My Husband from My First Love

Kamu adik kecilku



Kamu adik kecilku

0Sinta dan Daffin menghentikan tawanya dan mereka kembali serius.     0

"Oh iya, apa yang ingin kamu katakan? Aku akan mendengarkan nya," ucap Sinta. Dia melirik kearah Daffin yang hanya diam saja.     

Aksan menghela nafas panjang, dia berusaha menyesuaikan posisinya karena menurutnya terasa kurang nyaman.     

Setelah selesai, dia pun melihat kearah Sinta.     

"Sinta, saat kamu kecil pernah kah kamu bertemu dengan anak laki-laki dan kamu memberikannya permen?" Tanya Aksan, dia menatap Sinta dengan serius dan didalam hatinya, dia berharap jika Sinta adalah anak itu. Anak perempuan yang dia cari selama ini.     

Mendengar pertanyaan itu, Sinta langsung merasa terkejut karena dia adalah anak perempuan itu.     

"Ka … kamu, kenapa kamu tahu jika itu aku? Aku pernah bertemu dengan anak laki-laki itu dan aku sudah menganggapnya sebagai kakak. Tapi dia menghilang dan aku tidak pernah bertemu kembali, apakah itu kamu?" Tanya Sinta, dia langsung menebaknya. Karena perasaannya terhadap Aksan menunjukkan jika Aksan adalah anak laki-laki itu.     

Aksan langsung merasa terkejut, karena perasaannya ternyata tidak salah.     

Dia pun tertawa senang karena akhirnya dia menemukan adik kecilnya.     

"Jadi, kamu Sinta kecil itu, adik kecilku yang aku cari selama ini? Hahahaha … akhirnya aku bisa menemukan kamu adik kecil," ucap Aksan, dia tertawa senang karena pencariannya selama ini akhirnya berakhir juga.     

Sinta langsung merasa terkejut dan seketika tubuhnya kaku karena pria yang didepannya adalah benar adanya, jika dia adalah kakak Sansan yang dia rindukan.     

"Ka … kamu, kamu kak Sansan? Kamu kak Sansan?" Tanya Sinta dengan suara gagap.     

Seketika air matanya mengalir dari sudut matanya karena Sinta merasa sangat bahagia.     

Aksan juga tersenyum cerah, karena akhirnya dia menemukan adik kecil kesayangannya. Walaupun Sinta bukanlah adik kandungnya tapi dia sangat menyayanginya.     

"Iya Sinta, aku kak Sansan. Aku kak Sansan yang sudah lama mencari kamu," ucap Aksan. Dia langsung meraih tangan Sinta dan hendak memeluknya tapi Daffin langsung menghalanginya.     

"Kamu tidak boleh menyentuh istriku," ucap Daffin dengan nada ketus.     

Sebagai gantinya, dia yang memeluk Sinta dengan erat.     

Aksan menghela nafas panjang dan dia langsung tertawa sambil menggelengkan kepalanya berkali-kali.     

"Kamu memang keterlaluan daff, dia itu adikku dan aku bahkan tidak boleh menyentuhnya. Sangat jahat sekali kamu Daff!" Ucap Aksan, dia terlihat sangat kesal sekali.     

Daffin tidak melepaskan Sinta sedikit pun.     

"Adik? Dia hanya adik angkat kamu dan kamu masih pria normal kan? Jadi kamu tidak boleh menyentuhnya. Kecuali kalau kamu berubah haluan baru kamu boleh menyentuhnya," ucap Daffin. Dia benar-benar sangat pelit karena menurutnya Sinta hanya miliknya dan orang lain tidak ada yang boleh menyentuhnya.     

Sinta tertawa karena Daffin memang sungguh keterlaluan tapi dia tidak marah sama sekali karena Sinta menyukai Daffin yang seperti ini.     

" Hehehe … Sayang, kamu sangat lucu. Tapi aku menyukainya," ucap Sinta. Dia menepuk pelan dada Daffin dan masih saja tertawa didalam pelukannya.     

Aksan menghela nafas pendek, dia sekarang mengerti kenapa Daffin sangat posesif pada Sinta. Karena dia memang benar-benar mencintainya.     

"Huft, baiklah! Terserah kamu saja. Aku tidak akan mengganggu kalian lagi. Tapi …," Aksan menghentikan ucapannya dan dia tersenyum misterius, Seperti memiliki sebuah rencana kecil didalam otaknya.     

Daffin mengerenyitkan dahi dan bertanya, "kenapa kamu tersenyum? Senyuman kamu itu sangatlah jelek. Aku tidak akan pernah tertarik sama kamu Aksan," ucap Daffin. Dia langsung memalingkan wajahnya karena menurutnya sangat mengesalkan.     

"Hahaha … sialan! Kamu mengatai aku jelek? Oh Tuhan, apakah kamu tidak melihat jika aku ini juga tampan. Ya walaupun aku tidak setampan kamu, tapi aku masih termasuk level pria tampan juga kan?!" Ucap Aksan, dia malah tertawa hingga dia merasa sakit didalam perutnya karena terlalu banyak tertawa.     

"Awww … sialan! Kenapa ini sakit sekali," umpat Aksan sambil menyentuh perutnya.     

Sinta merasa khawatir dan langsung melepaskan pelukan Daffin.     

"Kak, kamu baik-baik saja kan? Aku akan memanggil dokter kesini," ucap Sinta. Dia merasa sangat panik tapi Aksan langsung melambaikan tangannya.     

"Jangan! Kamu tidak perlu memanggil mereka. Aku sudah baik-baik saja, adik kecilku," ucap Aksan. Dia tersenyum lembut saat menatap Sinta dan tangannya, dia mengelus lembut perutnya.     

Tapi Sinta masih sangat khawatir.     

"Tapi kak? Kakak baik-baik saja kan? Aku melihat jika keadaan kakak kurang terlalu baik, biarkan aku memanggil dokter ya," ucap Sinta. Dia masih bersikeras untuk memanggil Dokter. Tapi Aksan tetap bersikeras untuk melarangnya.     

Daffin meraih tangan Sinta dan dia merasa sedikit terabaikan sehingga membuatnya merasa sedikit kesal.     

"Sayang, kamu tidak dengar. Orang yang merasakan sakitnya pun tidak peduli dengan kesehatannya sendiri jadi untuk apa kamu terlalu sibuk mengurusnya," ucap Daffin dengan ketusnya. Dia ingin secepatnya membawa Sinta pulang dan memberinya hukuman karena dia sudah mengabaikannya.     

"Ta ... Tapi, kak Sansan sedang sakit, aku … aku …," Sinta belum selesai dengan ucapannya tapi ponselnya malah berbunyi. Membuat Sinta harus menghentikan ucapannya terlebih dahulu.     

Drrrrtt … drrrtt … drrrttt …     

Ponsel Sinta terus berbunyi.     

"Ahhh … sayang, ponselku …," ucap Sinta dan dia langsung mengambil ponselnya yang berada didalam tas.     

Sinta mengambilnya dan saat melihat ID pemanggilnya.     

Sinta langsung tersenyum senang, karena itu dari penjaga yang membantunya untuk menjaga neneknya selama ini.     

Melihat ponsel Sinta yang menyala, Daffin langsung mendekatinya dan dia melihat ID pemanggilnya dan itu adalah dari rumah sakit.     

Daffin tidak mengatakan apapun karena dia ingin tahu info apa yang akan dia sampaikan kepada Sinta .     

Menekan tombol 'ok'     

Sinta pun menjawab, "halo. Bagaimana dengan keadaan nenek aku? Apakah ada kabar baik tentang nenek?"     

Orang yang sedang menelpon Sinta pun menjawab, "Nona Sinta. Kabar nenek anda sudah membaik bahkan nenek anda sudah membuka matanya. Beliau terus memanggil nama anda," ucap orang itu dengan nada penuh gembira.     

Sinta langsung merasa senang karena kabar baik ini akhirnya datang juga.     

Dia sudah menunggu cukup lama selama ini dan akhirnya penantiannya membuahkan hasil karena nenek yang paling dia sayangi akhirnya bisa membuka matanya kembali.     

Dengan nada penuh gembira Sinta langsung menjawabnya, "Apa! Nenekku sudah bangun? Baiklah! Aku akan segera kesana. Kamu tunggu aku disana ya!" Ucap Sinta dengan suara penuh kegembiraan.     

Sinta langsung mengakhiri panggilan ya dan melihat kearah Daffin dengan senyum bahagianya.     

Daffin mengusap lembut rambut Sinta dan dia juga ikut merasakan kebahagiaannya.     

"Syukurlah. Akhirnya nenek kamu bangun juga, lebih baik kita kesana sekarang," ucap Daffin. Dia tersenyum lembut kearah Sinta.     

Sinta mengangguk dan melihat kearah Aksan.     

"Kak, aku pergi dulu ya! Nanti aku kesini lagi. Kakak harus segera sembuh supaya bisa melakukan aktivitas seperti biasanya lagi," ucap Sinta dengan senyum manis yang mengembang dari sudut bibirnya.     

Aksan mengangguk karena dia akan berusaha untuk sembuh demi adik kecilnya bukan karena Laura.     

"Baiklah, adik kecilku. Kamu hati-hati di jalan. Terima kasih sudah mau menjaga kakak kamu ini," ucap Aksan. Dia tersenyum cerah kearah Sinta tapi Daffin tidak menyukai senyuman Aksan yang menurutnya sangat menggelikan.     

Sinta mengangguk dan dia pun pergi sambil menarik tangan Daffin bersamanya.     

"Baiklah kakak, kami pergi dulu. Semoga cepat sembuh ya kak," ucap Sinta sambil melambaikan tangannya.     

Aksan mengangguk dan tersenyum kearah Sinta hingga Sinta pergi meninggalkannya dan kini dia kembali sendirian didalam kamar itu.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.