My Husband from My First Love

pria dingin itu berubah menjadi Nakal (part 2)



pria dingin itu berubah menjadi Nakal (part 2)

1"Nick!" Ucap Daffin, dia menepuk dahinya karena dia telah melupakannya.      0

Sinta menatap kearah Daffin dan bertanya, "sayang. Dia siapa?"     

"Dia sahabat aku, namanya Nick," ucap Daffin. Dia merangkul pinggang Sinta dengan erat.     

Nick terbatuk kecil dan tersenyum canggung saat melihat Sinta.     

"Eeehhhmmm … kamu istrinya Daff?" Tanya Nick sambil melirik kearah Daffin.     

Sinta tersenyum dan mengangguk setuju.     

"Iya! Aku istrinya, perkenalkan. Nama aku Sinta," jawab Sinta, dia mengulurkan tangannya untuk bersalaman dengan Nick.     

Nick menatap wajah Sinta cukup lama. Wajah Sinta sangatlah familiar dan sepertinya dia pernah melihatnya. Entah dimana.     

Sinta menatap Nick dan mengulangi ucapannya.     

"Ehhmm … perkenalkan nama aku Sinta, istrinya mas Daffin. Mohon maaf, kalau aku boleh tahu. Siapa nama kamu?" Tanya Sinta. Dia masih saja tersenyum ramah kepada Nick. Daffin merasa kesal, dia merasa tidak suka melihat itu semua.     

Nick langsung terkejut dan dia mengulurkan tangannya untuk bersalaman dengan Sinta.     

"Nama yang indah sesuai dengan orangnya. Aku Nick teman Daffin sejak kami sekolah, tapi sekolah apa ya? Aku juga lupa! Hahahahaha …." Nick tertawa keras seperti orang bodoh.     

Daffin langsung menarik tangan Sinta yang masih bersalaman dengan Nick.     

"Jangan terlalu lama menyentuh pria lain, aku tidak menyukainya!" Ucap Daffin, dia menggenggam tangan Sinta dan mengusapnya dengan lembut.     

Sinta tersenyum dan mengangguk.     

"Iya sayang, aku minta maaf ya! Tapi dia kan teman kamu," ucap Sinta, dia sangat penurut dan tidak mau melihat Daffin marah padanya.     

Melihat itu semua. Nick merasa hatinya meronta-ronta. Dia merasa cemburu melihat Daffin yang memiliki istri yang lembut, penurut dan sangat menjaga perasaannya.     

"Oh no! Daff. Aku sangat cemburu, Daff! Berikan aku satu wanita seperti istrimu ini Daff," rengek Nick, dia memasang wajah memelas dan merengek seperti anak kecil.     

Daffin melirik kearah Nick dan merasa jijik saat melihatnya.     

"Kamu kan sudah memiliki Wilma. Suruh saja dia seperti istriku. Jangan terlalu dekat, dia milikku dan jauhlah pikiran aneh kamu terhadap istriku!" Ucap Daffin, dia sangat ketus dan juga galak.     

Daffin memeluk Sinta lebih erat lagi. Dia terlihat ketakutan, takut Sinta diambil oleh orang lain.     

Nick langsung mengusap dadanya melihat tingkah Daffin yang keterlaluan tapi dia ingin tertawa melihatnya.     

"Sial! Sejak kapan kamu jadi tukang pencemburu seperti itu Daff, aku merasa sangat kasihan sama istri kamu," ucap Nick sambil menahan tawanya.     

Dia melihat kearah Sinta yang dipeluk erat oleh Daffin.     

"Sinta, memangnya kamu tidak merasa kesal, memiliki suami posesif seperti Daffin. Apakah kamu tidak memiliki rencana untuk mengganti suami?" Ucap Nick. Sekali lagi dia menahan tawanya.     

Sinta menatap kearah Daffin, dia tahu kalau Daffin pasti akan marah.     

"Sayang, jangan marah!" Ucap Sinta, dia mengulurkan tangannya dan mengusap lembut dada Daffin.     

Daffin melihat kearah Sinta dan raut wajahnya terlihat berubah.     

Dia seperti anak kecil yang takut ditinggal ibunya.     

"Aku tidak marah. Hanya saja, aku takut kamu mau mengganti aku dengan pria yang lain, sayang! Kamu tidak akan melakukan hal itu kan?" Tanya Daffin, suaranya seperti pria manja.     

Sinta menggelengkan kepalanya. Dia tidak mungkin melakukan hal semacam itu. Dia sudah bersyukur memiliki suami yang sempurna, jadi untuk apalagi dia mencarinya.     

"Tidak sayang, kamu jangan memiliki pikiran aneh semacam itu. aku hanya mencintai kamu sayang. Hanya kamu. Jadi jangan memikirkan itu lagi," ucap Sinta. Dia mencium pipi Daffin dan menyandarkan kepalanya di dada Daffin.     

Nick merasa hatinya sakit karena melihat kemesraan Daffin dan Sinta.     

"Oh tidak! Kenapa kalian terlihat semakin manis saja. Jika aku terlalu lama disini dan terus melihat kalian yang terlalu manis ini, bisa-bisa aku terkena penyakit diabetes secara mendadak!" Ucap Nick sambil mengelus dadanya kembali.     

Daffin melirik kearah Nick dan dia menunjukkan jika dia benar-benar merasa bangga.     

"Kamu gagal Nick. Sinta hanya mencintai aku, hahahahha …." Ucap Daffin, dia tertawa keras dan menganggap jika dirinya telah berhasil membuat Nick tidak berdaya lagi.     

"Sialan kamu Daff! Aku tidak menyangka jika kamu bisa bertingkah manja seperti itu. Mana Daffin yang aku kenal selama ini. Oh Tuhan! Daffin sudah berubah menjadi pria manja sekarang," ucap Nick. Dia menepuk dahinya dan dia langsung membalikkan tubuhnya.     

"Sudahlah, aku sudah percaya jika kamu sudah menikah Daff. Aku harus pergi sekarang juga. Kalau tidak, aku bisa merana jika harus melihat kemesraan kalian yang terlalu manis itu," ucap Nick. Dia melambaikan tangannya dan tiba-tiba saja berjalan pergi menuju pintu luar rumahnya.     

Daffin tertawa keras karena dia bisa membungkam mulut Nick yang selalu mengejeknya.     

Sinta menatap kearah Daffin dan bertanya, "sayang. Kenapa dia pulang? Hari sudah mulai gelap. Ajak dia untuk makan malam dulu disini. Nanti baru dia pulang."     

Daffin mengusap rambut Sinta dan menjawab, "Biarkan saja. Dia pria yang sudah dewasa dan ada Tunangannya yang akan mengurusnya. Dari pada kamu mengurusi pria lain. Lebih baik kamu pikiran aku saja sekarang," ucap Daffin, dia tersenyum nakal dan mendekati telinga Sinta.     

"Tadi ada yang mengatakan jika ada seseorang yang sedang merindukan aku. Hhhmm … apakah aku boleh menagihnya?" Ucap Daffin, dia mencium pipi Sinta dan mengedipkan mata genitnya.     

Sinta bersemu merah dan mengangguk.     

"Boleh, tapi kamu pergi mandi dulu dan kita makan malam bersama. Aku sudah memasak makanan kesukaan kamu," ucap Sinta. Dia mengirimkan kedua tangannya dan mengalungkan kedua tangannya di leher Daffin.     

"Nanti setelah selesai semuanya. Nanti kamu boleh menagihnya sayang," ucap Sinta. Dia tersenyum nakal dan mulai menggoda Daffin.     

"Benarkah?" Tanya Daffin.     

"Iya, aku tidak berbohong. Jadi, sekarang kamu pergi mandi dulu. Aku tunggu di meja makan bersama kakek." Ucap Sinta, dia melepaskan tangannya dan mulai membalikkan badannya. Sinta bergegas ingin pergi meninggalkan Daffin.     

Namun tangannya diraih oleh Daffin.     

"Mau kemana?"     

Sinta menoleh dan dia pun menjawab, "Aku mau menyiapkan makan malam dulu. Tadi tinggal sedikit lagi, jadi aku …," sebelum Sinta menyelesaikan ucapannya. Daffin langsung mengangkat tubuh Sinta dan membawanya langsung menuju ke kamarnya.     

"Ahhhh … sayang! Kamu mau membawa aku kemana?" Ucap Sinta, dia berontak dan ingin diturunkan.     

Daffin menggendong Sinta seperti membawa satu buah karung beras yang dia taruh diatas bahunya.     

"Ke kamar kita sayang, aku ingin mandi bersama kamu," ucap Daffin, dia tertawa dan langsung membuka pintu kamarnya.     

Setelah mereka masuk, Daffin langsung menutup pintu kamar itu dan dia langsung menguncinya.     

Di lantai bawah, kakek Wijaya hanya bisa melihat tingkah cucu satu-satunya yang sudah dewasa dan dia merasa senang karena cucunya terlihat sangat bahagia bersama Sinta.     

"Semoga kalian terus bahagia seperti ini dan semoga saja Sinta tidak akan pernah mengetahui jika Jeffery tidak pernah melupakannya karena yang secara tidak langsung memisahkan mereka adalah aku!" Ucap kakek Wijaya. Dia menghela nafas panjang dan berjalan masuk ke ruang makan. Dia duduk di meja makan dan mengingat kembali semuanya. Semua masa lalunya saat jeffery datang meminta bantuan padanya saat itu.     

NB : mohon maaf tadi aku salah up. sekarang udah bener ya!! hehehehe.     

dan terima kasih karena mau membaca story' aku yang masih banyak kekurangannya ini.     

salam manis dari aku.     

(Dhini_218)     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.