My Husband from My First Love

Hampir saja (Adult)



Hampir saja (Adult)

Warning!     

sedikit panas dingin dan dimohon untuk yang dibawah umur menyingkir dulu. khusus 21+ ya guys..     

(hahahaha ...)     

salam nakal dariku.     

Dhini_218     

***     

Sinta yang sedang berada didalam pelukan Daffin baru saja mengingat jika ditangannya sedang memegang ponselnya yang dia pikir masih dalam keadaan menyala.     

"Ehh … sayang, ponsel aku masih menyala, pasti Jeff mendengar suara kita yang …," Sinta menghentikan ucapannya dan wajahnya memerah karena malu.     

Daffin tertawa dan dia tidak memperdulikan apapun yang Jeffery pikirkan tentangnya. Karena baginya, membuat Jeffery cemburu akan sangat menyenangkan untuknya dan juga, Daffin ingin membuktikan jika Sinta sudah benar-benar melepaskan Jeffery dari hatinya.     

Daffin tersenyum puas karena dia bisa menyingkirkan Jeffery yang hampir saja mengganggu kebersamaannya bersama Sinta.     

"Biarkan saja sayang, bukankah dia juga sudah mengetahui hubungan kita. Jadi, anggap saja jika ini adalah peringatan untuknya agar tidak mengganggu kamu lagi," ucap Daffin. Dia tersenyum dan langsung mencium pipi Sinta dan itu hanyalah sebentar saja lalu melepaskannya lagi.     

Sinta hanya tersenyum dan dia menyetujui apa yang dikatakan oleh Daffin.     

"Kamu benar sayang, ini pelajaran untuknya karena dia selalu mengganggu aku. Hehehehe ... Aku minta maaf ya karena sempat bicara dengannya. Aku … aku merasa tidak tega dengannya. Tapi, jujur saja jika aku sungguh tidak memiliki perasaan apapun lagi kepadanya," ucap Sinta. Dia takut jika Daffin salah faham lagi kepadanya.     

Daffin tidak marah dan dia percaya dengan apa yang Sinta katakan padanya.     

"Aku sangat mempercayai kamu sayang, aku tahu jika kamu hanya mencintai aku. Errr … bagaimana kalau kita …," Daffin menghentikan ucapannya dan menatap kearah Sinta yang hanya memakai selembar handuk yang melilit tubuhnya.     

Sinta mengerenyitkan dahinya saat melihat tatapan liar Daffin yang sepertinya ingin memakannya lagi.     

"Ehhh … sayang, kamu kenapa menatap aku seperti itu? Ini sudah pagi dan aku, aku harus membantu kamu untuk menyiapkan barang-barang. Hehehe … ya menyiapkan barang-barang," ucap Sinta. Dia langsung bangun dari posisi duduknya namun Daffin malah menarik tangannya dan membuat Sinta jatuh ke dalam pelukannya.     

"Ahhh … sayang, apa … apa …, apa yang mau kamu lakukan?" Tanya Sinta, dia merasa sangat gugup karena Daffin menatapnya dengan tatapan penuh hasrat.     

Daffin tersenyum nakal dan dia pun menahan tengkuk leher Sinta lalu menempelkan bibirnya dengan bibir Sinta.     

Sinta tidak bisa melakukan apapun dan dia hanya bisa membalas ciuman itu.     

Suara cecapan dan nafas berat keduanya bergema didalam kamar itu.     

Daffin menekan tubuh Sinta hingga dia kini terlentang diatas tempat tidur.     

Bibir mereka tidak mau melepaskan satu sama lainnya hingga keduanya sudah terbuai didalam dunia fantasi cinta yang hanya ada mereka berdua saja.     

Daffin melepaskan handuk yang melilit tubuh Sinta dan melemparkannya ke lantai dan kini hanya ada tubuh polos Sinta yang ada dibawah kendali tubuhnya saat ini.     

Daffin melepaskan bibirnya dan ciuman panasnya berpindah ke pipi, leher hingga tulang selangka dan tangan nakalnya juga tidak bisa diam begitu saja. Daffin langsung menyentuh kedua gundukkan kenyal yang membuatnya selalu mabuk saat menyentuhnya.     

Keduanya sudah mulai hilang kendali dan sibuk didunia cintanya yang indah.     

Namun tiba-tiba, terdengar suara pintu diketuk dari luar.     

Membuat Daffin yang sudah tidak sabar lagi akan menyatukan tubuhnya dengan Sinta menjadi terkejut saat itu juga.     

"Sial, siapa yang mengetuk pintu sepagi ini!" Umpat Daffin yang merasa sangat kesal karena sedikit lagi dia akan bersatu dengan Sinta.     

Sinta langsung melihat kearah pintu dan kembali melihat kearah Daffin.     

"Sayang, mungkin itu bibi yang membersihkan rumah kita. Ini kan sudah pagi, jadi dia pikir kita terlambat bangun. Jadi, sayangku jangan memarahinya, aku mohon!" Ucap Sinta, dia mengusap lembut dada Daffin agar dia tidak memarahi orang yang mengetuk pintu itu.     

Daffin menghela nafas pendek dan tersenyum kearah Sinta. Dia meraih tangan Sinta yang mengusap lembut dadanya dan dia pun langsung menciumnya.     

"Baiklah sayang, aku tidak akan memarahinya," ucap Daffin. Dia pun melepaskan tangan Sinta dan bangun dari atas tubuhnya.     

Daffin mengambilkan handuk yang tadi dia lempar ke lantai dan memberikannya.     

"Sayang, pakai ini!" Perintah Daffin.     

Sinta pun mengambilnya dan dia pun langsung memakainya.     

Daffin mengambil handuk berbentuk jubah dan dia pun memakainya. Setelah itu dia pun langsung berjalan menuju pintu dan dia pun langsung membukanya.     

Daffin merasa terkejut saat melihat orang yang ada didepan pintu kamarnya saat ini.     

"Nick, kenapa kamu ada disini?" Tanya Daffin.     

Nick menatap Daffin yang terlihat sangat berantakan dan melihat ada beberapa tanda cinta di leher dan tulang selangkanya.     

"Kenapa kamu menanyakan hal itu padaku? Daff kita hampir saja terlambat dan kamu? Ya Tuhan, kamu masih seperti ini saja!" Ucap Nick, dia langsung menepuk dahinya karena dia melihat Daffin yang masih bermalas-malasan.     

Daffin hanya tertawa melihat Nick dengan tampang mengesalkannya itu.     

"Hahahaha … kenapa kamu terlihat bingung? Tenang saja, kamu tidak perlu merasa panik seperti itu," ucap Daffin. Dia menepuk bahu Nick.     

Nick merasa sangat bingung, dia masih belum mengerti dengan apa yang Daffin pikirkan saat ini.     

"Daff, setengah jam lagi kapal itu akan berangkat. Lalu kita bagaimana? Kamu saja masih seperti itu," tanya Nick, terlihat sangat panik dan terlihat dari raut wajahnya jika dia penuh dengan kekhawatiran.     

Daffin tertawa lagi dan dia pun langsung menjawab, "Marco sudah menyiapkan semuanya. Sudahlah, kamu tunggu dibawah. Nanti aku menyusul!" Ucap Daffin, dia pun langsung menutup pintu kamarnya meninggalkan Nick yang masih dalam keadaan tidak mengerti.     

"Kenapa dia terlihat sesantai itu? Apakah dia sudah mulai gila karena terlalu banyak bercinta?" Ucap Nick. Dia masih belum mengerti dan karena dia masih belum menemukan jawabannya, akhirnya Nick pun menyerah. Dia pun pergi meninggalkan tempat itu dan memutuskan untuk menunggu Daffin di lantai bawah.     

Setelah menutup pintu kamarnya.     

Daffin melihat Sinta yang baru saja keluar dari kamar mandi. Dia terlihat sangat cantik dengan rambutnya yang masih terlihat basah.     

Daffin tersenyum dan datang menghampirinya.     

"Sayang, kenapa kamu tidak menunggu aku?" Tanya Daffin, dia langsung menarik tubuh Sinta dan langsung memeluknya.     

"Ehhh … sayang, aku tidak tahu kalau kamu …," Sinta belum menyelesaikan ucapannya karena Daffin langsung mencium pipinya.     

"Baiklah, aku mengerti sayang," ucap Daffin sambil melepaskan tubuh Sinta. Dia pun pergi meninggalkan Sinta yang masih berdiri menatapnya masuk ke dalam kamar mandi.     

"Haistt … membuatku takut saja ya!" Ucap Sinta. Dia tersenyum sambil menggelengkan kepalanya berkali-kali.     

Setelah itu Sinta memakai pakaiannya dan hari ini dia masih belum bisa masuk ke tempat kerjanya karena dia meminta izin untuk tidak masuk selama dua hari.     

Tiba-tiba Sinta mengingat tentang Aksan. Dia belum menjenguknya lagi dan sudah beberapa hari ini dia belum mengetahui kabarnya juga.     

"Bagaimana dengan kabar kak Sansan ya? Apakah dia baik-baik saja disana?" Gumam Sinta. Dia menatap dirinya didepan cermin namun pikirannya terus memikirkan Aksan yang masih berada di rumah sakit.     

Sinta yang sibuk dengan pikirannya tiba-tiba merasa sangat terkejut saat ada rasa dingin yang menyentuh pipinya dan itu membuat Sinta langsung merasa sangat terkejut.     

"Ahhh … apa ini?" Sinta langsung menoleh dan menyentuh pipinya yang dingin.     

Sinta melihat jika Daffin lah yang mencium pipinya dan dia pergi melarikan diri begitu saja.     

"Sayang, kamu nakal!" Teriak Sinta sambil menatap kearah Daffin.     

Daffin hanya tertawa sambil memakai pakaiannya.     

Sinta pun ikut tertawa bersama Daffin dan pagi itu terasa sangat indah untuk mereka berdua walaupun mereka sebentar lagi akan berpisah.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.