My Husband from My First Love

kenapa tidak mengatakan padaku?



kenapa tidak mengatakan padaku?

0Sinta menekan tombol 'ok' dan menggunakan pengeras suara.     
0

Sinta yang berada didalam pelukan Daffin mulai berbicara "halo!"     

Jeffery yang sedang berada didalam kamarnya, berdiri tepat didepan kaca sambil memandang langit gelap tanpa ada bintang satu pun.     

Saat mendengar suara Sinta yang akhirnya mau bicara dengannya, dia pun tersenyum bahagia, tanpa menunggu lagi, Jeffery langsung menjawab dengan suara penuh semangat "halo Sinta! akhirnya kamu mau menjawab panggilan aku. Kamu sedang apa sekarang?"     

Sinta melirik kearah pria yang memeluknya saat ini, Daffin mencium kening Sinta dan berbisik di telinganya "jawab saja sayang,"     

Sinta mengangguk dan langsung menjawabnya "aku, aku sedang di rumah, ada apa kamu menelepon aku? bukankah kita sudah tidak memiliki hubungan apapun!" ucap Sinta dengan nada ketus.     

Daffin tersenyum senang, karena Sinta sudah mulai melupakan Jeffery.     

Daffin semakin bersemangat dan dia terus mengusap rambut Sinta dengan lembut dan mencium puncak kepalanya berkali-kali.     

Jeffery terkejut dengan ucapan Sinta dan nadanya juga terdengar sangat berbeda, Sinta sudah berubah dan bukan Sinta yang dia kenal dahulu.     

"Sin, kenapa kamu mengatakan itu! aku masih sangat mencintai kamu sin, aku ... aku terpaksa melakukan itu! sin, beri aku satu kesempatan lagi untuk menebus semua kesalahan aku selama 3 tahun ini," ucap Jeffery dengan nada lirih.     

Sinta menghela nafas pendek, dia tidak mau menjadi orang ketiga diantara hubungannya dengan calon tunangannya dan juga dia wanita yang sudah menikah jadi tidak ada jalan lagi untuk mereka bersama.     

"aku minta maaf Jeff, tapi aku tidak bisa! aku mohon jalani hidup kita masing-masing, kamu sudah bahagia dengan Nona Amanda dan aku juga sudah bahagia dengan hidup aku saat ini, " ucap Sinta. Dia menutup matanya sejenak dan menatap kearah Daffin yang sedang memeluknya dengan erat.     

Daffin tersenyum dan mengedipkan matanya.     

Sinta membalas senyumannya dan kembali berbicara dengan Jeffery "Jeff, aku mohon jangan ganggu aku lagi, aku tidak ingin memiliki masalah lagi dengan keluarga kamu, sudah cukup, sudah cukup aku mendapatkan semua penderitaan ini. Jeff kita berbeda harusnya kita sejak awal tidak bersama dan akhirnya karena saling memaksakan diri kita saling menyakiti satu sama lain, jadi! aku mohon, lupakan aku!" ucap sinta sambil menahan air matanya.     

Jika dia saat ini sedang sendiri mungkin dia sudah menangis dan berada dalam suasana hati yang sangat buruk.     

Tapi saat ini, dia memiliki seseorang yang ada disampingnya, seseorang yang sudah menjadi suaminya dan memberinya rasa aman dan nyaman dalam pelukannya.     

Jeffery tidak menerima keputusan Sinta, dia berteriak sangat keras.     

"tidak Sinta, aku tidak mau! Sinta aku hanya mencintai kamu! apakah kamu mengatakan ini karena kamu diancam oleh orang tua aku! sama seperti saat itu kan?" ucap Jeffery dengan penuh emosi.     

"tidak, aku tidak ....," sebelum Sinta menyelesaikan ucapannya Jeffery langsung menyela.     

"kamu pasti diancam mama kan? aku tahu, diacara besok kamu disuruh menjadi pelayan kan? Sinta aku mohon kamu jangan datang! aku takut mama dan Amanda akan mempermalukan kamu! aku tidak ingin melihat kamu dipermalukan lagi Sinta!" ucap Jeffery dengan suara lirih.     

Dia sadar, jika Sinta datang dan benar-benar menjadi pelayan nanti, dia pasti akan disakiti lagi dan dirinya akan sulit untuk membantunya, dibawah tekanan ayah dan keluarganya Amanda, Jeffery tidak bisa berbuat apa-apa, hanya bisa melakukan hal ini saja, jalan yang dia tempuh saat ini.     

Sinta terdiam, dia tidak bisa menjawabnya.     

Sedangkan Daffin sangat terkejut, karena Sinta tidak mengatakan apapun masalah ini padanya.     

pelukan Daffin semakin erat dan Sinta merasa sedikit kesakitan.     

"awww, sakit!" ucap Sinta secara refleks.     

Daffin langsung melonggarkan cengkeramannya dan mencoba untuk menahan emosinya sampai Jeffery selesai bicara.     

Sinta tahu jika Daffin pasti akan marah padanya. Sinta bersikap pasrah dan siap mendapatkan hukuman dari Daffin karena dia memang bersalah kali ini.     

Sinta kembali berbicara dengan Jeffery "Jeff, aku minta maaf karena aku tidak bisa menolaknya, kontrak kerja yang kamu berikan padaku, itu alasan aku untuk tidak bisa menolaknya. nyonya Vivian memberikan pesan jika aku menolak, aku akan mendapatkan denda dan hukuman yang tertera di surat kontrak itu. Jadi aku tidak bisa mengikuti perintah kamu Jeff!" ucap Sinta, dia terus menahan air matanya padahal hatinya benar-benar terasa sangat sesak dan juga sakit.     

Dia begitu direndahkan oleh keluarga Jeffery bahkan dianggap sebagai wanita murahan oleh kedua orang tuanya.     

Tangan dan bibir Sinta bergetar, dia menahan sesak di dalam hatinya, dia mengingat kembali semua penderitaan saat Jeffery pergi meninggalkannya.     

Daffin merasakan tubuh Sinta yang menggigil, dia pun langsung memeluk Sinta dengan erat.     

Jeffery, menitikkan air matanya, dia merasa sudah menjadi orang yang gagal, bahkan untuk memperjuangkan cintanya sendiri pun tidak mampu.     

"Sinta, aku mencintai kamu sin, aku melakukan ini semua hanya untuk kamu dan kontrak kerja itu? aku benar-benar tidak tahu, itu bukan aku yang membuatnya! Sinta aku mohon kamu percaya padaku sin, aku mohon! bukankah kita pernah berjanji akan selalu bersama!" ucap Jeffery, dia terus memohon agar Sinta kembali padanya.     

mendengar itu semua, Daffin merasa sangat cemburu dan juga marah.     

apalagi melihat Sinta yang sepertinya mulai merasa simpati dengan ucapan Jeffery.     

untuk Daffin ini adalah sinyal bahaya, jika dilanjutkan akan berakibat fatal untuk hubungannya dengan Sinta selanjutnya.     

Daffin merebut ponsel Sinta secara tiba-tiba.     

Sinta terkejut dan belum dia sadar dari keterkejutannya Daffin berbicara dengan Jeffery dengan nada kasar dan penuh amarah.     

"pak Jeffery yang terhormat, tolong jangan ganggu Sinta lagi, dia milik saya sekarang! dia tidak pantas jika harus bersama dengan pria brengsek semacam anda!" bentak Daffin, hatinya terbakar amarah dan saat ini perasaan dia adalah ingin membunuh Jeffery saat ini.     

Daffin tidak menyukai jika melihat Sinta bersedih apalagi sampai menangis, karena hatinya juga akan merasa sangat sakit jika melihat Sinta seperti itu.     

Jeffery terkejut saat mendengar suara Daffin, dia melotot tajam dan dengan penuh amarah dia juga ikut berteriak "halo, apakah kamu pak Daffin? apa yang kamu lakukan pada Sinta? kamu mengancam ya? awas jika kamu macam-macam dengannya!" ucap Jeffery, dia meraung marah pada Daffin.     

Daffin tertawa sinis dan menjawab "iya, saya Daffin Narendra, saya adalah ...," sebelum Daffin mengatakan kalimat selanjutnya.     

sinta langsung menutup mulutnya, dia memohon untuk tidak menyebarkan status pernikahannya, karena Daffin sudah berjanji saat mereka tanda tangan kontrak saat mereka sebelum menikah, Daffin menahan diri untuk tidak mengatakannya.     

Sinta menghela nafas lega karena Daffin menepati janjinya.     

Sinta melepaskan telapak tangan yang menutupi mulut Daffin.     

Daffin berusaha menenangkan dirinya dan melanjutkan ucapannya.     

" Sinta adalah milik saya, karena dia adalah kekasih saya! jika kamu berani mengganggu dia, kamu akan tahu akibatnya?!" ucap Daffin dengan suara keras dan langsung mematikan telpon itu.     

Daffin melempar ponsel Sinta ke samping tepat tidur disebelab Sinta.     

matanya menyala dan terbakar amarah dan rasa cemburu bercampur menjadi satu.     

Sinta tahu jika dirinya salah, karena sudah tidak mengatakan padanya, padahal baru beberapa waktu yang lalu dia berjanji akan mengatakan apapun dan tidak ada rahasia diantara mereka.     

Sinta menunduk dan melepaskan diri dari pelukan Daffin.     

dia menjauhkan tubuhnya dari sisi Daffin dan memalingkan wajahnya.     

Sinta menitikkan air matanya, dia tahu jika dirinya sudah salah jadi dia tidak mau menyangkal apa-apa lagi.     

Daffin yang terbakar Api cemburu dan amarah yang telah menjadi satu, semakin berkobar karena Sinta malah menjauhinya saat ini.     

bahkan dia tidak ingin melihat wajahnya saat ini.     

Daffin menyandarkan tubuhnya dikepala tempat tidur dan terus menenangkan dirinya, dia takut menyakiti Sinta dan Sinta malah berbalik ikut membenci dia sama seperti dia yang membenci Jeffery dan itu yang paling Daffin takutkan saat ini.     

Daffin memijat dahinya dan terus menenangkan hatinya, dia tidak ingin bicara apapun dulu dan membiarkan Sinta menenangkan dirinya terlebih dahulu.     

suasana hangat didalam kamar itu berubah menjadi dingin dan suram.     

keduanya saling tidak bicara saat ini.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.