My Husband from My First Love

pria itu mirip dengannya



pria itu mirip dengannya

2Di dalam mobil.      1

Sinta duduk terdiam sejenak.     

Melihat wajah pria itu sepertinya dia merasa sangat tidak asing. Tapi Sinta lupa dimana dia pernah bertemu dengannya.     

Daffin mendekati Sinta dan mengambil sabuk pengaman.     

Sinta merasa sangat terkejut dan melihat wajah Daffin yang terlihat sangat dekat dengannya.     

"Sayang, apa yang mau kamu lakukan?" Tanya Sinta. Detak jantungnya berdetak dengan cepat saat melihat wajah Daffin yang berada tepat didepannya saat ini.     

Daffin tersenyum dan dia hendak mencium Sinta.     

Sinta menutup matanya, dia tahu apa yang akan dilakukan Daffin padanya.     

Tapi, saat dia menunggunya cukup lama. Tidak ada yang terjadi.     

Daffin tertawa melihat wajah Sinta yang menunggunya.     

Diam-diam dia menyeringai, dia ingin mengerjai Sinta.     

Daffin menarik Sabuk pengaman itu dan memasangkannya ke tubuh Sinta.     

"Nah! Sudah selesai sayang," ucap Daffin, dia tertawa dan menjauhkan dirinya dari tubuh Sinta.     

Sinta langsung membuka matanya dan melihat Daffin sudah duduk kembali di tempatnya.     

Dia menyalakan mesin mobilnya dan pergi secepatnya meninggalkan tempat itu.     

Sinta melihat kearah Daffin dengan tatapan kecewa.     

Daffin menoleh dan mencoba menahan tawanya.     

"Puft, ada apa sayang?" Tanya Daffin yang sedang berpura-pura tidak mengetahui isi hati Sinta.     

"Aku … aku, aku tidak apa-apa!" Ucap Sinta, dia memalingkan wajahnya kearah jendela.     

Entah kenapa Sinta merasa dirinya semakin manja saja.     

Padahal itu hanya hal sepele tapi kenapa harus merasa kecewa.     

Daffin tertawa melihat Sinta yang sedang marah. Menurutnya melihat ekspresi Sinta yang sedang marah terlihat sangat lucu.     

"Kamu marah ya sayang?" Tanya Daffin, dia menghentikan mobilnya di pinggir jalan.     

Mengulurkan tangannya dan mencubit dagunya.     

Sinta menoleh dengan wajah cemberutnya.     

"Kamu marah ya?" Tanya Daffin, dia menatap Sinta lebih dekat lagi.     

"Hhhmm … aku tidak marah tapi hanya kecewa saja," jawab Sinta.     

"Kecewa kenapa? Apakah aku membuat kesalahan?" Tanya Daffin, dia terus menatap mata Sinta lebih dalam lagi.     

"Tidak, ini hanya aku saja yang terlalu berlebihan. Hehehehe, jangan dengarkan omong kosong aku ini sayang," ucap Sinta. Dia berusaha tertawa walaupun di dalam hatinya masih kecewa.     

Daffin mencium bibir Sinta cukup lama dan setelah cukup puas dia pun langsung melepaskannya.     

"Apakah ini sudah cukup?" Ucap Daffin sambil tertawa.     

Sinta tertawa dan wajahnya bersemu merah.     

"Hehehehe … sudah cukup sayang, kamu kok tahu jika aku menginginkan itu," ucap Sinta, dia menunduk malu sambil tersenyum.     

"Aku memang berniat mencium kamu tadi, hanya ingin melihat istriku ini merajuk seperti apa. Ternyata istriku ini sangatlah menggemaskan. Uhh … kamu ini sayang, membuat aku semakin mencintai kamu saja sayang," ucap Daffin, dia memeluk tubuh Sinta dengan erat.     

Sinta membalas pelukan Daffin dengan erat.     

"Sayang, pria tadi siapa? Kenapa dia mengenal kamu dan juga dia sepertinya sangat mengenal Laura?" Tanya Sinta, dia masih penasaran dengan pria itu.     

Pria yang tidak lain adalah Aksan.     

Daffin menatap wajah Sinta. Dia takut Sinta tertarik dengan Aksan.     

"Kenapa kamu menanyakan dia? Kamu menyukainya ya sayang? Apakah aku kurang tampan, atau mungkin aku harus seperti dia?" Ucap Daffin, dia langsung panik dan takut jika Sinta menyukai pria brengsek semacam Aksan.     

Sinta tertawa keras mendengar ucapan Daffin.     

"Hahhahaha … mana mungkin aku menyukai dia sayang. Aku sudah memiliki suami yang luar biasa seperti kamu. Aku hanya mencintai kamu sayang, berhenti memikirkan hal-hal aneh semacam itu," ucap Sinta. Dia masih tertawa dan menutup mulutnya dengan telapak tangannya.     

Daffin tertawa karena dia merasa sangat malu. Dia merasa ketakutan karena banyak pria yang menginginkan Sinta.     

"Hehehehe … aku percaya jika kamu hanya mencintai aku. Tapi, kenapa kamu menanyakan tentang si brengsek itu?" Ucap Daffin, dia menatap Sinta lebih dalam lagi.     

Dia masih merasa sangat penasaran, kenapa Sinta terlihat ingin sekali mengetahui tentang Aksan.     

Sinta menyandarkan kepalanya didada Daffin dan memeluk pinggangnya dengan erat.     

"Aku merasa sangat penasaran dengan pria itu. Aku merasa sangat familiar dengannya. Dia mirip seseorang yang pernah aku temui di masa lalu. Wajahnya mirip dengan orang itu. Saat itu aku bertemu dengannya saat di pasar raya. Aku berumur delapan tahun dan dia tiga belas tahun. Aku baru ingat pria tadi mirip dengan kakak itu, kakak Sansan. Iya kak Sansan yang aku temui disana, dia dan aku terpisah dari orang tua kami. Jadi kak Sansan bersama aku berjalan bersama untuk mencari orang tua kami, hehehhe … dia membawa uang banyak jadi dia membawa aku jalan-jalan dan juga mengajak aku makan sepuasnya. Tapi, pria tadi terlihat membenci kamu sayang. Jadi aku yakin dia bukan kak Sansan. Kak Sansan kan orang yang sangat baik!" Ucap Sinta. Dia menganggap jika kak Sansannya itu adalah kakak laki-laki yang dia inginkan. Sinta hanya anak tunggal jadi disaat dia menemukan ada sosok anak yang umurnya lebih tua darinya dan baik padanya, dia akan menganggapnya sebagai kakaknya.     

Daffin sekarang mengerti kenapa Sinta begitu ingin mengetahui tentang Aksan.     

Daffin tersenyum cerah karena Sinta hanya mencintainya dan alasannya kini dia terima dengan baik dan rasa cemburunya hilang begitu saja.     

"Oh, jadi begitu! Pantas kamu menatap dia seperti itu. Aku minta maaf karena sudah menuduh kamu yang tidak-tidak ya sayang!" Ucap Daffin, dia mengecup kening Sinta dengan lembut.     

"Hehehe … aku sangat menyukai jika kamu merasa cemburu seperti itu," ucap Sinta. Dia mengusap lembut pipi Daffin dan menatapnya dengan tatapan penuh cinta.     

"Kalau kamu menyukainya, aku akan menunjukkan rasa cemburu aku ini. Supaya istriku ini semakin mencintai aku, hehehehe …," ucap Daffin, dia terkekeh sendiri.     

Mereka berdua pun tertawa bersama dan Sinta kembali bertanya lagi kepada Daffin.     

"Sayang, kamu belum menjelaskan kenapa pria itu sangat membenci kamu bahkan tadi dia terus menghina kamu," tanya Sinta.     

Daffin menghela nafas pendek dan dia mulai bicara.     

"Dia suaminya Laura dan dialah yang telah menghina aku saat itu. Sial! Kenapa aku harus melihat mereka berdua. Dua manusia sangat menjijikkan itu," ucap Daffin. Dia terlihat kesal saat menceritakan mereka berdua.     

Sinta mengerti dengan keadaan Daffin dan masalalunya. Daffin adalah korban yang sama sepertinya, dia dahulu berpura-pura menjadi orang miskin dan bisa mendapatkan penghinaan yang teramat dalam lalu bagaimana dengan dirinya? Dia jauh lebih menderita daripada Daffin.     

Sinta mengusap pipi Daffin dan mencium lembut pipinya Daffin dan tersenyum sambil menatapnya.     

"Sayang, mereka orang-orang yang tidak tahu malu. Kita tidak perlu memaafkannya lagi. Aku … aku sangat membenci Laura. Kenapa dia bisa se murahan itu?" Ucap Sinta, dia benar-benar sangat jijik melihat Laura. Apalagi dia dengan tidak tahu malunya ingin mengganggu suaminya tepat didepan matanya.     

"Iya, aku akan melindungi kamu. Apapun yang terjadi kamu harus tetap bersama aku, mengerti!" Sinta mengangguk dan tersenyum sambil menatap Daffin saat ini.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.