My Husband from My First Love

Membujuknya (adult)



Membujuknya (adult)

2Sinta membuka pintu kamarnya.     2

Di berjalan masuk dan langsung menutup pintu secara perlahan.     

Sinta melihat ke setiap sudut kamarnya tapi dia tidak menemukan Daffin dimana pun hanya ada suara gemericik air yang terdengar dari dalam kamar mandi.     

Sinta tersenyum dan perasaannya terasa lega, dia takut Daffin pergi dari rumah karena marah.     

"Syukurlah kamu masih ada disini! Hhmmm … jantungku terasa mau lepas saat tidak melihat kamu ada disini Daffin," ucap Sinta, dia duduk disisi tempat tidur dan mengusap dadanya secara perlahan.     

Kreekk …     

Pintu kamar mandi pun terbuka.     

Wangi sabun dan aroma khas tubuh Daffin menyebar didalam kamar itu.     

Daffin hanya memakai handuk yang melilit di pinggangnya dan rambutnya masih terlihat setengah basah. Daffin menggosok rambutnya dengan handuk kecil ditangannya.     

Saat dia melihat ada Sinta yang sedang duduk membelakanginya, Daffin tersenyum dan ingin sekali memeluknya dari belakang. Daffin berjalan mendekati Sinta, namun tiba-tiba dia mengingat jika dia sedang marah, jadi dia menahan dirinya sebentar untuk memberi pelajaran pada Sinta.     

Daffin berjalan melewati Sinta dan berpura-pura masih marah padanya.     

Sinta melihat Daffin yang melewatinya. Sinta pun tersenyum dan bangun dari tempat duduknya.     

Sinta menghampiri Daffin dan memeluk lengannya.     

"Sayang, kamu masih marah?" Tanya Sinta, dia menatap wajah Daffin tapi Daffin langsung memalingkan wajahnya. Dia bersikap seperti dia benar-benar sangat marah.     

"Kenapa kamu kemari? Sudah sana pergi saja bersama kakek. Kamu sudah tidak menyayangi aku lagi!" Ucap Daffin, dia merajuk seperti anak kecil.     

Sinta merasa sangat bersalah. Dia tidak bermaksud untuk membuat Daffin marah padanya. Dia hanya ingin menghormati kakek yang umurnya jauh lebih tua dan Sinta tidak mau membuat orang tua itu sedih. Tapi ternyata Daffin malah salah faham padanya.     

Namun, Sinta tidak tahu jika Daffin sedang mengerjainya. Dia tidak sungguh-sungguh marah padanya.     

"Sayang, aku sangat menyayangi kamu, aku hanya mencintai kamu. Tolong jangan katakan itu lagi!" Ucap Sinta. Dia terlihat sangat menyedihkan dan matanya berkaca-kaca karena dia berusaha menahan dirinya agar tidak menangis.     

Daffin melihat itu semua. Dia sebenarnya tidak tega tapi dia ingin melihat kesungguhan Sinta saat membujuknya agar tidak marah lagi..     

Daffin melihat kearah Sinta dan menatapnya dengan tatapan dingin.     

"Coba buktikan padaku sekarang kalau kamu mencintai aku," ucap Daffin, dia berusaha menahan hatinya untuk tidak luluh melihat wajah Sinta yang terlihat sebentar lagi akan menangis.     

"Aku … aku akan membuktikannya. Aku memang mencintai kamu!" Ucap Sinta, dia meraih kepala Daffin dan dia pun berjinjit lalu mencium bibir Daffin sangat dalam.     

Daffin merasa bahagia. Dia mendapatkan Sinta yang berinisiatif memberikan dirinya sendiri.     

"Jika tahu seperti ini, aku akan lebih sering berakting marah agar Sinta mau berinisiatif seperti ini," ucap Daffin didalam hatinya. Dia bersorak gembira karena bisa mendapatkan Sinta yang memberikan dirinya sendiri.     

Sinta melepaskan bibirnya dan menatap wajah Daffin yang masih terlihat marah padanya.     

Sinta melepaskan pakaiannya sendiri dan menarik tubuh Daffin keatas tempat tidur.     

Sinta berada diatas tubuh Daffin dan menatapnya lebih dalam.     

"Sayang, aku akan membuktikan, jika aku ini hanya mencintai kamu!" Ucap Sinta. Tatapannya begitu berbeda. Dia tersenyum nakal dan terlihat jika dia sedang menggoda Daffin. Tangannya mengusap lembut dada Daffin dan kembali mencium bibirnya.     

Kali ini Daffin hanya diam dan menikmati apa yang Sinta lakukan.     

Dia merasa puas karena Sinta lah yang menguasainya permainan.     

"Hehehe … aku suka jika kamu seperti ini sayang," ucap Daffin didalam hatinya. Sinta melepaskan bibirnya dan ciumannya berpindah ke leher Daffin, dia mengikuti gaya Daffin yang selalu menguasai permainan saat mereka bercinta.     

"Uhhh … sayang!" Daffin mulai mengerang saat Sinta mulai memanjakan dirinya dengan mencumbu leher dan tulang selangkanya. Sinta sangat berbeda. Dia tidak seperti wanita lugu tapi terlihat seperti wanita nakal yang ingin menaklukan Daffin.     

Sinta meninggalkan banyak tanda cinta dileher Daffin dan di dadanya.     

Daffin merasakan api hasratnya sudah menguasai dirinya. Sinta benar-benar membuatnya merasa melayang-layang dengan foreplay yang berbeda.     

"Sayanghh … uuhhhh, kamu benar-benar nakal sekarang ya!" Ucap Daffin. Erangannya berubah menjadi sebuah desahan yang keras. Dia sudah tidak tahan lagi. Sinta terlalu memabukkan untuknya.     

Sinta menghentikan cumbuannya dan menatap kearah Daffin dengan senyum menggodanya.     

Tangannya melepaskan handuk yang melilit di pinggang Daffin dan menyentuh miliknya yang sudah bangun dari tidurnya.     

"Sayang, aku menginginkan kamu!" Ucap Sinta, dia tersenyum dan mengedipkan mata genitnya. Dia benar-benar sangat menggoda.     

Daffin semakin merasa gila. Dia ingin segera memilikinya saat ini.     

Daffin mendorong tubuh Sinta dan merubah posisinya menjadi berada dibawah tubuhnya saat ini.     

"Sayang, aku ingin memakan kamu sekarang!" Ucap Daffin dan tanpa ragu lagi, dia langsung mencium bibir Sinta dengan rakusnya. Sinta mengalungkan kedua tangannya dan menikmati apa yang Daffin lakukan padanya..     

Daffin memasukkan miliknya dan memulai percintaan mereka.     

Menggerakkan dengan ritme teratur dan semakin cepat.     

Suara erangan dan desahan bergema dalam didalam kamar itu. Udara dinginnya AC tidak mempengaruhi keduanya karena keduanya sudah terbakar oleh hasrat cinta yang membakar hatinya.     

Hingga akhirnya keduanya melakukan pelepasan terakhirnya.     

Daffin menjatuhkan tubuhnya diatas tubuh Sinta. Dia menaruh kepalanya di bahu Sinta dan mencium lembut pipinya.     

"Sayang, terima kasih," ucap Daffin dengan suara terengah-engah. Deru nafasnya masih belum teratur dan masih menikmati sisa pelepasannya sambil menutup matanya.     

Sinta menoleh dan melihat wajah Daffin yang berada tepat disampingnya. Dia sudah tidak marah lagi padanya.     

"Sayang, kamu sudah tidak marah lagi kan?" Tanya Sinta, dia mengulurkan tangannya dan membantu menghapus keringat di dahinya.     

Daffin membuka matanya dan tersenyum melihat kearah Sinta. Dia menyentuh tangan Sinta yang membantunya untuk mengusap keringat di dahinya.     

"Aku tidak marah sayang, sebenarnya aku hanya ingin mengerjai kamu," ucap Daffin sambil menggenggam tangan Sinta dan mencium telapak tangannya dengan lembut.     

Sinta merasa terkejut dengan ucapan Daffin yang menurutnya sangat menyebalkan.     

Sinta mendorong tubuh Daffin yang ada diatas tubuhnya.     

"Jadi kamu membohongi aku?" Ucap Sinta, dia langsung merubah posisinya dan membelakangi Daffin.     

Sinta merasa kesal karena Daffin sudah menipunya.     

Daffin mengambil selimut untuk menutupi tubuh polosnya bersama Sinta.     

Daffin pun berbaring disamping Sinta dan memeluknya dari belakang.     

"Sayang, aku minta maaf. Aku hanya ingin tahu seberapa besar rasa sayang kamu untuk aku. Hhhmm … aku mohon, jangan marah lagi ya!" Ucap Daffin, sekarang keadaan berbalik. Dia yang memohon maaf dan membujuk Sinta agar tidak marah lagi padanya.     

Sinta membalikkan tubuhnya dan melihat kearah Daffin.     

Sinta menatap wajah Daffin dan dia langsung memeluk tubuhnya dengan erat.     

"Sayang, jangan seperti itu lagi. Kamu tidak tahu seberapa sedihnya hati aku saat tahu kamu marah seperti itu. Aku tidak menyukainya sayang!" Ucap Sinta, dia memukul kecil dada Daffin.     

"Kalau kamu seperti itu lagi. Aku tidak mau membujuk kamu lagi. Aku juga tidak mau menggoda kamu lagi seperti itu, karena itu sangat memalukan!* Ucap Sinta sambil menyembunyikan wajahnya di dada Daffin. mengingat lagi jika dialah yang mengambil inisiatif duluan, membuat Sinta merasa malu setengah mati.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.