My Husband from My First Love

Eksekusi (2)



Eksekusi (2)

0Di tempat lain.     
0

Daffin dan ketiga orang pengawalnya memacu kencang mobilnya menuju club' malam yang berada di pusat kota.     

Tidak lama kemudian, dia pun sampai dan masuk ke dalam club' itu dengan langkah yang sangat cepat.     

Daffin yang berjalan pun langsung menaiki tangga dan berjalan menuju ruang pribadi yang didalamnya ada Mark, Tuan Smith dan juga pak Rusyadi.     

Daffin mendapat semua info itu dari Marco. Marco yang mengemban misi ini jadi dialah yang menyiapkan semuanya.     

***     

Di dalam ruang pribadi.     

Rusyadi menatap dokumen itu yang kini ada didpam matanya saat inim dokumen itu ada di lantai dan dia harus mengambilnya terlebih dahulu. Menatapnya dengan penuh keraguan namun dia harus harus melakukannya demi anak dan istrinya saat ini. Karena nasib keluarganya kini ada ditangannya saat ini. Tapi jauh dilubuk hatinya, Rusyadi sebenarnya enggan melakukannya karena dia tidak pernah menyukai Mark.     

Menghela nafas panjang dan dengan perasaan tidak rela, akhirnya Rusyadi pun mengambil berkas yang ada didepannya saat ini.     

Dia mengambilnya dan Mark langsung tertawa senang. Dia melemparkan pulpen itu dan Rusyadi pun langsung mengambilnya tanpa rasa ragu lagi.     

Rusyadi pun membuka berkas itu dan mulai membacanya dan saat membacanya, dia pun menutup matanya sejenak dan membuka matanya kembali. Rusyadi mengulurkan tangannya dan mulai membubuhkan ujung pulpen itu dan dia baru saja ingin menanda tangani.     

Namun, saat baru saja dia menaruh ujung pulpen itu, terdengar suara tendangan keras dari balik pintu dan pintu itu pun terbuka dengan sendirinya.     

Karena terkejut, Rusyadi menjatuhkan pulpennya dan menoleh kearah pintu.     

Bukan hanya Rusyadi tapi Tuan Smith dan kedua wanita yang ada disampingnya juga ikut menoleh dan melihat kearah pintu yang rusak karena ditendang seseorang.     

Mark mengerenyitkan dahinya dan rasa kesal kini mulai menyelimuti hatinya.     

"Brengsek! Siapa disana?" Apakah kalian tidak memiliki sopan santun sama sekali?!" Teriak Mark, dia merasa sangat kesal karena hampir saja dia mendapatkan tanda tangan Rusyadi namun gagal karena orang yang datang tanpa undangan darinya.     

Semua orang itu terus menatap kearah pintu dan tidak lama kemudian muncul lah sosok pria tampan dan auranya sangat mengerikan.     

Siapa lagi kalau bukan Daffin yang kini terlihat sangat berbeda. Dia tidak memakai pakaian khas pria kantoran atau seorang presiden direktur yang dia jalani selama ini.     

Inilah sosok Daffin yang lain. Sosok Daffin sebelum kembali ke negara ini, memakai pakaian serba hitam dan terlihat seperti pria mengerikan yang siap menghabisi musuh-musuhnya yang tepat berada didepannya saat ini.     

Semuanya merasa terkejut dan termasuk Mark Alexander. Dia merasa aneh bahkan seperti tidak mengenal sosok pria muda didepannya.     

"Ka … kamu! Kamu Daffin kah? Kamu Daffin Narendra atau kah kamu bukan?" Tanya Mark dengan suara kaku. Dia merasa seluruh tubuhnya gemetar dan kini perasaan takut mulai menyelimuti hatinya.     

Daffin menatap Mark dengan tatapan tajam dan seperti ingin membunuhnya saat ini juga.     

Daffin diam dan dia tidak menjawab pertanyaan Mark.     

Dia berjalan mendekati Rusyadi dan membantunya bangun dari posisinya saat ini.     

"Bangunlah pak Rus!" Ucap Daffin dan dia pun membantu Rusyadi yang masih belum percaya jika pria didepannya adalah Daffin Narendra.     

Dia belum bertemu sebelumnya karena yang sering dia temui adalah asistennya yaitu Marco.     

"Te … terima kasih! Terima kasih karena mau membantu saya," ucap Rusyadi, dia langsung berdiri dan terus menatap wajah Daffin yang terlihat dingin dan terasa jika ada aura berbahaya yang dia pancarkan dari dalam dirinya.     

Daffin mengangguk dan dia pun menjawab, "Anda lebih baik pergi dari sini sekarang juga karena anak dan istri anda pasti sudah menunggu anda disana," ucap Daffin, dia menoleh kesalah satu pengawalnya dan menyuruhnya untuk membawa Rusyadi pergi dari tempat ini.     

"Bawa dia pergi dari sini!" Perintah Daffin kepada salah satu pengawalnya.     

Dia pun maju dan membawa Rusyadi pergi dari tempat itu secepatnya.     

Mark dan Tuan Smith pun kembali ke dunia nyatanya.     

Mereka pun langsung marah karena Daffin sudah menghancurkan rencananya dan lebih kesalnya adalah mereka telah gagal membuat Rusyadi menyerahkan lima persen saham itu.     

"Brengsek! Siapa yang memberi izin dia untuk pergi! Daffin, kamu jangan merasa sombong dulu, hahahahaha … mana mungkin kamu bisa membebaskan keluarganya Rusyadi sedangkan kamu sendiri saja tidak tahu dimana mereka," ucap Mark dengan sombongnya. Dia sengaja mengatakan hal semacam itu agar Rusyadi tidak pergi dari tempat itu.     

Mendengar hal semacam itu, Daffin tidak merubah ekspresi apapun. Dia terlihat datar dan biasa saja bahkan dia tidak mendengarkan apa yang Mark katakan padanya.     

Sedangkan Rusyadi, dia menghentikan langkahnya tepat didepan pintu.     

"Pak Daffin, apakah anda anda membohongi saya? Mana mungkin keluarga saya bisa lepas dari cengkraman pak Mark?" Tanya Rusyadi, dia merasa kurang mempercayai apa yang dikatakan oleh Daffin.     

Daffin menghela nafas pendek dan dia mengambil ponselnya dari saku celananya. Dia membuat panggilan video pada Nick dan Nick memberikan ponselnya kepada Rosa.     

Rosa mengambilnya dan kini wajah keluarga Rusyadi pun terlihat dari layar ponsel Daffin.     

Daffin memberikan ponselnya dan memberikannya kepada Rusyadi.     

"Silahkan bicara!" Ucap Daffin dengan nada datar dan tanpa memiliki ekspresi sama sekali di raut wajahnya saat ini.     

Rusyadi pun pun mulai bicara dan dia merasa bahagia karena keluarganya ternyata baik-baik saja.     

Daffin melirik kearah Mark dan tersenyum sinis padanya.     

"Jadi, tuan Mark Alexander yang terhormat. Rencana anda sudah gagal dan saya lah pemenangannya," ucap Daffin. Dia menginjak berkas yang ada dibawah kakinya hingga rusak.     

Daffin menyeringai dan mendekati Mark saat ini.     

Mark tidak bisa menahan amarahnya, dia hendak memukul Daffin namun Daffin langsung menangkap tangannya yang hendak memukul wajahnya.     

"Hahahaha … anda belum cukup kuat untuk menantang saya. Lebih baik simpan energi anda dan kita bisa bertemu besok ditempat yang sebenarnya untuk kita melanjutkan pertarungan ini," ucap Daffin. Dia menyeringai dan dia pun melemparkan tangan Mark dengan kencangnya.     

Setelah itu Daffin menepuk bahu Mark dan pergi meninggalkannya sambil tersenyum puas.     

Ya dia merasa sangat puas karena misinya telah berhasil dan jalan menuju untuk membebaskan Sinta dari perusahaan Alexander terkutuk itu sudah semakin terbuka luas.     

Sebelum Daffin pergi, dia menatap kearah Tuan Smith dan tersenyum mengejek.     

"Tuan Smith, bisakah anda menjaga tuan Mark dan jangan sekali-kali lagi kalian menantang saya, karena mungkin setelah hari ini, perusahaan anda akan menjadi target saya yang selanjutnya," ucap Daffin, dia pun memalingkan wajahnya dan pergi meninggalkan tempat itu begitu saja.     

Dia berjalan menuruni tangga dan pergi secepatnya dari tempat itu sambil membawa Rusyadi bersamanya.     

Melihat Daffin pergi membawa kemenangan dan dia mengalami kekalahan. Membuat Mark merasa sangat kesal dan begitu juga Tuan Smith.     

Mereka berdua terduduk lemas dan rasa benci terhadap Daffin semakin besar dan besar lagi.     

"Awas kamu Daffin, aku tidak akan melepaskan kamu sampai kapanpun," ancam Mark dan dia pun menuangkan wine yang ada didepannya saat ini. Dia menyesapnya bersama Tuan Smith sambil memikirkan rencana lain untuk menjatuhkannya saat ini.     

( Mohon maaf, entar banyak actionnya. Hahahaha … maklum jalur romance action. Jadi beginilah kelanjutannya)     

Salam ketawa dari aku,     

Dhini_218     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.