi, awalnya dia akan membuka pintu mobil dan pergi meninggalkan Daffin sendiri, hatinya sudah terasa sangat rumit, dia butuh menjauh dari Daffin tapi mengingat jika dia masih memiliki banyak hutang Budi pada Daffin, dia tidak mungkin melakukan hal itu, apalagi Daffin sudah terlihat sangat marah jika benar dia melakukan hal itu pasti Daffin semakin marah padanya.     

Sinta menahan emosinya, dia tiba-tiba mencium bibir Daffin dan menghisapnya.     

Daffin terkejut dengan sikap Sinta yang tiba-tiba sangat agresif.     

Daffin melepaskan bibir Sinta dan menatapnya, wajah Daffin yang marah berangsur-angsur kembali normal.     

"sayang, kenapa kamu melakukan ini?"     

Sinta tersenyum dan langsung memeluk Daffin, dia bersikap manja dan berbisik ditelinga Daffin "jangan marah lagi, kamu sangat menakutkan sayang!" ucap Sinta dengan suara yang sangat menggoda.     

mendengar itu, Daffin langsung tersenyum dan semua amarahnya langsung menghilang dan digantikan dengan api gairah yang menyala.     

"kamu sedang mencoba menggoda aku sayang?" tanya Daffin dengan senyum anehnya.     

"iya, aku menggoda kamu? memangnya aku tidak boleh menggoda suami aku sendiri?" ucap Sinta sambil mengedipkan matanya.     

di dalam hatinya Sinta terus mengatakan jika dia harus melakukannya, karena ini adalah jalan satu-satunya yang bisa dia lakukan untuk menenangkan Daffin yang sedang marah.     

"apa yang tadi kamu katakan? aku suami kamu? coba katakan sekali lagi?" tanya Daffin, dia sangat senang sekali.     

Sinta mencium pipi Daffin dan berbisik ditelinganya "kamu suami aku, sayang!"     

mendengar itu, Daffin yang marah langsung sirna, dia senang karena Sinta masih menganggapnya suaminya.     

Daffin tertawa senang dan langsung mencium bibir Sinta dengan rakusnya.     

Sinta yang hatinya masih sedih hanya bisa bersikap pasrah, dia yang memulainya jadi dia juga yang harus menuntaskannya.     

mungkin dengan jalan ini, bisa mengurangi rasa sedihnya tentang kejadian tadi siang yang membuat hatinya sakit.     

"mmm ... sayanghhh," Sinta mencoba melepaskan bibirnya yang sudah diserbu habis oleh Daffin.     

mendengar suara Sinta yang ingin bicara, Daffin melepaskan bibirnya.     

"ada apa sayang?"     

"jangan disini, ayo cari tempat yang lebih nyaman!" jawab Sinta dengan senyum genitnya, dia memeluk Daffin dan mencium lehernya.     

"uuuh, baiklah kita pulang ke rumah kita saja ya! kita selesaikan disana!" ucap Daffin, sedikit mengerang karena Sinta terus menciumi lehernya.     

"iya sayang! tapi rumah siapa?"     

Daffin tersenyum dan mengecup kening Sinta "rumah kita, rumah yang baru aku beli untuk kita berdua."     

"oh, aku juga ingin tahu bagaimana rumah kita, ayo sayang! aku ... aku sudah tidak sabar lagi ingin melihatnya," ucap Sinta sambil mengedipkan mata genitnya dan tangannya membuka dasi Daffin dan melemparnya.     

"baiklah, ayo sayang!" jawab Daffin dan dia membalas kedipan matanya.     

dia kembali menyalakan mobilnya dan mobilnya melaju kencang menuju rumah baru mereka.     

sepanjang jalan, Sinta memeluk Daffin dan tersenyum manis namun didalam hatinya sangat jauh berbeda.     

sebenarnya dia masih kesal dengan Daffin dan ingin meminta penjelasannya tapi Sinta tetap bersikukuh akan menyimpannya didalam hatinya saja.     

Daffin menyetir dengan suasana hati yang sangat baik, karena Sinta terus menggodanya. Membuat api gairah dihatinya semakin sulit untuk dikendalikannya.     

setiap berhenti jika ada lampu merah, di langsung mencium bibir Sinta dan tangan nakalnya selalu menyentuh dua gundukkan kenyal yang paling dia sukai dan jika lampu berubah warna kembali ke hijau dia pun melepaskan Sinta dan fokus menyetir kembali.     

dia lakukan setiap ada lampu merah dan itu hingga dia sampai menuju rumah baru mereka.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.