My Husband from My First Love

lebih menyayangi kakek



lebih menyayangi kakek

0Daffin menghela nafas panjang dan memanggilnya dengan suara malas.     
0

"Kakek! Kenapa kakek kesini?" Tanya Daffin, dia tidak memberitahukan kakeknya tapi kakek Wijaya datang dengan sendirinya.     

Kakek Wijaya melirik kearah Sinta yang berbaring, dia langsung merasa panik dan secepatnya dia mendekati Sinta.     

"Daff, ada apa dengan Sinta? Kenapa dia berbaring disana, apakah dia sakit?" Ucap kakek Wijaya, dia pun berdiri disamping Sinta dan langsung menyentuh pipinya.     

Daffin langsung menepisnya dan berkata, "Dia sedang tidur. Dia kelelahan karena hari ini terlalu banyak kejadian yang dia hadapi dan mungkin sangat berat untuknya," ucap Daffin. Dia menghela nafas panjang dan menatap kearah kakek Wijaya yang sudah tua.     

Dia juga merasa takut jika suatu hari nanti, jika kakek Wijaya akan pergi meninggalkannya.     

Kakek Wijaya merasa sangat lega karena Sinta baik-baik saja. Namun saat dia melihat kearah Daffin yang menatapnya dengan tatapan tidak biasa. Kakek Wijaya pun merasa sangat heran.     

"Daff, kamu kenapa menatap kakek seperti itu?" Tanya kakek Wijaya, dia meraih tangan Daffin dan Daffin langsung merasa sangat terkejut.     

"Oh, hah … aku baik-baik saja, kakek aku ingin bicara sebentar," ucap Daffin, dia masih menggenggam tangan kakeknya dan pergi sedikit menjauh dari Sinta.     

Kakek Wijaya merasa aneh dengan Daffin dan setelah menemukan tempat yang cocok. Daffin pun berhenti. Dia menatap wajah kakeknya dengan tatapan sedih.     

Daffin langsung memeluk kakeknya.     

"Kek, apakah kakek juga akan meninggalkan aku pada suatu hari nanti?" Tanya Daffin, dia tiba-tiba merasa takut kehilangan kakeknya.     

Walaupun kakeknya sering berbuat aneh-aneh padanya. Tapi kakek Wijaya sangat menyayanginya karena Daffin adalah cucu satu-satunya.     

"Kamu kenapa mengatakan itu Daff? Kehidupan manusia tidak ada yang abadi. Jadi suatu hari nanti, kakek juga harus pergi. Daff, jika kakek pergi nanti. Kamu harus bahagia dan jaga Sinta dengan baik. Kamu hanya memiliki dia dan dia hanya memiliki kamu. Jadilah pria sejati dan jangan menyakiti hati wanita. Ingat pesan kakek. Jaga Sinta dengan baik, dia wanita yang baik dan kakek yakin jika dia benar-benar sangat mencintai kamu," ucap kakek Wijaya. Tanpa terasa air mata pun mengalir dari sudut matanya. Dia merasa sedih karena Daffin ternyata peduli dengannya. Dia pikir jika Daffin tidak pernah menyayanginya.     

"I … iya kakek, aku akan menjadi pria yang bertanggung jawab dan menyayangi Sinta dan juga menjaganya," ucap Daffin, dia melepaskan pelukannya dan menatap wajah kakeknya yang sudah keriput dan di menemukan ada noda air mata di wajah kakeknya.     

Daffin mengulurkan tangannya dan mencoba untuk menghapus air matanya.     

"Kakek, jangan menangis lagi. Aku berjanji mulai saat ini aku akan menjaga kakek dan merawat kakek bersama Sinta. Besok bisakah kakek tinggal bersama kami, bisa kan?" Ucap Daffin. Dia tersenyum dan melepaskan tangannya yang dia gunakan untuk menghapus air mata di pipi kakek Wijaya.     

Kakek Wijaya tersenyum dan dia pun mengangguk.     

"Tentu saja Daff, kakek mau tinggal dengan kalian. Bukankah sejak dulu kakek ingin tinggal dengan kalian, tapi kamu terus menerus melarang kakek bahkan kamu terus menerus merasa cemburu pada kakek kamu ini," ucap kakek Wijaya. Dia langsung tertawa bersama Daffin.     

Daffin tertawa karena sikap dia benar-benar seperti anak kecil.     

"Hahahaha … aku sungguh merasa sangat malu, aku terlalu pencemburu dan kakek tua saja aku cemburui. Padahal kakek tua ini sudah jelek dan aku masih yang paling tampan, hehehehe … Sinta juga tidak akan tertarik padamu kan kek," ucap Daffin ,dia tertawa keras bersama kakek Wijaya.     

Saat mereka berdua mengobrol gembira, tiba-tiba Sinta membuka matanya dan mencari Daffin.     

"Ahhh … aku ada dimana? Sayang, kamu dimana?" Teriak Sinta dan dia mulai ketakutan.     

Daffin langsung berlari dan memeluk Sinta secepatnya.     

"Aku disini, kamu baik-baik saja kan sayang?" Ucap Daffin, dia mengusap lembut punggung Sinta dan mencium lembut keningnya.     

Sinta memeluk Daffin dengan erat dan dia terlihat ketakutan.     

"Sayang, kamu baik-baik saja kan?" Ucap Sinta, dia memeriksa tubuh Daffin bahkan mengusap lembut wajahnya.     

Setelah melihat keadaan Daffin baik-baik saja, Sinta pun menghela nafas lega.     

"Huft ... Syukurlah, kamu baik-baik saja, sayang aku tadi melihat kamu di tembak oleh Jeff, itu … itu sangat menakutkan sekali, aku takut kehilangan kamu sayang," ucap Sinta, dia kembali memeluk Daffin dengan erat.     

"Kamu tadi sedang mimpi buruk sayang, Jeffery tidak akan bisa membunuh aku. Kamu tenang saja ya!" Ucap Daffin, dia mengecup puncak kepala Sinta dan mengusapnya dengan lembut.     

"Tidak! Aku takut sayang, tadi siang dia mengancam aku. Kalau dia akan melakukan sesuatu, dia ingin aku kembali padanya," ucap Sinta. Dia menangis dan merasa sangat ketakutan.     

Daffin merasa terkejut karena Jeffery berani mengancam Sinta seperti itu.     

"Tadi siang? Tadi saat kamu bekerja, Jeffery mengganggu kamu?" Tanya Daffin, dia melepaskan pelukannya dan menatap wajah Sinta yang masih basah oleh air mata.     

Sinta mengangguk dan dia menceritakan semuanya pada Daffin.     

Daffin mendengarkannya dan juga, kakek Wijaya juga ikut mendengarkannya.     

Kakek Wijaya langsung merasakan perasaan bersalah lagi, karena dia Jeffery dan Sinta harus berpisah.     

Kakek Wijaya menutup matanya sejenak dan mencoba untuk menenangkan hatinya.     

Daffin menoleh kearah kakeknya dan melihat jika kakek Wijaya sedang merasa sangat bersalah.     

Daffin mengulurkan tangannya dan menggenggam erat tangannya. Kakek Wijaya pun membuka matanya dan merasakan ada tangan yang begitu hangat menggenggamnya dan itu adalah tangan Daffin.     

Daffin mengangguk lemah dan memberi kode padanya agar kakek Wijaya tidak menyalahkan dirinya lagi.     

Kakek Wijaya mengerti dan dia pun tersenyum sambil menatap wajah Daffin lalu setelah itu dia bergantian untuk menatap Sinta yang ada dalam pelukannya.     

Setelah menenangkan kakek Wijaya Daffin melihat kearah Sinta yang baru selesai menceritakan semuanya.     

"Sayang, jadi Jeffery sudah mengetahui hubungan kita?" Tanya Daffin sambil tersenyum cerah karena inilah yang dia nanti-nantikan selama ini.     

Sinta mengangguk cepat, karena dia sendirilah yang telah mengatakannya.     

"Iya sayang, aku yang mengatakannya. Aku sudah tidak mau lagi di ganggu olehnya dan aku mengira dengan aku mengatakan itu semua, dia akan berhenti mengganggu aku tapi … tapi, tapi dia malah mengancam akan menyakiti kamu, sayang aku tidak mau jika kamu terluka gara-gara dia, apalagi jika mimpi tadi ...," Sinta menghentikan ucapannya dan merasa menggigil diseluruh tubuhnya. Dan dia melanjutkan ucapannya,     

"… Jika mimpi tadi hingga ada di dunia nyata, aku tidak tahu apa yang akan aku lakukan. Aku tidak sanggup harus kehilangan kamu sayang," ucap Sinta, dia merasa ketakutan. Karena orang yang dia miliki saat ini hanyalah Daffin dan Daffin adalah segalanya untuknya.     

Daffin mengusap lembut rambut Sinta dan mengecup ringan keningnya.     

"Kamu tidak perlu khawatir, aku baik-baik saja. Jeffery bukanlah lawan yang sulit untuk aku hadapi. Jadi aku harap kamu jangan terlalu memikirkannya dan lebih baik kita pikirkan masalah yang lain, masalah yang harus kita selesaikan," ucap Daffin, dia mengecup kembali kening Sinta dan menatap wajahnya secara dekat.     

"Apa?" Tanya Sinta, dia menjadi sangat penasaran dan menunggu Daffin mengatakannya.     

Daffin tersenyum dan dalam senyumannya terlihat ada sesuatu yang menurut Sinta tidak biasa.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.