My Husband from My First Love

penyakit Aksan (1)



penyakit Aksan (1)

1Daffin mendekati Aksan dan dia langsung menangkap tubuh Aksan yang hampir saja terjatuh.      0

"Kamu baik-baik saja kan?" Tanya Daffin kepada Aksan.     

Aksan mengangguk dan wajahnya terlihat sangat pucat.     

"Aku … aku baik-baik saja, terima kasih karena sudah membantu aku," ucap Aksan. Dia mencoba untuk berdiri namun dia malah hampir terjatuh lagi.     

"Kamu sedang tidak baik, lebih baik aku antar kamu ke rumah sakit sekarang juga," ucap Daffin, dia memapah tubuh Aksan dan membantu untuk masuk ke dalam mobilnya. Sinta dan Aisyah mengikutinya dari belakang.     

Setelah sampai di dalam mobil, Aksan pun duduk sambil menyandarkan tubuhnya. Dia mencoba untuk menutup matanya, karena kepalanya yang terasa sangat sakit dan juga saat dia membuka matanya, dia seperti semua pandangan yang dia lihat semuanya berputar-putar.     

Aisyah duduk disebelahnya dan membantu untuk menjaga Aksan, sedangkan Sinta dan Daffin duduk dikursi paling depan.     

Setelah semuanya masuk, Daffin menyalakan mesin mobilnya dan mobil itu pun mulai melaju menuju rumah sakit.     

Di dalam mobil. Aksan masih terus memijat dahinya dan tiba-tiba ponselnya pun berbunyi.     

Aksan mengambil ponselnya dan dia melihat ID pemanggilnya itu berasal dari sekretarisnya.     

Aksan menekan tombol 'ok' dan dia pun mulai menjawab.     

"Halo, ada apa?" Jawab Aksan.     

"Halo ,bos! Ada berita buruk," ucap sekertarisnya dengan nada yang sangat panik sekali.     

Aksan mengerenyitkan dahinya dan menjawab, "gawat kenapa? Cepat katakan yang sebenarnya."     

Sekertaris nya mencoba untuk menarik nafas panjang dan mencoba untuk menenangkan dirinya terlebih dahulu.     

"Ha … halo bos! Ada kabar buruk. Istri anda telah memiliki hutang kepada lintah darat sebesar dua ratus juta bersama dengan bunganya menjadi tiga ratus juga bos. Mereka memaksa untuk menagih ke kantor dan mereka terus mencari anda bos, bagaimana ini?" Ucap sekertarisnya dengan nada bingung.     

Mendengar hal itu, Aksan merasa sangat terkejut dan api emosi pun langsung menyala.     

"Apa! Apa yang kamu katakan? Laura meminjam uang?" Teriak Aksan dan karena kondisi tubuhnya kurang baik, saat mendengar berita yang mengejutkan itu. Aksan langsung merasa tubuhnya semakin lemah dan dia tiba-tiba pingsan.     

Aisyah langsung panik melihat itu.     

"Mas, mas! Hei mas bangun!" Teriak Aisyah, dia mendekati Aksan dan mencoba untuk membangunkannya.     

Sinta langsung menoleh dan dia juga ikut panik.     

"Ada apa Ai?" Tanya Sinta.     

"Sinta, dia pingsan," jawab Aisyah dengan paniknya.     

Daffin mendengarnya dan dia langsung menancapkan gasnya dan mempercepat laju mobilnya.     

Hingga akhirnya mereka pun sampai di rumah sakit.     

Daffin menghentikan mobilnya tepat didepan ruang IGD dan dia langsung meminta perawat untuk membawa Aksan masuk ke dalam untuk diberikan tindakan.     

Setelah masuk. Mereka bertiga pun menunggunya, Sinta memeluk Daffin dan dia tiba-tiba ketakutan.     

"Sayang, apakah dia akan baik-baik saja? Aku tiba-tiba ingat dengan nenek, waktu itu nenek juga seperti ini dan hingga sekarang nenek juga belum sadarkan diri. Sayang, dia akan baik-baik saja kan?" Tanya Sinta, dia merasa sangat mengkhawatirkan Aksan.     

Daffin memeluknya dengan erat. Dia merasa sangat cemburu karena Sinta telah mengkhawatirkan pria lain. Tapi, dia juga tidak mungkin marah dalam keadaan seperti ini.     

"Dia pria kuat dan pasti akan baik-baik saja. Sepertinya dia mengalami shock berlebih karena tadi dia mendapatkan panggilan telepon. Kamu mendengarnya tidak, siapa yang menelpon nya tadi?" Tanya Daffin kepada Aisyah.     

Aisyah menceritakan semuanya dan Sinta langsung merasa terkejut.     

"Apa? Jadi semua itu gara-gara istrinya?" Ucap Sinta, dia sangat membenci Laura karena sudah dua kali mengganggu Daffin dan sekarang dia malah menyiksa suaminya sendiri.     

"Kenapa dia bisa sejahat itu? Kok ada ya, wanita seperti itu di dunia ini," ucap Sinta. Dia tidak menyangka jika Laura benar-benar sangat jahat bahkan suaminya sendiri pun telah menjadi korbannya.     

Daffin mengusap rambut Sinta dan mengecup puncak kepalanya dengan lembut.     

"Dia wanita yang tidak tahu malu. Dia sering bermain judi dan kebiasaannya itulah yang membuat dirinya terus menerus menghabiskan uang. Dia sekarang sedang mencoba untuk mendekati aku karena. Dia dia tahu jika aku adalah pria kaya. Coba saja kalau aku sama seperti dahulu. Dia tidak mungkin mengejar-ngejar aku lagi," ucap Daffin. Dia memeluk Sinta dengan erat.     

"Aku bersyukur menikah dengan kamu. Kamu bahkan jarang sekali menggunakan uang yang aku berikan. Padahal kamu bebas membeli apapun yang kamu inginkan sayang. Sekarang aku mau bertanya. Kenapa kamu tidak seperti wanita lainnya yang sejenis Laura seperti itu?" Tanya Daffin sambil menahan tawanya. Dia memberikan pertanyaan Yangs sebenarnya dia sudah tahu jawabannya.     

Sinta tersenyum dan dia pun menjawabnya, "aku sangat menghargai uang. Karena mencari uang itu sangatlah sulit. Suamiku ini memang kaya, tapi dibalik semua itu, suamiku ini bekerja sangat keras dan aku tidak mau menyia-nyiakan kerja keras suamiku ini dengan melakukan hal yang merugikan semacam itu. Hehehehe … kamu kan tahu kalau aku ini berasal dari kalangan bawah, jadi aku mengerti sulitnya kehidupan ini dan aku benar-benar sangat menghargai uang dan kerja keras kamu," ucap Sinta. Dia tidak memikirkan hal-hal semacam itu. Baginya memiliki suami yang sangat mencintainya sudah cukup baginya.     

"Kamu sangat baik sayang, aku sangat beruntung memiliki istri sebaik kamu. Tapi, kamu harus membeli sesuatu. Apapun yang kamu inginkan jangan disembunyikan. Katakan saja padaku. Nanti aku akan memberikan semua yang kamu inginkan, mengerti!" Ucap Daffin, dia tersenyum bahagia karena Sinta memang tulus mencintainya.     

Tidak lama kemudian, perawat pun datang menghampiri mereka bertiga.     

"Apakah kalian keluarga pasien?" Tanya perawat itu.     

Daffin dan Sinta merasa bingung, tapi demi rasa kemanusiaan dia harus menolongnya, Daffin pun langsung mengangguk dan menjawab, "iya saya adalah keluarganya. Bagaimana keadaan dia? Apakah dia baik-baik saja?"     

Perawat itu menggelengkan kepalanya. Karena keadaan Aksan sangatlah tidak baik.     

"Pasien dalam keadaan kurang baik. Lebih baik and Anda masuk dulu dan dokter akan menjelaskan semuanya," ucap perawat itu.     

Dia mengajak semuanya untuk masuk ke dalam dan menemui dokter yang telah menangani Aksan.     

Setelah masuk, Sinta melihat wajah Aksan yang terlihat sangat pucat. Dia terbaring lemah diatas ranjang rumah sakit.     

Hatinya merasa sangat sedih melihat keadaan Aksan yang seperti ini.     

Daffin melepaskan pelukannya dan dia pergi untuk berbicara dengan dokter.     

Kini yang tersisa hanya Sinta dan juga Aisyah disana.     

Sinta menatap wajah Aksan sekilas dan saat dia mencoba duduk disebelahnya, Aksan pun perlahan mulai membuka matanya dan melihat ada Sinta yang ada disampingnya.     

Aksan merasa hatinya terasa hangat. Dia merasa bahagia karena masih ada orang yang masih peduli kepadanya.     

Sinta merasa terkejut saat melihat Aksan sudah membuka matanya.     

"Ka … kamu, kamu sudah bangun," ucap Sinta. Dia tersenyum dan hendak memanggil dokter namun Aksan langsung melarangnya.     

"Ehh … Sinta, itu tidak perlu. Aku baik-baik saja. Kamu tidak perlu memanggil mereka," ucap Aksan. Dia menarik tangan Sinta dan menyuruhnya untuk duduk kembali.     

"Ta … tapi, kamu kan …," Sinta menghentikan ucapannya karena Aksan terus menggelengkan kepalanya.     

"Baiklah, aku tidak akan memanggil mereka, tapi kamu baik-baik saja kan? Daffin sedang bicara dengan dokter. Mungkin dia akan kembali sebentar lagi," ucap Sinta. Dia tersenyum ramah kearah Aksan.     

Aksan membalas senyuman Sinta dan dia pun menjawab, "terima kasih atas bantuan kalian. Terutama Daffin. Dia mau menolong aku padahal aku sudah pernah menyakitinya. Aku sungguh menyesal karena pernah melakukan hal itu padanya," ucap Aksan. Dia merasa sangat malu karena sudah pernah berbuat jahat kepada Daffin.     

Sinta mengerti tentang apa yang dirasakan oleh Aksan saat ini. Dia tahu jika dia pasti merasa malu untuk mengatakannya kepada Daffin.     

Dari luar terdengar suara pintu yang terbuka, ada seseorang yang masuk. Sinta dan Aksan menoleh secara bersamaan.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.