My Husband from My First Love

penghinaan (part 2)



penghinaan (part 2)

1Sinta pun meminta maaf karena telah menabrak wanita paruh baya yang tentunya lebih tua darinya.     0

"Ahhh … Tante, aku minta maaf!" Ucap Sinta yang membantu wanita itu untuk bangun.     

Dia mengangkat wajahnya dan melihat jika yang menabraknya adalah Sinta.     

Dia langsung melempar tangan Sinta dan dengan tatapan marahnya dia langsung berteriak.     

"Jangan sentuh saya dengan tangan kotor kamu!" Teriak wanita itu dan tidak lain dia adalah nyonya Vivian.     

Sinta langsung merasa terkejut karena hari ini dia benar-benar sedang sial. Kenapa dia mengatakan sial karena dia bertemu dengan wanita mengerikan yang selalu saja menyulitkan hidupnya selama ini.     

Sinta pun mundur dua langkah dan menabrak kakek Wijaya.     

Kakek Wijaya mengenal nyonya Vivian karena dia tahu jika nyonya Vivian selalu hadir dalam acara kelas atas dan selalu menjadi pusat perhatian disana.     

Kakek Wijaya berharap jika nyonya Vivian tidak mengenalnya. Ada keuntungan untuk dirinya karena Sinta menyuruhnya untuk menyamar.     

Nyonya Vivian menatap sinis kearah Sinta dan juga kakek Wijaya.     

"Sinta, saya merasa heran. Kenapa saya selalu bertemu kamu, apakah kamu hantu yang selalu mengikuti saya?!" Ucap nyonya Vivian dengan mata melotot dan kedua tangannya memegang kedua pinggangnya.     

Sinta dan kakek Wijaya saling memandang satu sama lainnya.     

Nyonya Vivian terlalu percaya diri.     

Nyonya Vivian melihat kearah kakek Wijaya dan setahu nyonya Vivian jika Sinta hanya memiliki nenek bukanlah kakek.     

Melihat postur tubuh kakek Wijaya yang masih bagus dan tidak terlihat seperti kakek-kakek pada umumnya membuat nyonya Vivian berpikir jika Sinta kini menjadi simpanan pria tua ini.     

Dia pun menyeringai dan menatap kearah Sinta dengan tatapan penuh penghinaan.     

"Oh … jadi begini kelakuan kamu Sinta. Setelah kamu dicampakkan oleh Jeffery dan kamu tidak bisa mendapatkan uang lagi darinya. Kini kamu menjalin hubungan dengan pria tua kaya ini ya! Woahhh … kamu memang wanita murahan ya Sinta," ucap nyonya Vivian. Dia tertawa keras dan semua orang mulai melihat mereka.     

Kakek Wijaya mengepalkan tangannya.     

Sinta sudah di fitnah bahkan dia sudah dipermalukan didepan orang banyak.     

Kakek Wijaya hendak bicara namun Sinta menggelengkan kepalanya.     

Sinta tidak mau menjadi pusat perhatian lagi. Dia belum siap jika semua mengetahui jika dia adalah istri dari Daffin Narendra.     

Sinta menarik tangan kakek Wijaya dan membawanya pergi meninggalkan nyonya Vivian yang masih saja bicara buruk tentangnya.     

Kakek Wijaya merasa kesal karena Sinta sudah melarangnya untuk bicara.     

Kakek Wijaya melepaskan tangan Sinta dan menatapnya.     

"Sinta, kenapa kamu melarang kakek untuk memarahi wanita jelek itu?" Tanya kakek Wijaya, dia berteriak marah karena Sinta terlalu baik dan membiarkan wanita bermulut seram itu merasa jika dirinya sudah menang.     

Sinta menoleh dan menatap kearah kakek Wijaya.     

"Kakek, aku minta maaf karena aku sudah melarang kakek untuk bicara. Tapi aku tidak mau jika kakek ikut dipermalukan disana oleh nyonya Vivian. Mulutnya sangat berbahaya dan aku tidak mau membawa kakek dalam masalah aku," ucap Sinta. Dia menunduk dan merasa takut jika kakek Wijaya akan marah padanya.     

Kakek Wijaya merasa bersalah karena sudah marah kepada Sinta.     

Dia menggenggam tangannya dan mengusap punggung tangannya.     

"Sinta, kakek minta maaf ya! Kakek tadi terbawa emosi karena wanita itu sangat menyebalkan. Seenaknya saja dia mengatakan kamu wanita murahan. Kamu cucu menantu satu-satunya keluarga Narendra dan tidak ada yang bisa menghina cucuku seenaknya seperti ini. Kakek ingin sekali memberi pelajaran padanya dan bila perlu, kakek ingin menampar mulutnya yang kurang ajar itu," ucap kakek Wijaya. Dia merasa sangat kesal karena Sinta sudah dihina olehnya tepat didepan matanya saat ini.     

Sinta mendekati kakek Wijaya dan membawanya masuk kembali ke dalam mobil.     

"Sudahlah kakek, biarkan saja. Aku sudah malas berurusan dengannya. Aku sering mendapatkan penghinaan darinya, jadi aku sudah terbiasa. Jadi aku mohon. Agar kakek tidak terlibat dengannya ya," ucap Sinta. Dia menggenggam tangan kakek Wijaya dan kakek Wijaya tersenyum dan mengerti bahwa Sinta ternyata benar-benar sangat baik.     

Namun, kakek Wijaya tidak akan melepaskan nyonya Vivian begitu saja.     

Dia menatap Sinta dan berkata, "Kakek kan tidak boleh membuat masalah dengannya. Lalu bagaimana jika Kakek menyuruh seseorang untuk mengerjai nya," ucap kakek Wijaya sambil mengedipkan matanya karena dia memiliki sebuah rencana yang bagus untuk memberi pelajaran kepada nyonya Vivian.     

Sinta mengerenyitkan dahinya. Dia penasaran dengan rencana kakek Wijaya.     

"Apa itu kakek?" Tanya Sinta, dia mendekati kakek Wijaya dan sangat ingin tahu, apa yang akan dilakukan kakek Wijaya.     

Kakek Wijaya pun tersenyum dan berbisik ditelinga Sinta.     

"Kakek akan menyuruh orang untuk menakutinya, kamu mau lihat tidak? Ini pertunjukan yang cukup bagus," ucap kakek Wijaya sambil tertawa saat membayangkannya.     

Sinta semakin tidak mengerti. Tapi dia juga ingin tahu apa yang akan dilakukan oleh kakek Wijaya.     

"Hehehehe … baiklah! Aku juga merasa sangat penasaran dengan rencana kakek. Tapi ini tidak akan membahayakan kakek kan?" Tanya Sinta. Dia masih merasa sangat khawatir, karena dia takut kakek Wijaya terkena masalah karena dirinya.     

"Kamu tenang saja, semuanya akan baik-baik saja. Kamu tahu kan siapa kakek kamu ini? Kakek kamu ini adalah Wijaya Narendra. Jadi kamu tidak perlu merasa khawatir ya!" Ucap kakek Wijaya. Dia mengusap lembut rambut Sinta dan tersenyum padanya.     

Tidak lama kemudian. Nyonya Vivian pun keluar dari minimarket itu dengan wajah sangat kesal. Sinta dan Kakek Wijaya melihatnya dari dalam mobil.     

Kakek Wijaya langsung mengambil ponselnya dan meminta beberapa pengawalnya untuk segera datang menghampirinya.     

Setelah selesai membuat panggilan, kakek Wijaya pun mengirimkan lokasinya.     

Sinta menoleh kearah kakek Wijaya dan bertanya lagi.     

"Kakek, apa yang akan kakek lakukan?" Tanya Sinta, dia masih sangat penasaran dengan rencana kakeknya yang akan memberi pelajaran pada nyonya Vivian.     

Kakek Wijaya hanya tersenyum dam berbisik ditelinga Sinta.     

"Tenang saja, sebentar lagi akan ada tontonan gratis."     

Sinta hanya bisa mengangguk dan sebenarnya dia tidak mengerti sama sekali. Tapi dia akan mengikuti apapun yang akan dilakukan oleh kakek Wijaya.     

Mobil nyonya Vivian pun mulai melaju dan pergi meninggalkan tempat itu.     

Kakek Wijaya menyuruh supirnya untuk mengikutinya.     

Sinta semakin tidak mengerti. Dia ingn bertanya tapi kakek Wijaya hanya membalasnya dengan tertawa.     

Dari belakang mobil kakek Wijaya, dia melihat beberapa pengawalnya telah mengikutinya..     

Dia mengirim pesan agar beberapa pengawalnya untuk menghentikan mobil nyonya Vivian dan menakut-nakuti seperti para perampok yang akan mencuri seluruh harta miliknya.     

Ting …     

Pesan pun terkirim.     

Kakek Wijaya pun tertawa sendiri membayangkan itu semua.     

Dia tertawa karena dia bisa membantu Sinta membalaskan dendam nya karena dia sudah dipermalukan didepan orang banyak saat di minimarket tadi.     

Mobil yang berisi pengawal suruhan kakek Wijaya pun langsung mengejar dan menghadang mobil nyonya Vivian saat itu juga.     

Kakek Wijaya menyuruh supirnya untuk menepikan mobilnya dan menonton dari jarak jauh.     

Sinta melihat itu semua dan sempat ketakutan.     

"Kakek, apa yang mereka lakukan?" Tanya Sinta, dia merasa ketakutan.     

Kakek Wijaya mengusap kepala Sinta dan tersenyum padanya.     

"Kamu tenang saja, mereka pengawal milik kakek. Diam dan tonton saja ya!" Ucap kakek Wijaya. Dia mencoba untuk menenangkan hati Sinta. Sinta mengangguk dan dia berusaha duduk tenang disamping kakek Wijaya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.